Joe Biden Menangi Pemilu AS, Ini Alasan Donald Trump Kalah

Senin, 9 November 2020 07:00 WIB

Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat akan berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Washington, AS, 5 November 2020. Joe Biden hanya membutuhkan enam suara lagi untuk meraih 270 suara elektoral. REUTERS/Carlos Barria

TEMPO.CO, Jakarta - Joe Biden mengalahkan inkumben Donald Trump di Pemilu AS pada pekan lalu. Ia berhasil mengumpulkan lebih dari 270 suara elektoral. Adapun kemenangan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah kemampuan Joe Biden menampilkan dirinya sebagai anti-tesis dari Donald Trump dalam menyikapi dan mengkomunikasikan sebuah isu.

Sepanjang 2020, Donald Trump memang banyak melakukan hal-hal yang membuat dahi berkerut. Terutama, dalam menyikapi tiga isu besar yang terjadi di Amerika. Ketiga isu tersebut adalah soal pandemi COVID-19, runtuhnya perekonomian Amerika, serta pembunuhan George Floyd. Sebagai contoh, dalam penanganan Pandemi COVID-19, Donald Trump malah mengacuhkan masukan pakar.

Donald Trump mengira dengan mencoba menjadi "dirinya sendiri" yang blak-blakan, tampil beda, dan menghina, dia akan mengamankan dukungan di Pemilu AS 2020. Nyatanya, hal yang ia lakukan malah menunjukkan bahwa sesungguhnya ia tidak siap untuk menangani isu-isu penting. Padahal, dari hasil wawancara Tempo dengan sejumlah warga Amerika, mereka mencari Presiden AS yang bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Alhasil, mereka pun malas memilih Donald Trump.


"Jika saja dia lebih tenang, koheren, dan menyakinkan dalam merespon pandemi COVID-19, dia pasti bisa menutupi selisih suara yang ia butuhkan," ujar pakar strategi kampanye Republikan, Ryan Williams, dikutip dari Reuters, Ahad, 8 November 2020.

Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat akan berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Washington, AS, 5 November 2020. Joe Biden akan dipastikan resmi menjadi presiden AS jika telah meraih 270 suara elektoral. REUTERS/Carlos Barria


Salah satu masukan pakar yang Donald Trump acuhkan adalah soal memakai masker. Ketika Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengeluarkan himbaun memakai masker, Donald Trump malah meremehkannya. Ia menyebut hal tersebut hanya "himbauan" jadi tidak bersifat wajib.

Hal lain yang diacuhkan Donald Trump adalah masukan untuk lockdown. Khawatir roda ekonomi akan tertahan dan pada akhirnya mengganggu elektabilitasnya, Donald Trump memilih untuk mengabaikannya. Alhasil, sampai sekarang, pandemi COVID-19 masih terjadi di Amerika dengan jumlah kasus lebih dari 10 juta. Perekonomian AS pun belum kunjung membaik.

Hal itu diperparah komunikasi yang buruk. Ketika Donald Trump mengetahui para pakarnya mendapat rating bagus saat memberikan update harian COVID-19, ia memutuskan untuk mengambil alihnya. Walhasil, dalam penyampaiannya, informasi penting itu kerap dipaparkan dengan gaya Donald Trump yang sarat improviasi (baca: suka-suka dia). Dalam satu momen, Donald Trump bahkan menyarankan disinfektan diinjeksikan ke tubuh pasien untuk menyembuhkan COVID-19.

Puncaknya, Donald Trump sendiri tertular COVID-19. Tak lama setelah ia dinyatakan positif, staf-stafnya pun menyusul. Perkembangan terbaru, Kepala Staf Kepresidenan Mark Meadows pun juga tertular pada Pemilu AS kemarin. Untungnya, Donald Trump sembuh dalam tiga hari.

Ketika sembuh, Donald Trump bukannya menggunakan pengalamannya untuk memperingatkan bahaya COVID-19. Sebaliknya, Donald Trump mencoba menampilkan dirinya sebagai pria yang kebal. Ia kembali berkampanye tanpa masker dan menyerang segala kekhawatiran soal COVID-19. Kampanye-kampanye bahkan melibatkan ribuan pendukung tanpa protokol kesehatan mumpuni.

Presiden Donald Trump, saat melakukan kampanye setelah negatif Covid-19 di Bandara Internasional Orlando Sanford di Sanford, Florida, 12 Oktober 2020. REUTERS/Jonathan Ernst


"Covic, covid, covid melulu. Pada tanggal 4 November, kalian tidak akan lagi mendengarnya," klaim Donald Trump saat itu.

Gaya serupa dipakai Donald Trump ketika kasus pembunuhan George Floyd meledak. Bukannya mendukung para demonstran yang mengeluhkan isu rasisme, Donald Trump mengambil posisi kontra. Ia bahkan tidak menunjukkan sikap solidaritas saat demonstrasi kematiaan George Floyd terjadi di Washington DC.

Menggunakan kuasanya, Donald Trump menerjunkan aparat dan garda nasional untuk memukul mundur demonstran. Setelah itu, ia berjalan menuju gereja di dekat Gedung Putih dan berfoto dengan alkitab di sana.

Kala itu, Donald Trump mencoba menyuarakan pesan law and order, bukan anti-rasisme. Namun, alih-alih mendapat dukungan, pesan yang disampaikan Donald Trump itu malah makin memanaskan kritik warga Amerika, terutama komunitas kulit hitam. Dampaknya, ketika Pemilu AS berlangsung, 87 persen pemilih kulit hitam lebih memilih Joe Biden.

Wali Kota Muriel Bowser melihat mural Black Lives Matter yang dilukis di jalan, selama protes nasional terhadap kematian George Floyd oleh polisi Minneapolis, di Washington DC, AS, 5 Juni 2020. [Khalid Naji-Allah Executive Office of the Mayor/Handout via REUTERS]


Ahli strategi kampanye Republikan, Ron Bonjean, menyebut Donald Trump menyia-nyiakan banyak kesempatan menggaet pendukung baru. Walaupun penting untuk menjaga basis pendukung utama, Bonjean berkata Donald Trump tidak boleh lupa memperluas cakupan simpatisannya.

"Jika saja di sadar bahwa ada cara untuk memperluas jangkauannya (dan mengubah pendekatannya), hal itu akan memberinya keunggulan pada Pemilu AS kemarin," ujar Bonjean.

Hingga Pemilu AS berakhir, gaya komunikasi Donald Trump belum berubah. Ia masih menyakini dirinya yang menang dan menebar klaim/ tuduhan soal suara pemilihnya dicuri. Twitter sampai enam kali menegurnya karena membuat klaim-klaim menyesatkan. Pada akhirnya Trump tetaplah Trump.

ISTMAN MP | REUTERS

https://www.reuters.com/article/us-usa-election-trump-loss-analysis/analysis-at-pivotal-moments-of-2020-trump-failed-to-win-over-doubters-idUSKBN27O0EJ


Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

2 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

2 hari lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

2 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

2 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

2 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

3 hari lalu

Partai Demokrat AS Kirim Surat ke Joe Biden, Minta Cegah Serangan Israel di Rafah

Puluhan anggota Partai Demokrat AS menyurati pemerintahan Presiden Joe Biden untuk mendesak mereka mencegah rencana serangan Israel di Rafah.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

4 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

5 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya