Amerika Serikat Ingin Hidupkan Lagi Kesepakatan Nuklir Iran 2015

Sabtu, 30 Januari 2021 12:00 WIB

Fasilitas Nuklir Iran di Isfahan.[haaretz]

TEMPO.CO, Jakarta - Utusan Amerika Serikat untuk Iran Rob Malley pada Kamis, 28 Januari 2021, melakukan pembicaraan dengan pejabat dari Kementerian Luar Negeri Inggris, Prancis dan Jerman menyusul rencana Washington yang ingin menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Di bawah pemerintahan Donald Trump, kesepakatan itu diabaikan.

“Ini untuk mencatat dokumen dan menilai bagaimana keadaan pikiran kita,” kata seorang sumber diplomatik dari Eropa.

Baca juga: Iran Akan Teruskan Program Nuklir Selama AS Belum Cabut Sanksi

Teknisi Iran menjelaskan sejumlah alat kepada tokoh agama dalam pamerian Organisasi Energi Atom Iran di Universitas Qom, Iran, pada 2006. [AP]

Sumber lain mengkonfirmasi benar adanya pembicaraan itu, namun menolak memberikan keterangan lebih mendetail. Sedangkan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat belum mau memberikan tanggapan atas hal tersebut.

Advertising
Advertising

Kesepakatan nuklir Iran atau yang nama formalnya Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), ditanda-tangani oleh Iran dan enam negara-negara kekuatan dunia. Kesepakatan itu melarang Iran mengembangkan program nuklir dan sebagai imbalannya Amerika Serikat serta negara lainnya akan melonggarkan sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada Iran.

Malley dulunya adalah salah satu orang yang ditugaskan Amerika Serikat di bawah Pemerintahan Barack Obama untuk bernegosiasi mencetak kesepakatan JCPOA dengan Iran.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan jika Tehran kembali ke JCPOA, maka Washington pun akan melakukan hal yang sama, bahkan melakukan sebuah upaya untuk memperluas kesepakatan JCPOA.

Iran dituding sedang mengembangkan rudal balistik dan mendukung pasukan proxi di Irak, Suriah, Yaman dan wilayah lain.

Trump keluar dari kesepakatan JCPOA pada 2018 dan menghidupkan lagi sanksi-sanksi Amerika Serikat, yang dijatuhkan ke Iran. Pada 2019, Iran membalas sikap Amerika Serikat dengan keluar dari kesepakatan, diantaranya dengan memperkaya uranium hingga ke level kemurnian.

Pemerintahan Biden berkeras Iran harus memenuhi kewajibannya dulu, yang tertuang dalam JCPOA, baru Amerika Serikat mengikuti. Sebaliknya, Tehran berpendapat Washington telah mengabaikan apa yang tertuang dalam kesepakatan nuklir itu dan harus kembali mematuhi kesepakatan, baru Iran mengikuti.

Sumber: https://www.reuters.com/article/us-usa-iran/new-u-s-envoy-spoke-with-europeans-on-iran-nuclear-deal-sources-idUSKBN29Y2HF

Berita terkait

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

7 jam lalu

Pengakuan Palestina sebagai Negara Berdaulat akan Jadi Pukulan Telak bagi Israel

Menteri Luar Negeri Turkiye sangat yakin pengakuan banyak negara terhadap Palestina sebagai sebuah negara akan menjadi pukulan telak bagi Israel

Baca Selengkapnya

Daftar 5 Negara Pemain Judi Online Terbanyak, Indonesia Tertinggi

7 jam lalu

Daftar 5 Negara Pemain Judi Online Terbanyak, Indonesia Tertinggi

Indonesia muncul sebagai negara dengan jumlah pemain judi online terbanyak di dunia, menurut survei DroneEmprit

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

9 jam lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

10 jam lalu

Retno Marsudi Singgung Isu Palestina di KTT OKI

Retno Marsudi mengingatkan seluruh negara anggota OKI berutang kemerdekaan kepada rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

14 jam lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

1 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

1 hari lalu

Kronologi Pemberangusan Demo Mahasiswa Amerika Pro-Palestina

Kepolisian Los Angeles mengkonfirmasi bahwa lebih dari 200 orang ditangkap di LA dalam gejolak demo mahasiswa bela Palestina. Bagaimana kronologinya?

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

1 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

1 hari lalu

Israel Berencana Usir Warga Palestina dari Rafah ke Pantai Gaza

Israel berencana mengusir warga Palestina keluar dari Kota Rafah di selatan Gaza ke sebidang tanah kecil di sepanjang pantai Gaza

Baca Selengkapnya