Inggris Turunkan Status Darurat COVID-19 Satu Level
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Jumat, 26 Februari 2021 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kampanye vaksinasi COVID-19 tak hanya memungkinkan Inggris untuk mulai melonggarkan lockdown, tetapi juga menurunkan status daruratnya. Dikutip dari Channel News Asia, Kepala Tenaga Medis Inggris menurunkan status darurat COVID-19 karena beban di rumah sakit mulai berkurang. Dengan kata lain, rasio tenaga medis dan pasien COVID-19 mulai seimbang.
"Mengacu pada masukan dari Pusat Gabungan Keamanan Biologis serta data terbaru pandemi COVID-19, empat Kepala Tenaga medis Inggris dan Direktur Layanan Kesehatan Nasional (NHS) menurunkan status darurat nasional dari level 5 ke 4," ujar Kementerian Kesehatan Inggris dalam pernyataan persnya, Kamis, 25 Februari 2021.
Meski tingkat status darurat nasional menurun, Kementerian Kesehatan Inggris memperingatkan situasi pandemi COVID-19 masih dinamis. Status bisa saja naik kembali menurut mereka. Oleh karenanya, menurut mereka, warga tidak boleh lengha.
"Layanan kesehatan di empat wilayah Inggris masih berada dalam tekanan dengan banyaknya jumlah pasien. Namun, atas upaya publik selama ini, tekanan mulai berkurang," ujar Kementerian Kesehatan menegaskan.
Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 4,1 juta kasus dan 122 korban meninggal akibat COVID-19. Angka tersebut sudah termasuk penambahan 9.985 kasus dan 323 korban meninggal dalam 24 jam terakhir.
Meski penambahannya masih tergolong besar, trennya terus menurun di Inggris. Pada Januari lalu, angka kasus harian tertinggi adalah 68 ribu kasus per hari. Februari ini, angka kasus harian tertinggi adalah 20.634 dan terus turun hingga titik terendahnya 8.489 kasus.
Penurunan angka kasus harian secara konsisten itu tak lepas dari keberhasilan Inggris melakukan vaksinasi COVID-19 sedini mungkin. Di antara negara-negara tetangganya di Eropa, Inggris termasuk yang terdepan, sudah mulai melakukan vaksinasi sejak awal Desember 2020. Hal itu diklaim pemerintah Inggris karena mereka sudah keluar dari Uni Eropa.
Sekarang, Inggris sudah menyuntikkan kurang lebih 18,5 juta dosis atau setara 27 per 100 orang. Angka itu nyaris lima kali lipat lebih tinggi dibanding negara-negara besar Eropa seperti Prancis dan Jerman yang baru bisa menyuntik 6 per 100 orang. Lambannya vaksinasi di Uni Eropa tidak lepas dari terpusatnya alur pengujian dan distribusi vaksin COVID-19 di sana.
"Jika kalian ingin melihat hasil dari Brexit, inilah buktinya. Jika kita masih di Uni Eropa, maka akan ada banyak orang yang mati. Inilah kenyataannya," ujar mantan sekretaris Brexit, David Davis, soal Inggris menikmati hasil vaksinasi COVID-19 sekarang.
Baca juga: Indonesia Berpotensi Menerima Vaksin COVID-19 dari Inggris via COVAX
ISTMAN MP | CHANNEL NEWS ASIA | CNN