Penerbangan Internasional di Melbourne Dibuka Lagi
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Selasa, 8 Desember 2020 14:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kota terbesar kedua di Australia, Melbourne, pada Senin, 7 Desember 2020, menyambut para penumpang dari penerbangan internasional pertamanya setelah menutup jalur penerbangan internasional selama lima bulan. Kedatangan pelancong itu akan menjadi ujian pada sistem hotel karantina yang diberlakukan negara bagian Victoria itu.
Setelah penerbangan internasional dibuka lagi, diperkirakan ratusan orang akan tiba di Victoria per minggunya. Otoritas setempat meyakinkan kepolisian akan menetapkan standar yang sangat ketat (bagi para pelancong).
Salah satu aturan baru yang diberlakukan adalah warga Australia yang baru pulang dari Sri Lanka, harus masuk hotel khusus karantina yang menerapkan aturan ketat. Aturan ini sama seperti yang dianut oleh Sydney Ibu Kota dari New South Wales, negara bagian terbesar di Australia. Di Sydney ribuan orang yang baru pulang melancong dari luar negeri harus menjalani karantina agar tidak ada penyebaran di kluster-kluster.
Di negara bagian Victoria ada lebih dari 20 ribu kasus infeksi virus corona. Virus mematikan itu umumnya ditularkan oleh staf hotel berinteraksi dengan orang-orang yang baru datang dari luar negeri.
Australia sejak Maret 2020 menutup pintu-pintu perbatasannya bagi WNA. Namun bandara di Ibu Kota Melbourne berhenti menerima kunjungan pelancong WNA pada akhir Juni 2020 setelah wabah Covid-19 menyebar dari dua hotel yang digunakan sebagai tempat karantina mereka yang baru pulang dari luar negeri.
Wabah virus corona di Negeri Kangguru itu secara luas menyalahkan kegagalan kontraktor swasta dalam mengikuti protokol kesehatan.
Di Australia ada 28 ribu kasus positif Covid-19. Dari jumlah tersebut, 908 pasien berakhir dengan kematian sejak pandemi virus corona terjadi. Sekarang ini, tinggal 44 kasus aktif Covid-19 di penjuru Australia yang sebagian besar ditempatkan di hotel khusus karantina.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-australia-idUSKBN28G0XO