Analis Khawatir Eskalasi Amerika dan Cina Tekan Bursa Saham

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Sabtu, 25 Juli 2020 17:01 WIB

Bendera Republik Rakyat Cina dan bendera AS berkibar di tiang lampu di sepanjang jalan Pennsylvania Avenue dekat Capitol AS selama kunjungan kenegaraan Presiden China Hu Jintao, di Washington, DC, Amerika Serikat, 18 Januari 2011.[REUTERS/Hyungwon Kang]

TEMPO.CO, Chengdu – Manajer portofolio di Atta Capital, Alan Li, mengatakan eskalasi ketegangan Amerika Serikat dan Cina terkait penutupan kantor Konsulat Jenderal Cina di Houston, Texas, dan Konjen AS di Chengdu menebar sentimen negatif di pasar saham.

Dia mengatakan ini menanggapi anjloknya indeks saham di bursa saham CSI 300 di Shanghai dan Shenzen, Cina, sebanyak sekitar 4.4 persen. Shanghai Composite Index juga turun 3.9 persen.

“Semua berita buruk,” kata Alan Li seperti dilansir media South China Morning Post pada Jumat, 24 Juli 2020.

Alan mengatakan ada juga sentimen buruk lainnya yang menekan pasar yaitu angka jumlah pengangguran di AS mulai meningkat, paket stimulus AS kedua tertunda, dan bank sentral Cina cenderung memperkuat likuiditas pada paruh kedua.

Menurut Direktur Riset di Emperor Securities, Stanley Chan, aksi jual saham di bursa akan terus berlangsung baik di Cina dan Hong Kong jika ketegangan kedua negara ekonomi terbesar dunia tidak menurun.

Advertising
Advertising

“Jika ketegangan berlanjut dan memuncak, maka market akan turun lebih banyak untuk mengetes level yang lebih rendah,” kata Stanley Chan.

Secara terpisah, pengamanan di sekitar kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Kota Chengdu diperketat pada Sabtu, 25 Juli 2020.

Ini terjadi seiring staf konjen bersiap untuk meninggalkan kantor itu menyusul perintah pengosongan oleh otoritas Cina.

Cina meminta AS mengosongkan kantor Konjen di Chengdu sebagai pembalasan atas perintah serupa untuk Konjen Cina di Houston, Amerika Serikat pada awal pekan ini.

“Logo konsulat di dalam kompleks telah dicopot seiring aktivitas staf konjen ke luar masuk menggunakan kendaraan,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 25 Juli 2020.

Aksi saling balas penutupan Konjen ini membuat hubungan Amerika dan Cina memburuk dengan cepat. Kedua negara adalah pemilik senjata nuklir dan merupakan ekonomi terbesar pertama dan kedua.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

5 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

10 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

11 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

15 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

18 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

2 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya