UU Keamanan Nasional Hong Kong Lolos, Aktivis Demokrasi Mengungsi

Selasa, 30 Juni 2020 13:38 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis pro demokrasi Hong Kong, Joshua Wong, memutuskan untuk mundur dari organisasinya, Demosisto. Hal tersebut menyusul diloloskannya UU Keamanan Nasional Hong Kong oleh Parlemen Cina pada Selasa ini, 30 Juni 2020.

Dikutip dari kantor berita Reuters, Joshua Wong sudah mengambil keputusan untuk mundur sebelum UU Keamanan Nasional Hong Kong diloloskan. Ia merasa suaranya tidak akan lagi bisa didengar apabila UU Keamanan Nasional Hong Kong berlaku.

"Saya akan menjadi target utama Beijing," ujar Joshua Wong sebagaimana dikutip dari Reuters.

Diberitakan sebelumnya, Parlemen Cina telah meloloskan UU Keamanan Nasional Hong Kong dengan perolehan suara 162. UU tersebut akan mengatur penanganan tindakan subversif, terorisme, gerakan separatis, dan kolusi dengan negara asing. Ancaman hukuman bagi pelanggarnya, maksimal, penjara seumur hidup.

Diloloskannya undang-undang tersebut dikhawatirkan berbagai pihak akan mencabut otonomi dan independensi Hong Kong. Dengan kata lain, Hong Kong menjadi sepenuhnya di bawah kontrol Cina. Di sisi lain, Cina jadi memiliki amunisi untuk membungkam para penentangnya dengan dalih mereka mengancam keamanan nasional.

Joshua Wong adalah salah satu aktivis pro demokrasi di Hong Kong yang rajin mengkritik pemerintahan setempat maupun Cina. Lewat organisasi Demosisto, ia merangkul dukungan dari berbagai negara untuk memastikan Hong Kong tetap independen dan mejunjung kebebasan berpendapat. Oleh Cina, Joshua Wong disebut sebagai "tangan hitam" asing.

"Jika suara saya tak lagi terdengar, saya harap komunitas internasional tetap terus membela Hong Kong dan hak kebebasan berpendapat," ujar Joshua Wong.

Joshua Wong tidak mundur sendirian. Koleganya, Nathan Law dan Agnes Chow juga memutuskan untuk mundur dari Demosisto. Walau begitu, mereka mengatakan bahwa perjuangan mereka belum usai. "Perjuangan warga Hong Kong Akan terus berlanjut dengan sikap yang semakin kuat," ujar Law.

Di luar kelompok Demosisto, ada aktivis independensi Hong Kong, Wayne Chan, yang memutuskan kabur dari negara itu. Ia mengaku takut dirinya akan ditahan setelah UU Keamanan Nasional Hong Kong diloloskan.

Lembaga bantuan hukum independen, Hong Kong National Front, malah memutuskan untuk menutup kantornya di Hong Kong. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan keamanan untuk anggota-anggotanya. Adapun kantor cabang di Taiwan dan Inggris tetap dibuka karena relatif lebih aman.

Merespon ketakutan berbagai pihak atay aktivis, pemerintah Cina mengklaim bahwa UU Keamanan Nasional Hong Kong hanya akan menyasar kelompok-kelompok pembuat onar. Mereka yang patuh, kata Pemerintah Cina, tidak perlu takut

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

2 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

3 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

10 jam lalu

Presiden Jokowi dalam Sorotan Aksi Hari Buruh Internasional Kemarin

Aksi Hari Buruh Internasional pada Rabu kemarin menyoroti janji reforma agraria Presiden Jokowi. Selain itu, apa lagi?

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

22 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

23 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

23 jam lalu

Massa Aksi May Day Bakar Baliho Jokowi dan Hakim MK Sebagai Bentuk Kekecewaan

Peserta aksi Hari Buruh Internasional atau May Day membakar baliho bergambar Presiden Jokowi di kawasan Patung Arjuna Wijaya, Jakpus

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

2 hari lalu

Dosen Filsafat UGM Sebut Pentingnya Partai Oposisi: Jika Tidak Ada, Maka Demokrasi Tambah Merosot Jauh

Keberadaan partai oposisi sangat penting untuk memberikan pengawasan dan mengontrol jalannya pemerintahan. Ini pendapat dosen filsafat UGM.

Baca Selengkapnya