Joe Biden Tak Peduli Kabar Trump Bakal Umumkan Pencapresan Ahad Ini

Sabtu, 27 Februari 2021 20:05 WIB

Presiden AS Joe Biden berbicara tentang rencana pemerintahannya untuk memperkuat manufaktur Amerika selama penampilan singkat di South Court Auditorium di Gedung Putih di Washington, AS, 25 Januari 2021. [REUTERS / Kevin Lamarque]

TEMPO.CO, Jakarta - Administrasi Presiden Amerika Joe Biden memilih untuk tidak peduli terhadap kabar Donald Trump bakal mengumumkan pencapresannya di Konferensi Konservatif Ahad ini. Dikutip dari kantor berita Reuters, administrasi Joe Biden menyatakan bahwa mereka akan mengabaikan apapun pidato Donald Trump nanti.

"Fokus kami bukan pada apa yang Donald Trump sampaikan," ujar Juru Bicara Gedung Putih, Jen Psaki, Sabtu, 27 Februari 2021.

Berdasarkan kabar yang beredar, Donald Trump tidak hanya akan umumkan maju nyapres di Pilpres AS 2024, tetapi juga mengkritik kebijakan Joe Biden. Salah satu hal yang akan ia sasar, menurut orang-orang dekat Trump, adalah kebijakan imigrasi Joe Biden yang jauh lebih ramah.

Menurut berbagai pihak, Joe Biden melakukan langkah yang tepat jika mengabaikan apapun ucapan Donald Trump esok Ahad. Menurut ahli strategi Demokrat dan Direktur Pusat Kajian Politik Masa Depan dari University of Southern California, Bob Shrum, menanggapi Donald Trump sama saja mencari masalah.

Shrum berkata, ada aturan lama dalam poltik bahwa jangan pernah terlibat dalam kekacauan yang diperbuat orang lain. Donald Trump, menurut Shrum, adalah figur bermasalah dan Joe Biden hanya akan membuang-buang waktu berurusan dengannya.|

Presiden AS Donald Trump melambai ketika dia tiba di Bandara Internasional Palm Beach di West Palm Beach, Florida, AS, 20 Januari 2021. [REUTERS / Carlos Barria]


Shrum melanjutkan, Joe Biden juga masih lebih populer dibanding Donald Trump. Jadi, kat Shrum, tidak ada yang perlu dikhawatirkan soal apapun ucapan Donald Trump pada Ahad nanti.

Berdasarkan survei Gallup, popularitas Joe Biden konsisten berada di angka 55 persen sejak dilantik menjadi Presiden Amerika ke-46. Angka tersebut diprediksi Gallup akan makin tinggi seiring dengan disahkannya paket stimulus COVID-19 senilai US$1,9 triliun (Rp26 ribu triliun).

"Ngapain seseorang dengan tingkat penerimaan 60 persen berhadapan dengan orang yang tingkat penerimaannya 33 persen (Donald Trump)? Tidak masuk akal jika itu dilakukan," ujar Shrum.

Hal Senada disampaikan oleh ahli strategi Partai Demokrat lainnya, Steve Elmendorf. Elemendorf menyebut salah satu kelebihan Joe Biden adalah fokusnya terhadap masa depan Amerika yang dalam hal ini adalah situasi pasca COVID-19. Menanggapi Donald Trump esok Ahad, menurutnya, adalah langkah mundur.

"Republikan sendiri sekarang mengalami konflik internal soal dukungan ke Donald Trump. Biarkan Donald Trump jadi urusan mereka, tidak usah ikut campur," ujar Elmendorf.

Baca juga: Donald Trump Ingin Mencalonkan Diri Lagi di Pemilu 2024?

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

16 menit lalu

4 Heboh Pernyataan Xenophobia Joe Biden ke Cina, Jepang, dan India

Joe Biden menyebut xenophobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di tiga negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.

Baca Selengkapnya

Respons Kubu Prabowo-Gibran atas Pesan Luhut agar Tak Bawa Orang Toxic ke Pemerintahan

19 menit lalu

Respons Kubu Prabowo-Gibran atas Pesan Luhut agar Tak Bawa Orang Toxic ke Pemerintahan

Gibran mengaku tak tahu siapa yang dimaksud Luhut soal orang toxic yang jangan dibawa ke pemerintahan Prabowo.

Baca Selengkapnya

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

7 jam lalu

Gerindra Jajaki Koalisi dengan Parpol Lain di Pilkada Jawa Tengah, Ini Alasannya

Gerindra sebelumnya sudah berkomunikasi dengan Demokrat untuk Pilkada Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

8 jam lalu

India Sangkal Pernyataan Xenophobia Joe Biden, Ini Sebabnya

Joe Biden mengatakan xenophobia di Cina, Jepang dan India menghambat pertumbuhan di masing-masing negara, sementara migrasi berefek baik bagi ekonomi.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

10 jam lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Gerindra dan Demokrat Respons Luhut soal 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

14 jam lalu

Gerindra dan Demokrat Respons Luhut soal 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

Partai Demokrat dan Partai Gerindra respons begini soal Luhut yang meminta Prabowo untuk tidak membawa 'orang toxic' ke kabinetnya.

Baca Selengkapnya

KPU Bantah Gugatan Demokrat di Sengketa Pileg Banten: Perolehan Suara Versi Pemohon Tidak Benar

17 jam lalu

KPU Bantah Gugatan Demokrat di Sengketa Pileg Banten: Perolehan Suara Versi Pemohon Tidak Benar

KPU membantah gugatan Partai Demokrat pada perkara Nomor 183-01-14-16/PHPU.DPR-DPRD-XXII/2024 dalam sidang sengketa Pileg

Baca Selengkapnya

Sepakat dengan Luhut, Demokrat Tak Ingin 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

17 jam lalu

Sepakat dengan Luhut, Demokrat Tak Ingin 'Orang Toxic' Gabung Pemerintahan Prabowo

Partai Demokrat sepakat dengan pesan Luhut Binsar Pandjaitan kepada Presiden terpilih Prabowo untuk tidak membawa orang toxic ke kabinetnya.

Baca Selengkapnya

Usulan Menteri di Kabinet Prabowo: PAN Siapkan Eko Patrio, Demokrat Utamakan AHY

21 jam lalu

Usulan Menteri di Kabinet Prabowo: PAN Siapkan Eko Patrio, Demokrat Utamakan AHY

Siapa yang bakal mengisi posisi menteri di kabinet Prabowo menjadi perhatian publik. PAN dan Demokrat masing-masing menyebut nama Eko Patrio dan AHY.

Baca Selengkapnya

Sikap PDIP dan Demokrat Soal Perlunya Oposisi di Pemerintahan Prabowo

23 jam lalu

Sikap PDIP dan Demokrat Soal Perlunya Oposisi di Pemerintahan Prabowo

Demokrat menilai perlu ada partai yang menjadi oposisi di pemerintahan baru agar terjadi mekanisme checks and balances.

Baca Selengkapnya