Yoshihide Suga, Anak Petani Stroberi yang Jadi Perdana Menteri Jepang
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Selasa, 15 September 2020 06:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Yoshihide Suga, tangan kanan mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, memenangkan pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa pada Senin, membuka jalan baginya untuk menjadi perdana menteri dalam pemungutan suara parlemen minggu ini.
Suga, 71 tahun, yang menjabat kepala sekretaris kabinet selama hampir delapan tahun masa jabatan Abe, mengatakan dia akan mengejar kebijakan pendahulunya yang dikenal sebagai "Abenomics", kebijakan moneter longgar , pengeluaran dan reformasi pemerintah, serta mengikuti garis diplomatik yang berpusat pada aliansi keamanan AS-Jepang, menurut Reuters, 14 September 2020.
Yoshihide Suga berasal dari daerah terpencil Yuzawa, 480 kilometer timur laut Tokyo, yang saat ini separuh penduduknya berusia di atas 60 tahun. Depopulasi dan penuaan berarti penurunan drastis dalam penerimaan pajak, mendorong pemerintah kota, yang bergantung pada dukungan dari Tokyo, untuk mempertimbangkan bergabung dengan kota lain di prefektur Akita.
Pada Senin, Suga terpilih sebagai pemimpin partai dan akan menggantikan Shinzo Abe yang mengundurkan diri karena alasan kesehatan.
Yoshihide Suga telah digadang oleh pengamat politik sebagai pengganti Shinzo Abe ketika dia mengumumkan pengunduran diri bulan lalu. Suga resmi menjadi perdana menteri pada Rabu.
Suga terpilih sebagai pemimpin baru Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa dengan perolehan sekitar 70% suara, membuka jalan bagi pria berusia 71 tahun itu untuk menjadi perdana menteri, menurut CNN.
Karir politik Suga dan Abe beriringan selama hampir satu dekade sejak terakhir menjadi Perdana Menteri pada 2012. Abe kemudian menjadi pemimpin terlama Jepang sejak akhir Perang Dunia II.
Suga adalah tangan kanan Shinzo Abe dan menjabat sebagai sekretaris kabinet Perdana Menteri, peran antara kombinasi kepala staf dan sekretaris pers.
Meski memliki satu jalan politik, gaya keduanya sangat berbeda. Abe adalah keturunan karismatik dari salah satu dinasti politik paling terkemuka di Jepang, aset penting dalam sistem politik partai yang menghargai silsilah. Ayahnya adalah seorang menteri luar negeri dan dia berhubungan dengan dua mantan Perdana Menteri.
Sementara Suga adalah putra seorang petani dan dia dikenal sebagai pembuat kesepakatan di belakang layar. Dia dibesarkan di pedesaan prefektur Akita dan pindah ke Tokyo setelah sekolah menengah atas.
Suga kemudian melakukan beberapa pekerjaan sambilan, termasuk bekerja di pabrik karton dan di pasar ikan Tsukiji. Suga kuliah sambil bekerja paruh waktu untuk menambah pundi.
Setelah lulus suga bekerja sebentar dan memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai dewan kota di Yokohama. Meskipun dia kekurangan koneksi dan pengalaman politik, dia memiliki kecerdasan dan kerja keras. Pada awal masa karir politiknya, Suga berkampanye dari pintu ke pintu, mengunjungi sekitar 300 rumah sehari dan total 30.000, menurut LDP. Bahkan, pada saat pemilihan enam pasang sepatu Suga rusak karena berkampanye dari rumah ke rumah.
Teman SMP Suga, Masashi Yuri, 71 tahun, yang tinggal tiga rumah dari rumah Suga sewaktu kecil di Akinomiya, mengatakan Suga adalah orang yang kaku sehingga dia hanya pandai memerankan polisi dalam drama sekolah.
Mereka tinggal jauh dari pusat Yuzawa dan membutuhkan dua jam perjalanan untuk ke sekolah.
Tidak seperti politisi Jepang lain yang berasal dari keluarga kaya yang memberikan jabatan dari generasi ke generasi, Suga adalah anak dari petani stroberi dan sering membantu bisnis keluarganya.
Meski dia tidak bisa dibilang miskin, tetapi keluarganya tidak bisa menyisihkan uang.
Dia kemudian bekerja paruh waktu agar bisa masuk ke universitas di Tokyo, termasuk mengangkut sayuran di pasar ikan Tsukiji.
"Keluarganya agak di kelas menengah, mungkin sedikit kelas atas," kata Eiji Ito, 72 tahun, teman masa kecil lain Suga yang sekarang berjualan beras dan bawang di toko kecil di Akinomiya.
"Mereka mengirim dua kakak perempuannya ke universitas, jadi mungkin tidak ada uang tersisa untuknya," kata Ito.
Semasa kecil suka sangat suka olahraga. Dia adalah pelari dan pernah ditunjuk untuk tim sumo sekolah. Suga juga senang bermain bisbol.
Pada 1964, ketika Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas, Suga yang berusia 15 tahun mengambil bagian sebagai pelari pendukung ketika estafet obor Olimpiade melewati Yuzawa.
Sekarang dia dikenal sebagai pemimpin politik yang sukses, orang yang dapat diandalkan untuk menyelesaikan sesuatu sehingga dia menjadi tangan kanan Abe.
Suga adalah sekutu penting Shinzo Abe untuk memberlakukan serangkaian kebijakan ekonomi "Abenomics", yakni kombinasi dari stimulus moneter, peningkatan pengeluaran pemerintah dan reformasi struktural, yang dimaksudkan untuk memulai ekonomi Jepang yang stagnan.
Shinzo Abe mundur di tengah ketidakpuasan atas penanganannya terhadap pandemi virus corona dan krisis ekonomi Jepang, yang telah membuka peluang bagi lawan politiknya.
Masalah utama, seperti utang pemerintah yang besar dan populasi yang menua, tampak membengkak dan meskipun Abe menyerukan reformasi kesetaraan gender di tempat kerja, para kritikus mengatakan dia tidak berhasil mengatasi kesenjangan gender di negerinya.
Yoshihide Suga akan mengisi sisa jabatan Shinzo Abe sampai pemerintah Jepang mengadakan pemilihan umum lagi pada Oktober 2021, tetapi Menteri Pertahanan Jepang Taro Kono mengatakan pada Rabu bahwa pemilihan umum dapat dilakukan paling cepat bulan depan.
FARID NURHAKIM | REUTERS | CNN
Sumber:
https://uk.reuters.com/article/uk-japan-politics-suga-youth/japans-next-prime-minister-as-a-boy-good-in-sports-stiff-as-actor-idUKKBN2640XT
https://ca.reuters.com/article/us-japan-politics-results-idCAKBN2650P1
https://uk.reuters.com/article/uk-japan-politics-suga-hometown/ageing-and-empty-japan-next-premiers-hometown-highlights-challenges-ahead-idUKKBN2640XP
https://edition.cnn.com/2020/09/13/asia/yoshihide-suga-profile-dst-intl-hnk/index.html