Lebanon Cuma Bisa Subsidi Tiga Bulan Lagi karena Bank Sentral Tidak Punya Uang

Rabu, 26 Agustus 2020 08:00 WIB

Seorang demonstran mengibarkan bendera Lebanon di depan polisi anti huru hara selama protes di Beirut, Lebanon, 8 Agustus 2020. [REUTERS / Goran Tomasevic]

TEMPO.CO, Jakarta - Bank sentral Lebanon, Banque Du Liban, hanya bisa mensubsidi bahan bakar, gandum dan obat-obatan untuk warga Lebanon selama tiga bulan lagi karena tidak lagi memiliki cadangan mata uang asing, menurut sebuah sumber resmi mengatakan pada pekan lalu.

Sumber tersebut mengatakan pada 20 Agustus kepada Reuters bahwa bank sentral telah memberi tahu pemerintah bahwa mereka akan mengakhiri subsidi untuk mencegah cadangan turun di bawah US$ 17,5 miliar (Rp 255,9 triliun).

Sumber lain memperkirakan pada pada Juli bahwa bank sentral memiliki cadangan sekitar US$ 18 miliar (Rp 263,2 triliun), sebelum ledakan besar di pelabuhan Beirut bulan ini yang menewaskan 179 orang dan menghancurkan sebagian kota, menurut laporan Reuters, 20 Agustus 2020.

Riad Salameh, gubernur Banque du Liban, bank sentral Lebanon, dilaporkan mengatakan kepada Presiden Michel Aoun bahwa hanya ada cukup uang tunai sebagai cadangan untuk mendanai subsidi barang-barang dasar seperti roti, gandum, bahan bakar dan obat-obatan selama tiga bulan, Arab News melaporkan, 25 Agustus 2020.

Kondisi bangunan bersejarah yang hancur akibat ledakan di Beirut, Lebanon, 13 Agustus 2020. Sebanyak 601 bangunan bersejarah hancur akibat ledakan yang mengguncang Beirut pada 4 Agustus lalu. Xinhua/Bilal Jawich

Advertising
Advertising

Bank sentral Lebanon memiliki US$ 19,6 miliar (Rp 286,6 triliun) yang tersedia, namun US$ 17,5 miliar (Rp 255,9 triliun) di antaranya harus disimpan untuk menutupi sebagian simpanan nasabah bank. Ini menyisakan US$ 2,1 miliar (Rp 30,7 triliun) untuk subsidi yang menelan biaya US$ 700 juta (Rp 10,2 triliun) sebulan.

Kekeringan finansial ini disebabkan oleh penurunan remitansi dari ekspatriat, yang mencapai US$ 7,5 miliar (Rp 109, triliun) pada 2019, jatuhnya pariwisata yang bernilai hingga US$ 7 miliar (Rp 102,3 triliun) setahun, dan kurangnya investasi.

Wabah virus corona dan ledakan di Beirut telah menambah krisis keuangan yang sejak akhir tahun lalu telah memangkas nilai poundsterling Lebanon di pasar paralel, dan berdampak pada impor karena dolar AS semakin langka. Inflasi dan kemiskinan Lebanon juga melonjak.

Namun, tarif resmi yang dipatok 1.507,5 poundsterling Lebanon per dolar AS, yang diberlakukan sejak 1997, tetap tersedia untuk mensubsidi impor utama bahan bakar, gandum, dan obat-obatan, untuk menjaga harga tetap stabil.

Pemerintahan saat ini, yang mengundurkan diri selama ledakan 4 Agustus dan tetap menjabat sebagai pengurus sementara, telah meluncurkan pembicaraan pada Mei dengan Dana Moneter Internasional (IMF) setelah gagal bayar pada utang mata uang asingnya yang besar karena cadangan yang rendah.

Tetapi negosiasi terhenti karena kelambanan reformasi dan pertikaian domestik mengenai besarnya kerugian dalam sistem keuangan.

Bantuan kemanusiaan asing telah mengalir masuk setelah ledakan pelabuhan, tetapi para donotur telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan membantu negara tanpa reformasi untuk mengatasi korupsi yang mengakar dan salah urus.

Sementara itu Arab News melaporkan pemilik toko, restoran, dan bisnis lain di Beirut dan kota-kota lain di Lebanon pada Senin menolak lockdown yang diberlakukan pemerintah Lebanon untuk memperlambat penyebaran virus corona. Mereka mengatakan akan membuka kembali bisnisnya mulai Rabu.

Penolakan pelaku bisnis mencerminkan keprihatinan yang meningkat tentang kebuntuan politik dalam upaya membentuk pemerintahan baru dan memburuknya krisis Lebanon.

Sumber:

https://in.reuters.com/article/lebanon-crisis-cenbank-idINKBN25G1RH

https://www.arabnews.com/node/1724171/business-economy

Berita terkait

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

7 hari lalu

Lebanon akan Menerima Yurisdiksi ICC atas Kejahatan Perang Israel di Wilayahnya

Lebanon akan menerima yurisdiksi Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk mengadili kejahatan perang Israel di wilayahnya sejak Oktober lalu.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

9 hari lalu

Harga Minyak Dunia Naik, Sri Mulyani Bisa Tambah Anggaran Subsidi

Menteri Keuangan Sri Mulyani bisa melakukan penyesuaian anggaran subsidi mengikuti perkembangan lonjakan harga minyak dunia.

Baca Selengkapnya

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

12 hari lalu

Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Pangkalan Militer Israel

Konflik antara Israel - Lebanon kian rumit. Selasa pagi, Hizbullah menembakkan 35 roket ke markas militer Israel.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

13 hari lalu

Paus Fransiskus Khawatirkan Timur Tengah, Serukan Dialog dan Diplomasi

Paus Fransiskus pada Ahad mengemukakan kekhawatiran mengenai situasi di Timur Tengah serta menyerukan untuk terus dilakukan dialog dan diplomasi.

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

13 hari lalu

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

Emmanuel Macron rapat dengan Perdana Menteri Lebanon untuk mendiskusikan kelompok Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

14 hari lalu

Pupuk Subsidi Sudah Bisa Ditebus, Hanya di Kios Resmi

PT Pupuk Indonesia mengumumkan pupuk subsidi sudah bisa ditebus di kios pupuk lengkap resmi wilayah masing-masing.

Baca Selengkapnya

Serangan Iran ke Israel oleh Islamic Revolutionary Guard Corps Iran atau IRGC, Ini Pasukan Garda Revolusi Iran

17 hari lalu

Serangan Iran ke Israel oleh Islamic Revolutionary Guard Corps Iran atau IRGC, Ini Pasukan Garda Revolusi Iran

Konsulat Iran di Damaskus diserang Israel. Garda Revolusi Iran beri serangan balasan dengan tembakkan ratusan rudal ke Israel akhir pakan lalu.

Baca Selengkapnya

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

19 hari lalu

Imbas Serangan Iran ke Israel, Pemerintah akan Evaluasi Anggaran Subsidi BBM 2 Bulan ke Depan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons soal imbas serangan Iran ke Israel terhadap harga minyak dunia. Ia mengatakan pemerintah akan memonitor kondisi selama dua bulan ke depan sebelum membuat keputusan ihwal anggaran subsidi bahan bakar minyak atau BBM.

Baca Selengkapnya

Iran Lakukan Serangan Balasan ke Israel, Begini Tanggapan Negara-negara di Kawasan Timur Tengah

20 hari lalu

Iran Lakukan Serangan Balasan ke Israel, Begini Tanggapan Negara-negara di Kawasan Timur Tengah

Serangan balasan Iran ke Israel menuai beragam respons dari negara-negara di dunia, terutama yang berada di kawasan Timur Tengah.

Baca Selengkapnya

Khotbah Idul Fitri, Pemimpin Tertinggi Iran Kutuk Israel atas Serangan Berdarah di Gaza

24 hari lalu

Khotbah Idul Fitri, Pemimpin Tertinggi Iran Kutuk Israel atas Serangan Berdarah di Gaza

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengutuk Israel dan Barat atas kejahatan di Gaza selama Ramadan dan enam bulan terakhir

Baca Selengkapnya