Setelah Amerika, Pfizer dan Moderna Daftarkan Vaksin COVID-19 ke Eropa

Selasa, 1 Desember 2020 20:00 WIB

Jarum suntik terlihat di depan logo Biontech dan Pfizer yang ditampilkan dalam ilustrasi yang diambil pada 10 November 2020. [REUTERS / Dado Ruvic / Ilustrasi / File Foto]

TEMPO.CO, Jakarta - Dua perusahaan farmasi, Pfizer dan Moderna, gerak cepat mendaftarkan vaksin COVID-19 garapannya ke regulator Eropa. Harapannya, setelah Amerika, mereka bisa mendistribusikan vaksin COVID-19 juga di Eropa akhir tahun ini.

Sama seperti situasi di Amerika, mereka mengajukan izin distribusi untuk situasi darurat kepada Agensi Obat-obatan Eropa (EMA). Dengan kata lain, distribusi awal tidak akan bersifat luas dahulu, namun kepada kelompok-kelompok yang paling terdampak seperti pasien lansia dan petugas medis.

"Kami sudah menerima aplikasi untuk izin distribusi," ujar EMA dalam keterangan persnya, dikutip dari Reuters, Selasa, 1 Desember 2020.

Seperti diberitakan sebelumnya, vaksin COVID-19 Pfizer lebih dulu diumumkan efektif ke publik. Dalam uji terakhirnya, vaksin COVID-19 mereka terbukti 95 persen efektif dan tidak menimbulkan efek samping berbahaya. Hal itu membuat mereka berani untuk mulai menyusun distribusinya dan mendaftar ke Badan Administrasi Obat-obatan dan Makanan Amerika (FDA).



Moderna menyusul tak lama kemudian. Setelah memastikan vaksin buatan mereka 94,1 persen efektif mencegah gejala COVID-19 muncul dan 100 persen efektif mencegah gejala yang lebih parah, mereka mendaftar ke FDA. Mereka sendiri sudah mengamankan pesanan vaksin COVID-19 dengan nilai kurang lebih US$1,1 miliar (per Oktober).

Setelah Pfizer dan Moderna, perusahaan farmasi lainnya yang dikabarkan akan segera menyusul adalah AstraZeneca, Sinovac, Johnson & Johnson, dan masih banyak lagi. Beberapa di antaranya sudah masuk dalam uji tahap akhir dan hanya perkara waktu untuk mendapat kepastian efektivitasnya.

Di kesempatan terpisah, Kanselir Jerman Angela Merkel mewanti-wanti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mulai memastikan adanya suplai vaksin COVID-19 yang cukup untuk negara berkembang. Ia khawatir negara-negara besar akan memprioritaskan suplai untuk masing-masing dahulu dibanding negara-negara kecil yang jauh lebih terdampak COVID-19.

"Jujur saya khawatir belum ada negosiasi," ujar Angela Merkel akhir November lalu.

"Yang terpenting sekarang adalah COVAX (inisiatif distribusi vaksin WHO) memulai negosiasi (pengadaan vaksin untuk negara berkembang) dengan berapapun uang yang sudah terkumpul sekarang," ujar Angela Merkel. Per berita ini ditulis, COVAX sudah mengumpulkan US$5 miliar di mana US$600 juta di antaranya berasal dari Jerman.

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-health-coronavirus-vaccines-pfizer/pfizer-biontech-apply-for-eu-emergency-authorization-for-covid-19-vaccine-idUSKBN28B4F3?il=0

Berita terkait

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

1 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

2 hari lalu

Kongres AS Ancam akan Sanksi Pejabat ICC Jika Keluarkan Surat Penangkapan Netanyahu

Kongres AS dilaporkan memperingatkan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas surat perintah penangkapan bagi pejabat Israel

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

2 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

2 hari lalu

6 Kampus Bersejarah Lokasi Demo Bela Palestina di Amerika

Demo bela Palestina terjadi di sejumlah kampus Amerika. Polisi negara sekutu Israel itu bertindak represif.

Baca Selengkapnya

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

3 hari lalu

5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta

Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

5 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

7 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya