Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Persatuan Bangsa-Bangsa Jenewa (ACANU) di tengah wabah Covid-19, yang disebabkan oleh virus corona baru, di markas besar WHO di Jenewa Swiss 3 Juli, 2020. [Fabrice Coffrini / Pool melalui REUTERS]
TEMPO.CO, Jakarta - Munculnya varian baru COVID-19 membuat WHO kian waspada soal potensi peningkatan jumlah kasus. Apalagi, varian baru tersebut dikatakan 70 persen lebih cepat menyebar dibanding varian biasanya. Dikutip dari kantor berita Reuters, WHO akan mengumpulkan anggota-anggotanya Rabu ini untuk membahas strategi melawannya.
"Pertemuan ini didesain untuk mempermudah pembagian informasi (soal varian baru COVID-19)," ujar keterangan WHO, Selasa, 22 Desember 2020.
WHO melanjutkan bahwa hal yang bisa mereka anjurkan ke negara-negara anggota saat ini adalah membatasi frukuensi perjalanan. Hal itu setidaknya perlu dilakukan sampai ada kejelasan soal varian baru COVID-19 tersebut.
Per berita ini ditulis, mayoritas negara di Eropa sudah menutup pintu perbatasan mereka untuk pendatang dari Inggris. Hal itu baik yang datang lewat jalur darat seperti kereta atau via penerbangan. Durasinya beragam, ada yang beberapa hari, ada juga yang sampai Januari. Di Asia, baru Hong Kong, India, dan Singapura yang melakukan penutupan serupa.
Selain menganjurkan negara-negara anggota untuk membatasi perjalanan, WHO juga mengimbau mereka untuk tidak panik. Dalam keterangannya, WHO mengatakan bahwa munculnya varian baru virus adalah bagian dari evolusi pandemi. WHO bahkan memuji keberhasilan Inggris mendeteksi varian baru COVID-19 walaupun telat dua bulan.
Secara terpisah, produsen vaksin BioNTech, yang membantu pengembangan vaksin Pfizer, menyatakan hal senada. CEO dari BioNTech, Ugur Sahin, berkata bahwa munculnya varian baru virus adalah wajar karena tipe virus COVID-19 bisa bermutasi. Ia pun menyebut ada sembilan mutasi pada virus COVID-19.
Adapun Sahin optimistis vaksin yang ia kembangkan bersama Pfizer akan tetap bisa menangkal varian baru COVID-19. Sebab karakteristik protein dari varian baru COVID-19 relatif sama dengan varian yang biasa. Walau begitu, ia mengatakan pemeriksaan lebih lanjut tetap dibutuhkan dan ia meminta waktu dua pekan untuk itu.
"Kami membutuhkan waktu dua pekan untuk menentukan apakah vaksin kami bisa menghentikan varian baru COVID-19."
"Vaksin COVID-19 mengandung 1.270 asam amino dan hanya 9 di antaranya yang berubah (pada varian baru COVID-19). Berarti, 99 persen protein masih sama," ujar Sahin yakin.
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI
11 hari lalu
Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI
MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa