Organisasi Peduli HAM Desak Amerika Serikat Batalkan Penjualan Senjata ke UEA

Selasa, 1 Desember 2020 10:30 WIB

Pengiriman pesawat tempur F-35B milik Angkatan Udara Inggris, yang dikirim dari Marine Corps Air Station Beaufort di Amerika Serikat menuju pangkalan baru RAF Marham, Inggris, 6 Juni 2018. Jet F-35B merupakan pesawat tempur buatan Lockheed Martin, perusahaan pesawat asal Amerika. Sgt Nik Howe/MoD Handout via REUTERS

TEMPO.CO, - Sebanyak 29 organisasi yang fokus pada pengawasan senjata dan hak asasi manusia memprotes langkah pemerintah Amerika Serikat yang menjual senjata ke Uni Emirat Arab. Mereka mendesak Kongres AS menggagalkan kesepakatan jual beli rudal, jet tempur, dan drone yang senilai US$ 23 miliar itu.

“Harapannya adalah menghentikan penjualan senjata ini sama sekali,” kata Seth Binder, petugas advokasi di Project on Middle East Democracy, yang mempelopori protes ini dikutip dari Reuters, Selasa, 1 Desember 2020.

Bila pemerintah Amerika Serikat tidak menggubris tuntutan mereka, kata Binder, setidaknya langkah koalisi ini telah mengirimkan sinyal penting kepada pemerintahan presiden terpilih Joe Biden yang akan datang bahwa ada berbagai kelompok organisasi yang menentang penjualan senjata.

Advertising
Advertising

Koalisi juga mengirimkan surat ke anggota parlemen dan Kementerian Luar Negeri AS. Dalam suratnya mereka mengatakan penjualan senjata ke UEA, pihak yang terlibat dalam konflik di Yaman dan Libya, akan memicu kerusakan sipil yang terus berlanjut dan semakin memperburuk krisis kemanusiaan.

Organisasi lain yang ikut terlibat dalam petisi menolak penjualan senjata ini adalah Institut Kairo untuk Studi Hak Asasi Manusia (CIHRS) dan Mwatana untuk Hak Asasi Manusia.

Sementara itu, tiga senator AS dikabarkan mengusulkan undang-undang untuk menghentikan penjualan senjata, yang mencakup drone dari General Atomics, Lockheed Martin Corp F-35, dan rudal yang dibuat oleh Raytheon. Artinya mereka harus bergerak cepat lantaran masa jabatan Presiden Donald Trump tinggal beberapa pekan lagi. minggu sebelum dia akan meninggalkan kantor.

Undang-undang Amerika Serikat yang mencakup kesepakatan senjata besar memungkinkan para senator untuk memaksakan suara pada resolusi ketidaksetujuan. Namun, untuk mulai berlaku, resolusi harus melewati sidang Senat yang dipimpin Partai Republik. Mereka juga harus lolos sidang Dewan Perwakilan Rakyat yang dipimpin Demokrat.

REUTERS

https://www.reuters.com/article/idUSKBN28A2AK?il=0

Berita terkait

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

21 menit lalu

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

Sejak 7 Oktober, 16 pekerja medis tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon, dan 380 orang lainnya tewas termasuk 72 warga sipil.

Baca Selengkapnya

Dana Hibah dari UEA Rp 230 Miliar untuk Solo Cair, Gibran Prioritaskan Pembangunan Infrastruktur

1 jam lalu

Dana Hibah dari UEA Rp 230 Miliar untuk Solo Cair, Gibran Prioritaskan Pembangunan Infrastruktur

Gibran akan prioritaskan dana hibah untuk pembangunan sejumlah fasilitas umum di Kota Bengawan.

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

15 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Hamas: Ini Eskalasi Berbahaya!

Pejabat senior Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, mengatakan perintah evakuasi Israel bagi warga Rafah adalah "eskalasi berbahaya

Baca Selengkapnya

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

15 jam lalu

Pagar Gedung Putih AS DItabrak Mobil, Sopir Tewas di Tempat

Sebuah mobil menabrak pagar Gedung Putih pada Sabtu malam. Sopir langsung tewas di tempat kejadian.

Baca Selengkapnya

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

15 jam lalu

Pertama Sejak 7 Oktober, Amerika Serikat Sempat Tunda Pengiriman Amunisi ke Israel

Amerika Serikat sempat menunda pengiriman amunisi senjata ke Israel pekan lalu hingga membuat para pejabat Israel khawatir

Baca Selengkapnya

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

16 jam lalu

Israel Usir Ratusan Ribu Warga Palestina dari Rafah, Siap Lancarkan Serangan Darat

Tentara Israel pada Senin 6 Mei 2024 mengusir ratusan ribu warga Palestina di Kota Rafah, selatan Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

18 jam lalu

Pertama Kalinya, AS Tunda Pengiriman Senjata ke Israel

Ditundanya pengiriman senjata dari Amerika Serikat membuat pemerintah Israel kebingungan.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

19 jam lalu

Mahasiswa di Malang Gelar Aksi "Solidarity Camp for Palestine"

Aksi ini terinspirasi dari gerakan demonstrasi masif dan berskala besar yang dilakukan para mahasiswa di AS, Eropa, dan sejumlah negara lain.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

2 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

2 hari lalu

AS: Israel Belum Sampaikan Rencana Komprehensif Soal Invasi Rafah

Israel belum menyampaikan kepada pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden ihwal "rencana komprehensif" untuk melakukan invasi terhadap Rafah.

Baca Selengkapnya