Aplikasi Pemilu Myanmar Sebut Rohingya sebagai Bengali, Uni Eropa Protes

Kamis, 8 Oktober 2020 11:40 WIB

Pengungsi Rohingya, yang melintasi perbatasan dari Myanmar dua hari sebelumnya, berjalan setelah mereka mendapat izin dari tentara Bangladesh untuk melanjutkan ke kamp-kamp pengungsi, di Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh 19 Oktober 2017. Bulan ini menandai peringatan kedua tentang pelarian lebih dari 730.000 Rohingya dari Negara Bagian Rakhine di Myanmar barat laut ke Bangladesh setelah tindakan keras pimpinan militer dalam menanggapi serangan oleh gerilyawan Muslim di pos-pos polisi Myanmar. REUTERS / Jorge Silva / File Photo

TEMPO.CO, Jakarta - Aplikasi telepon seluler yang digunakan Myanmar untuk membantu proses pemilu dikritik atas penggunaan istilah rasis yang menyerang kaum Muslim Rohingya. Padahal Uni Eropa, selaku penyandang dana pembuatan aplikasi sudah meminta untuk menghapus kontroversi tersebut.

Dilansir dari Channel News Asia, aplikasi mVoter2020, yang tujuannya adalah meningkatkan kesadaran pemilih, memberi label pada dua kandidat etnis Rohingnya dengan sebutan ‘Bengali’. Istilah ini memberi implikasi bahwa mereka adalah imigran dari Bangladesh dan ditolak oleh banyak orang Rohingya.

Setelah tim kampanye Justice for Myanmar mengatakan bahwa aplikasi tersebut berisiko mengobarkan nasionalisme, situs website tempat mengunduh aplikasi langsung offline. Namun para pemilik aplikasi masih bisa mengakses data-data kandidat menggunakan aplikasi tersebut.

Pierre Michel, penasihat diplomasi publik untuk misi Uni Eropa di Myanmar, mengatakan bahwa Uni Eropa sudah sangat menganjurkan penghapusan data-data kontroversial yang menyebabkan diskriminasi.

Aplikasi ini dikembangkan oleh Komisi Pemilihan Umum Myanmar, didukung oleh STEP Democracy, dan didanai oleh Uni Eropa. Proyek ini dilaksanakan di Myanmar oleh Institut Internasional untuk Demokrasi dan Bantuan Pemilu (International IDEA), dan Asia Foundation yang berbasis di Amerika.

Advertising
Advertising

Namun, para penyedia dana berusaha untuk menjauhkan diri dari aplikasi. Mereka justru menyuruh Komisi Pemilihan Umum Myanmar untuk bertanggung jawab penuh atas kontennya, serta menghapus rincian keterlibatan penyedia dana.

Seorang kandidat Rohingya yang terdaftar sebagai "Bengali" di aplikasi didiskualifikasi dari pencalonan pada hari Jumat setelah komisi itu mengatakan telah menemukan orang tuanya bukan warga negara. Masih belum jelas apakah keputusan itu terkait dengan aplikasi.

Marcus Brand, direktur negara International IDEA, mengatakan bahwa organisasi tersebut menyesali para kandidat yang menjadi sasaran, dilecehkan atau diserang karena etnis atau afiliasi agama mereka.

Namun ia juga mengatakan bahwa deklarasi etnis dan agama merupakan bagian penting dari proses pemilihan Myanmar.

FERDINAND ANDRE | CNA

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

10 jam lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

1 hari lalu

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

Ursula von der Leyen mengakui TikTok telah menimbulkan ancaman, namun dia tidak menjelaskan lebih detail.

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

1 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

2 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

5 hari lalu

Airlangga Klaim Amerika Dukung Penundaan UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Amerika Serikat diklaim mendukung penundaan kebijakan UU Anti Deforestasi Uni Eropa yang dianggap merugikan sawit Indonesia.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

6 hari lalu

Eks Ketua HRW: Israel Halangi Penyelidikan Internasional terhadap Kuburan Massal di Gaza

Pemblokiran Israel terhadap penyelidik internasional memasuki Jalur Gaza menghambat penyelidikan independen atas kuburan massal yang baru ditemukan

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

6 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

6 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

7 hari lalu

BNPT Apresiasi Kerja Sama Penanggulangan Terorisme dengan Uni Eropa

Indonesia menjadi role model upaya penanggulangan terorisme. Uni Eropa sangat ingin belajar dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

8 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya