Kanselir Jerman Angela Merkel berbicara saat konferensi pers tentang virus Corona di Berlin, Jerman, 11 Maret 2020. [REUTERS / Axel Schmidt]
TEMPO.CO, Jakarta - Pasca KTT G20, Kanselir Jerman Angela Merkel meminta COVAX untuk segera memulai negosiasi dengan produsen-produsen vaksin COVID-19. Hal tersebut menyusul kabar bahwa beberapa produsen sudah menyelesaikan uji vaksin mereka dan mulai mendaftarkannya ke badan regulator.
Harapan Merkel, dengan COVAX segera memulai pembicaraan dengan produsen, maka suplai untuk negara berkembang bisa diamankan. Ia khawatir negara-negara besar akan memprioritaskan suplai untuk masing-masing duhulu dibanding negara-negara kecil yang jauh lebih terdampak COVID-19.
"Jujur saya khawatir belum ada negosiasi," ujar Angela Merkel, dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 23 November 2020.
COVAX initiative, sebagaimana diberitakan sebelumnya, adalah program bentukan WHO. Ia dibentuk untuk memastikan ada vaksin COVID-19 untuk negara-negara berkembang yang secara ekonomi dan akses kesulitan mendapatkan suplai.
Kurang lebih ada 75 negara yang mendukung inisiatif COVAX. Dalam prosesnya, mereka akan membantu pengadaan vaksin dengan memberikan pendanaan yang diperlukan. Targetnya, ada 90 negara miskin yang akan terbantu oleh inisitaif ini.
Sayangnya, menurut Merkel, COVAX terlihat kurang agresif mengamankan suplai vaksin COVID-19. Negara Eropa dan Amerika, kata ia, lebih cekatan membeli suplai vaksin COVID-19 dengan langsung memesan begitu vaksin dinyatakan efektif.
Inggris, misalnya, sudah memesan dosis dalam jumlah besar ke Pfizer begitu vaksin COVID-19 buatannya teruji 94 persen efektif. Mereka memesan 40 juta dosis dan mengharapkan setidaknya 10 juta dosis di antaranya siap sebelum akhir tahun jika regulator mengesahkan.
"Yang terpenting sekarang adalah COVAX memulai negosiasi dengan berapapun uang yang sudah terkumpul sekarang," ujar Angela Merkel. Per berita ini ditulis, COVAX sudah mengumpulkan US$5 miliar di mana US$600 juta di antaranya berasal dari Jerman.