Militer Myanmar Perkarakan Enam Jurnalis Karena Liput Demonstrasi Kudeta

Kamis, 4 Maret 2021 13:54 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Junta Militer Myanmar memperkarakan enam jurnalis berkaitan dengan peliputan demonstrasi menentang kudeta. Dikutip dari Channel News Asia, keenam jurnalis dianggap telah menyebarkan kabar yang menyesatkan, menakutkan, dan memojokkan aparatur negara. Adapun salah satu dari jurnalis yang ditangkap adalah fotografer Associated Press, Thein Zaw.

"Ko Thein Zaw hanya menjalankan tugas reportasenya di lapangan yang sesuai dengan hukum kebebasan pers. Dia tidak mengikuti unjuk rasa, dia hanya menjalankan tugasnya," ujar pengacaranya Tin Zar Oo, Kamis, 4 Maret 2021.

Oo melanjutkan, kliennya bersama kelima jurnalis lainnya sekarang ditahan di Lembaha Permasyarakatan Insein, Yangon. Atas tuduhan yang dijatuhkan Militer Myanmar, kata Oo, Thein Zaw dan kelima jurnalis lainnya terancam dihukum penjara tiga tahun.

Ancaman hukuman penjara tiga tahun tersebut mengacu pada amandemen hukum yang dilakukan oleh junta militer bulan lalu. Awalnya, ancaman hukuman penjara untuk mereka yang dianggap menyebar informasi menyesatkan adalah dua tahun penjara.

Menurut laporan Channel News Asia, kelima jurnalis yang menemani Thein Zaw berasal dari media lokal Myanmar. Nama-nama medianya adalah Myanmar Now, Myanmar Photo Agency, 7 Day News, serta Zee Kwet Online.

Para pengunjuk rasa menggunakan perisai dari kaleng drum saat protes anti-kudeta di Yangon, Myanmar, 3 Maret 2021. REUTERS/Stringer

Kementerian Luar Negeri Amerika langsung merespon kabar penangkapan tersebut. Mereka mendesak Myanmar untuk segera membebaskan para jurnalis. Menurut Kementerian Luar Negeri Amerika, tidak ada hukum yang dilanggar oleh para jurnalis karena mereka hanya meliput unjuk rasa menentang kudeta Myanmar.

"Kami tegaskan bahwa sangat tidak bisa diterima seorang jurnalis ditangkap karena menjalankan tugasnya untuk menginformasikan publik," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Ned Price.

Hal senada disampaikan oleh Wakil Presiden Berita Internasional Associated Press, Ian Philips. Ian berkata, jurnalis-jurnalis independen seharusnya terbebas dari rasa takut dalam menjalankan tugas jurnalistiknya. Oleh karenanya, ia meminta Militer Myanmar untuk segera membebaskan keenam jurnalis yang ada. "Ini penangkapan yang sewenang-wenang," ujar Ian Philips.

Per berita ini ditulis, kudeta Myanmar sudah sebulan berlangsung. Selama itu, berbagai hal terjadi di Myanmar mulai dari penangkapan pejabat negara, unjuk rasa, hingga pembunuhan aktivis. Kabar terbaru, 38 orang tewas pada unjuk rasa Rabu kemarin yang menambah jumlah total korban jiwa selama kudeta berlangsung 50 orang.

Berbagai negara sudah berupaya untuk menghentikan kudeta di Myanmar. Beberapa negara di Barat menjatuhkan sanksi kepada pejabat-pejabat Militer Myanmar. Di Asia Tenggara, negara-negara anggotanya melakukan langkah diplomasi untuk membujuk Militer Myanmar untuk melakukan gencatan senjata. Namun, sampai sekarang, belum ada hasilnya.

Baca juga: PBB: 50 Orang Tewas Sejak Kudeta Myanmar Dimulai

ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

3 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

5 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

5 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

6 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

7 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

8 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

9 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

11 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

11 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya