Inggris Terbitkan Aturan untuk Kendalikan Obesitas
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Rabu, 29 Juli 2020 05:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Inggris pada Senin, 27 Juli 2020, mengumumkan rencana dalam mengatasi masalah obesitas di negara itu supaya dampaknya bisa lebih baik melindungi masyarakat dalam melawan wabah virus corona.
Diantara rencana penanganan masalah obesitas itu adalah melarang iklan makanan tinggi lemak, gula dan garam sebelum pukul 9 malam waktu setempat. Dengan begitu anak-anak bisa dikurangi dari godaan untuk mengkonsumsi jenis makanan tersebut. Pemerintah Inggris juga mengimbau agar promo ‘buy one get one’ untuk makanan yang tidak sehat, dikurangi.
Dalam upaya mengatasi obesitas ini, Inggris juga melarang penempatan barang-barang tidak sehat di area pintu masuk toko atau kasir.
“Makanan dalam menu harus membantu orang dalam memilih makanan yang sehat ketika makan di luar rumah. Sedangkan minuman beralkohol juga tak lama lagi akan dimasukkan dalam daftar minuman berkalori,” demikian pernyataan Pemerintah Inggris, seperti dikutip dari aa.com.tr.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengakui dia bahkan termasuk orang yang kegemukan ketika dirawat di rumah sakit karena terkena Covid-19. Namun sekarang dia sudah bisa mengurangi berat badan dan olahraga jalan kaki bersama anjingnya setiap pagi.
“Ketika masuk ke ICU, saya sungguh kesakitan. Saya kegemukan. Saya lalu mulai rutin jalan pagi bersama anjing saya dan sekarang saya sudah lebih baik,” kata Johnson.
Menurut Johnson, masyarakat yang bisa menjaga berat badan normalnya sama dengan melindungi kesehatan sendiri. Ini berarti pula tenaga kesehatan juga terlindungi. Johnson menekankan yang dilakukan pihaknya saat ini adalah membuat strategi kesehatan yang lebih baik demi menolong masyarakat mengurangi kelebihan berat badan.
Sekitar 63 persen orang dewasa di Inggris mengalami obesitas atau kelebihan berat badan. Penyakit yang terkait dengan obesitas menyedot anggaran kesehatan sampai 6 miliar GBP atau Rp 112 triliun.
Orang yang kelebihan berat badan juga semakin berisiko tertular virus corona. Hampir 8 persen pasien kritis di ICU karena Covid-19 dalam kondisi gemuk yang tidak sehat.