Warga Myanmar di Amerika Dapat Kelonggaran Izin Tinggal

Sabtu, 13 Maret 2021 13:15 WIB

Demonstran memprotes kudeta militer di Yangon, Myanmar, 21 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]

TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat akan memberikan kelonggaran deportasi sementara dan izin tinggal kepada warga negara Myanmar yang tinggal di Negeri Abang Sam. Kebijakan itu diterbitkan menyusul kudeta militer pada 1 Februari 2021 lalu.

Dua sumber di Pemerintah Amerika Serikat mengatakan lewat keputusan itu maka sekitar 1.600 warga negara Myanmar yang sudah berada di Amerika Serikat, termasuk diplomat yang membelot dari Pemerintahan Junta, bisa mengajukan Status Perlindungan Sementara (TPS) sehingga mereka bisa mendapat kelonggaran tinggal di Negeri Abang Sam itu sampai 18 bulan ke depan.

Pekerja pabrik memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan saat mereka melakukan unjuk rasa menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, 25 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]

Advertising
Advertising

TPS adalah program yang diberikan kepada imigran-imigran yang tidak bisa kembali ke negara mereka dengan aman. Contohnya bencana alam atau konflik bersenjata. Maka dengan TPS ini, mereka mendapatkan kemampuan untuk tinggal dan bekerja di Amerika Serikat untuk periode yang ‘dihadiahkan’.

Baca juga: Aksi Solidaritas untuk Myanmar Digelar di Depan Gedung ASEAN

Sumber tersebut mengatakan kondisi di Myanmar setelah militer negara itu mengambil alih kekuasaan telah membuat warga negara Myanmar waswas untuk pulang kampung. Sebab terjadinya kekerasan oleh aparat keamanan, penahanan dan kondisi kemanusiaan yang memburuk.

Thomas Andrews, penyidik dari HAM PBB untuk Myanmar pada Kamis, 11 Maret 2021 mengatakan unjuk rasa di Myanmar setidaknya telah menewaskan 70 orang dan menahan lebih dari 2 ribu orang.

Sejumlah diplomat di Myanmar mengunggah pernyataan terbuka Amerika Serikat yang menolak militer Myanmar. Diantara mereka yang menyuarakan penolakan adalah Wakil Tetap Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun.

Sumber di Pemerintah Amerika Serikat menyebut diplomat-diplomat yang dengan berani bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil demi solidaritas dengan rekan-rekan senegara mereka di Myanmar, boleh tinggal di Amerika Serikat lewat program TPS.

“Kami ingin mereka tahu, mereka bisa melakukannya dengan aman,” kata sumber tersebut.

Sanksi yang lebih berat mungkin dijatuhkan, kecuali militer Myanmar melakukan tindakan yang sebaliknya. Jika Myanmar tidak memulihkan demokrasi dan gencatan terhadap tindak kekerasan terhadap warga sipil, maka Amerika Serikat akan terus menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap para pucuk pimpinan Myanmar dan jaringan keuangan mereka.

Sumber: Reuters

Berita terkait

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

14 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

1 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

1 hari lalu

Belgia Kecam Intimidasi Israel dan AS terhadap ICC

Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan pihaknya "mengutuk segala ancaman dan tindakan intimidasi" terhadap Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)

Baca Selengkapnya

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

1 hari lalu

Hamas dan CIA Bahas Gencatan Senjata Gaza di Kairo

Para pejabat Hamas dan CIA dijadwalkan bertemu dengan mediator Mesir di Kairo untuk merundingkan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya