WHO: Konflik Antar Negara Jadi Ancaman di Tengah Pandemi Corona

Selasa, 23 Juni 2020 08:30 WIB

Direktur jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus. Christopher Black/WHO/Handout via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengeluhkan tidak solidnya negara-negara anggota dalam memerangi pandemi virus Corona. Menurutnya, konflik antar negara dan kurangnya kesatuan dalam memerangi Corona adalah ancaman terbesar di tengah pandemi yang memakan ratusan ribu jiwa itu.

"Dunia benar-benar darurat membutuhkan kesatuan dan solidaritas global. Politisasi pandemi memperburuk situasinya," ujar Ghebreyesus dalam forum kesehatan di World Government Summit sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 22 Juni 2020.

Ghebreyesus tidak menyebut secara detil negara mana saja yang berkonflik di tengah pandemi Corona. Apabila mengacu pada ketegangan terkait WHO selama ini, maka nama yang kerap disebut WHO adalah Amerika dan Cina.

Sebagaimana beberapa kali diberitakan, Amerika mengkritik WHO terlalu Cina sentris dan tidak kritis dalam menangani pandemi Corona. Padahal, menurut Amerika, Cina adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas terjadinya pandemi virus Corona. Saking kesalnya terhadap WHO, Amerika mencabut donasi ratusan juta Dollar yang biasa mereka berikan ke WHO.

Amerika, sambil mengajak sekutu-kutunya, juga mendorong adanya reformasi WHO serta investigasi terkait asal usul virus Corona. Cina keras menolak usulan itu, menganggapnya sebagai langkah politis untuk memojokkannya. Namun, belakangan, Cina menerimanya asal WHO yang mengkoordinir investigasi.

Logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terpampang di pintu masuk kantor pusatnya di Jenewa, 25 Januari 2015. [REUTERS / Pierre Albouy / File Foto]

Ghebreyesus melanjutkan bahwa WHO tidak mempermasalahkan tekanan berbagai negara untuk segera melakukan reformasi. Ia mengaku bahwa banyak hal terkait WHO harus diperbaiki, termasuk regulasi kesehatan internasional. Menurut Ghebreyesus, regulasi kesehatan internasional yang terbaru harus lebih terkoordinir, transparan, serta fleksibel dalam hal pendanaan.

Namun, sebelum reformasi dilakukan, Ghebreyesus meminta negara-negara anggota WHO untuk menyelesaikan masalah di antara mereka. Menurutnya, terus berkonflik satu sama lain tak akan menyelesaikan masalah pandemi Corona. Lagipula, dirinya sudah mengatakan bahwa WHO akan melakukan evaluasi begitu pandemi mereda.

"Ancaman terbesar sekarang bukanlah virus Corona, tetapi kurangnya kepemimpinan dan solidaritas global," uja Ghebreyesus menegaskan kembali.

Hingga berita ini ditulis, tercatat ada 9 juta kasus virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia. Untuk angka kematian, ada 471 ribu orang diikuti angka pasien sembuh sebanyak 4,8 juta orang.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

37 menit lalu

Cina Turun Tangan Pertemukan Fatah dan Hamas di Beijing

Pemerintah Cina turun tangan mempertemukan dua kelompok berseteru di Palestina yaitu Fatah dan Hamas

Baca Selengkapnya

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

2 jam lalu

Terkini: Pesan Zulkifli Hasan ke Pejabat Baru Dilantik terkait konflik Timur Tengah, AHY Serahkan 300 Sertifikat Gratis di Sulawesi Tenggara

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas melantik Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama atau Pejabat Eselon I dan II Kementerian Perdagangan.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

5 jam lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 jam lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

21 jam lalu

Terkini: Lahan Padi Cina 1 Juta Hektar di Kalimantan Menuai Polemik, Cara Daftar Subsidi LPG 3 Kilogram

Rencana pembukaan lahan 1 juta hektar untuk padi Cina di Kalimantan menuai pro dan kontra. Cara mendaftar menjadi penerima subsidi LPG 3 kilogram.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

23 jam lalu

Menlu Retno Setuju Upaya Bersama Berantas Judi Online: Ini Kejahatan Transnasional

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menilai penting penanganan judi online dapat diselesaikan secara bekerja sama.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

1 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

1 hari lalu

Terkini: Usulan BTN Program 3 Juta Rumah Prabowo-Gibran, Pro Kontra Rencana Buka Lahan 1 Juta Ha untuk Padi Cina

BTN mengusulkan skema dana abadi untuk membiayai program 3 juta rumah yang dicanangkan oleh pasangan Capres-cawapres terpilih Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

1 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

1 hari lalu

Huawei Kembali ke Posisi Atas Penguasa Pasar Ponsel di Cina

Honor dan Huawei menempati posisi pertama pangsa pasar ponsel pintar di negara asalnya, Cina., menurut IDC

Baca Selengkapnya