Peringatan 3 Tahun Pembantaian, Etnis Rohingya Masih Terlunta-lunta

Sabtu, 22 Agustus 2020 05:00 WIB

Sejumlah pengungsi etnis Rohingya duduk menunggu saat tiba di tempat penampungan yang baru di Balai Latihan Kerja (BLK) Desa Mee Kandang, Lhokseumawe, Aceh, Jumat 10 Juli 2020. Sebanyak 99 orang pengungsi Rohingya yang terdiri dari 43 orang dewasa dan 56 anak-anak dipindahkan ke tempat penampungan sementara yang baru dan sehat sambil menunggu kepastian dari imigrasi, IOM dan UHNCR soal sampai kapan mereka akan berada di Indonesia. ANTARA FOTO/Rahmad

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa peringatan pembantaian terhadap etnis minoritas Rohingya oleh tentara Myanmar telah memasuki tahun ketiga. Kejadian pada 2017 tersebut telah mendorong eksodus massal warga etnis Rohingya ke Bangladesh.

Kendati sudah tiga tahun berlalu, prospek bagi hampir satu juta pengungsi etnis Rohingya itu tampaknya masih suram. Mereka tinggal di tenda-tenda bambu dan plastik di kamp-kamp pengungsian.

Sejumlah etnis Rohingya menunggu di ruangan setelah menjalani pemeriksaan kesehatan dan identifikasi di tempat penampungan sementara di bekas kantor Imigrasi Punteuet, Blang Mangat, Lhokseumawe, Aceh, Jumat 26 Juni 2020. Hasil identifikasi dan pemeriksaan tes diagnosa cepat (rapid test) COVID-19 menyatakan sebanyak 99 orang etnis Rohingya dinyatakan non reaktif. ANTARA FOTO/Rahmad

Upaya untuk melakukan repatriasi atau pemulangan para pengungsi itu sudah dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada 2018 dan 2019. Namun dua-duanya gagal karena para pengungsi menolak pulang ke Myanmar. Mereka masih waswas bakal kembali meletup tindak kekerasan terhadap mereka.

Dalam upaya mengubah nasib ke yang lebih baik, beberapa pengungsi ada yang memilih jalan menyelundup menggunakan perahu ke kawasan Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun terakhir, puluhan orang tewas dalam upaya mereka mengadu nasib itu karena kapal reyot mereka yang penuh sesak terbalik di tengah laut atau kekurangan bahan makan selama dalam perjalanan.

Advertising
Advertising

Mereka yang ingin menyelinap ilegal akan semakin susah karena negara-negara seperti Malaysia sudah menutup pintu-pintu perbatasan mereka. Malaysia juga mengancam akan memutar balik perahu-perahu pembawa imigran ilegal etnis Rohingya, balik lagi. Malaysia beralasan ingin melindungi lapangan kerja dan SDM mereka di tengah lockdown virus corona.

“Saya hanya berdoa dan berharap agar suatu hari keluarga saya akan menetap di negara Barat”, kata Mohammed Nur, yang tinggal di kamp pengungsi di distrik Cox’s Bazar, Bangladesh, yang bertetangga dengan Myanmar.

Beberapa pengungsi etnis Rohingya bergantung pada harapan opsi ketiga, yakni ditempatkan ke sebuah negara maju. Nur, masuk dalam daftar segelintir pengungsi Rohingya dalam program ini.

Sayang, Bangladesh yang selama berpuluh tahun membuka pintu bagi pengungsi etnis Rohingya, memutuskan mengakhiri program ini pada 2019. Keputusan itu diambil di tengah kekhawatiran Bangladesh bakal menjadi penghubung bagi para pengungsi yang ingin pindah ke negara-negara Barat.

“Umur saya sekarang 29 tahun, tetapi saya memutuskan belum menikah karena saya tidak ingin menambah jumlah keluarga,” kata Nur.

Keberlangsungan program penempatan para pengungsi Rohingya ke negara-negara Barat sepenuhnya bergantung pada Bangladesh. Komisi Bangladesh untuk pengungsi mengatakan fokus pihaknya adalah repatriasi, namun pihaknya siap bekerja sama menempatkan para pengungsi itu ke negara-negara lain jika pemerintahannya memutuskan melanjutkan program itu.

“Jika keputusan diambil pemerintah, kami siap melaksanakannya”, kata Mahbub Alam Talukder dari Komisi Bangladesh untuk pengungsi Rohingya.

Kementerian Luar Negeri Bangladesh dan Kementerian Dalam Negeri belum mau berkomentar soal ini.

Terhitung sejak 2006 - 2010, program penempatan pengungsi Rohingya ke negara maju telah mengirimkan sekitar 920 warga etnis Rohingya ke negara-negara seperti Australia, Kanada, dan Amerika Serikat.

FARID NURHAKIM | REUTERS

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

22 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

1 hari lalu

BNPB Salurkan Dana Bantuan Rp 2,25 Miliar untuk Penanganan Erupsi Gunung Ruang

BNPB meminta semua kebutuhan dasar masyarakat terdampak erupsi Gunung Ruang dapat segera dipenuhi.

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

4 hari lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

5 hari lalu

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengajak masyarakat Distrik Aifat, Maybrat, yang masih mengungsi kembali pulang

Baca Selengkapnya

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

5 hari lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

12 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

18 hari lalu

Bocoran Memo Internal New York Times Soal Gaza: Tak Boleh Menulis kata Genosida hingga Pendudukan

The New York Times menginstruksikan para jurnalis yang meliput serangan Israel di Gaza untuk membatasi penggunaan istilah genosida hingga pendudukan

Baca Selengkapnya

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

19 hari lalu

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

22 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

24 hari lalu

Anak-anak Pengungsi Rohingya Dapat Bantuan Baju Lebaran

Baju Lebaran yang diberikan oleh Yayasan BFLF Indonesia berupa satu setelan busana muslim untuk anak perempuan pengungsi Rohingya

Baca Selengkapnya