Ledakan di Beirut 2 Kali Lebih Besar dari Induk Segala Bom
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Kamis, 6 Agustus 2020 13:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ledakan di sebuah pelabuhan di Ibu Kota Beirut, Lebanon pada Selasa petang, 4 Agustus 2020, menggemparkan dunia. Ledakan itu bukan hanya merusak gedung-gedung, namun juga menewaskan ratusan orang dan melukai ribuan orang.
Dikutip dari businessinsider.com, penyebab pasti ledakan masih simpang-siur. Akan tetapi, investigasi memfokuskan pada sebuah gudang yang menyimpan 2.750 ton bahan kimia ammonium nitrat.
Dahsyatnya ledakan itu digambarkan setara dengan getaran gempa bumi 3,3 skala richter dan dampak ledakan itu sampai bermi-mil jauhnya dari pusat ledakan. Para ahli mengatakan ledakan itu seperti setara dengan ratusan ton TNT (bahan peledak).
Jeffrey Lewis, seorang ahli nuklir dan senjata konvensional dari Institut Studi Internasional Middlebury di California, Amerika Serikat, memperkirakan ada sekitar 200 – 500 ton bahan kimia berbahaya jika melihat dari kerusakan yang diakibatkan ledakan tersebut, gelombang kejut, sinyal seismic dan ukuran kawah (bekas ledakan).
Ledakan sebesar itu setidaknya dua kali lipat lebih besar dari ledakan GBU-43/B massive ordnance air blast atau nama lain induk dari segala bom. GBU-43/B adalah senjata non-nuklir di persenjataan Amerika Serikat yang berkekuatan sekitar 11 ton bahan peledak.
Senjata GBU-43/B pertama kali digunakan pada April 2017 untuk melumpuhkan militan Islamic State atau ISIS di Afganistan.
Ledakan di Ibu Kota Beirut, Lebanon, diakui oleh para pengamat sangat keras sehingga mereka sempat menduga Kota itu dihantam sebuah ledakan nuklir. Awan membumbung ke angkasa di pusat ledakan tak lama setelah bunyi ledakan terdengar. Gubernur Beirut membandingkan kejadian mengerikan pada Selasa kemarin dengan bom atom yang merekmukan Kota Hiroshima dan Nagasaki selama Perang Dunia II.