Ikuti Korea Selatan, Jepang Siapkan Respon Terhadap Kudeta Myanmar

Senin, 15 Maret 2021 11:56 WIB

Pakaian tradisional digantung di tali saat pengunjuk rasa yang memegang perisai berbaris di latar belakang selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, Sabtu, 6 Maret 2021. Para pengunjuk rasa menjemur pakaian wanita untuk memperlambat polisi dan tentara karena berjalan di bawah mereka secara tradisional dianggap membawa sial bagi pria. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Kabinet Pemerintah Jepang, Katsunobu Kato, menyatakan bahwa Jepang terus memantau perkembangan situasi kudeta di Myanmar. Hasil pantauan itu, kata Kato, akan menjadi acuan Jepang dalam menentukan sikap perihal kudeta di sana.

"Ke depannya, Jepang akan mempertimbangkan soal bagaimana sebaiknya merespon situasi di Myanmar, baik dalam hal kerjasama ekonomi ataupun kebijakan dalam memonitor pembangunan di sana," ujar Kato dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 15 Maret 2021.

Pernyataan Kato tersebut menyusul sikap Korea Selatan yang lebih dulu memberikan hukuman kepada Militer Myanmar. Pekan lalu, Korea Selatan membekukan kerjasama pertahanan yang ia miliki dengan Myanmar mengingat Militer Myanmar banyak berperan dalam kudeta yang berlangsung.

Selain membekukan kerjasama, Korea Selatan juga memblokir perdagangan persenjataan ke Myanmar. Menurut Pemerintah Korea Selatan, ekspor persenjataan malah akan membantu personil Militer Myanmar untuk melakukan perlawanan terhadap warga yang berdemo dengan tangan kosong.

"Kami juga akan menerima masukan dari berbagai negara soal bagaimana sebaiknya menyikapi situasi di Myanmar," ujar Kato menambahkan.

Pernyataan Kato senada dengan Duta Besar Jepang di Indonesia, Kanasugi Kenji. Kepada Tempo, Kenji menyatakan bahwa situasi di Myanmar tidak bisa dibiarkan begitu saja. Namun, ia berkata, kecil kemungkinan Jepang akan mengambil sikap berupa respon militer ataupun sanksi keras. Hal itu malah bisa dikatakan bukan opsi.

Seorang pria menggunakan katapel saat bentrokan dengan pasukan keamanan saat unjuk rasa anti-kudeta militer di Mandalay, Myanmar 14 Maret 2021. REUTERS/Stringer

Jepang, kata Kenji, mempertimbangkan langkah-langkah yang lebih diplomatis dan tidak akan memicu konflik berkepanjangan. Selain itu, juga mendengarkan bertukar informasi dan masukan dari berbagai negara soal situasi Myanmar.

"Situasinya memang dilematis," ujar Kenji kepada Tempo.

Advertising
Advertising

Di Myanmar, Duta Besar Jepang Maruyama Ichiro telah menyambut para demonstran menurutu The Diplomat. Ia bahkan berjanji akan menyampaikan keluhan dan permohanan warga Myanmar ke Pemerintah Pusat Jepang walau tak menjanjikan akan seperti apa balasannya nanti.

Sebagai catatan, kudeta Myanmar sudah berlangsung sejak 1 Februari lalu. Pemicunya adalah partai afiliasi Militer Myanmar yaitu Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan (USDP) kalah dari partai bentukan Aung San Suu Kyi bernama Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Menurut USDP, NLD telah bermain curang pada pemilu tahun lalu sehingga pemerintah yang ada sekarang tidak sah serta pantas dikudeta.

Sepanjang kudeta berlangsung, Militer Myanmar sudah menerima berbagai sanksi atau hukuman. Selain Korea Selatan, hukuman terakhir berasal dari Amerika di mana mereka menghentikan/ memblokir aktivitas dagang Kementerian Myanmar dan perusahaan-perusahaan afiliasi militer. Hal tersebut tak ayal menjadi pukulan bagi Militer Myanmar yang banyak mengumpukan uang dari sana.

Selain sudah menerima berbagai sanksi, Militer Myanmar juga sudah membantai dan menangkap banyak orang sepanjang kudeta. Per berita ini ditulis, Militer Myanmar sudah membunuh lebih dari 120 orang dan menangkap kurang lebih 2150 orang. Mereka yang ditangkap berasal dari berbagai latar belakang mulai dari aktivis, petugas medis, hingga politis.

Baca juga: Warga Myanmar Kritik Cina Lebih Khawatirkan Pabrik Dibanding Situasi Kudeta

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

2 jam lalu

Kasus Suap Tas Dior Istri Presiden Korsel, Jaksa Agung Perintahkan Penyelidikan

Suap tas Dior istri Presiden Korsel yang mengguncang membuat jaksa agung turun tangan. Tim dibentuk untuk menyelidiki kasus ini.

Baca Selengkapnya

3 Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan saat ke Korea Selatan

4 jam lalu

3 Hal yang Paling Banyak Dikeluhkan Wisatawan saat ke Korea Selatan

Korea Tourism Organization mencatat 902 pengaduan dari wisatawan selama tahun 2023

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

5 jam lalu

Top 3 Dunia; Gedung Putih Sebut Tel Aviv Siap-siap Serang Rafah

Top 3 dunia, di urutan pertama berita tentang Pemerintah Israel yang bersikukuh akan menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

16 jam lalu

Delegasi Indonesia Partisipasi di Festival Hakata Dontaku

Festival Hakata Dontaku adalah festival kesenian dan budaya terbesar di Fukuoka Jepang. Indonesia menampilkan angklung, tari Bali, dan tari Saman

Baca Selengkapnya

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

1 hari lalu

Dubes RI Resmikan Pesantren Pertama NU di Jepang

Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi meresmikan pesantren pertama Nahdlatul Ulama (NU)

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

1 hari lalu

Fakta Bandara Internasional Kansai Jepang, Biaya Pembangunan Termahal dan Terancam Tenggelam

Mulai dari lokasi pembangunannya di pulau buatan sampai ancaman tenggelam, simak informasi menarik tentang Bandara Internasional Kansai Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

1 hari lalu

Bandara di Jepang Ini Tak Pernah Kehilangan Bagasi Penumpang, Apa Rahasianya?

Bandara Internasional Kansai Jepang pertama kali dibuka pada 1994, dan diperkirakan melayani 28 juta penumpang per tahun.

Baca Selengkapnya

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

1 hari lalu

Uber Cup 2024: Gregoria Mariska Tunjung, Kemenangan Berarti hingga Terus Melaju

Gregoria Mariska Tunjung terus merebut poin di Uber Cup 2024

Baca Selengkapnya