John Bolton Sebut Donald Trump Tidak Layak Jadi Presiden

Jumat, 19 Juni 2020 17:00 WIB

Penasihat Keamanan Nasional John Bolton mendengarkan ketika Presiden AS Donald Trump mengadakan rapat kabinet di Gedung Putih di Washington, AS, 9 April 2018. [REUTERS / Kevin Lamarque]

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan penasihat keamanan Ameriak Serikat John Bolton dan pemimpin Partai Demokrat Nancy Bolton menyebut Donald Trump tidak layak untuk menjadi presiden.

Presiden Donald Trump diserang dari kedua sisi Demokrat liberal Nancy Pelosi dan konservatif John Bolton ketika Trump berupaya menghalangi John Bolton menerbitkan buku "The Room Where It Happened: A White House Memoir", yang berisi pengalaman Bolton selama menjabat di Gedung Putih.

"Presiden Trump jelas tidak layak secara etis dan tidak siap secara intelektual untuk menjadi presiden Amerika Serikat," kata Nancy Pelosi, ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS, dalam jumpa pers, seperti dilaporkan Reuters, 19 Juni 2020.

Sementara dalam buku barunya, Bolton menuduh presiden Partai Republik itu melakukan kesalahan besar, termasuk secara eksplisit mencari bantuan Presiden Cina Xi Jinping untuk memenangkan pemilihan ulang pada bulan November.

"Saya kira dia tidak layak untuk menjabat," kata Bolton kepada ABC News dalam bagian dari wawancara yang disiarkan pada hari Kamis.

Advertising
Advertising

"Benar-benar tidak ada sama sekali prinsip yang dapat dicontoh yang saya peroleh selain apa yang baik selain kepentingan pemilihan kembali Donald Trump," katanya.

Pelosi mengatakan pada konferensi pers mingguan bahwa dia sedang berkonsultasi dengan rekan Demokratnya mengenai apakah akan memanggil Bolton tentang tuduhan dalam buku itu, yang belum didistribusikan.

Jika Bolton bersaksi di depan Kongres, itu bisa menghidupkan kembali masalah kompetensi Trump saat ia menghadapi pilpres pada 3 November dari Joe Biden, calon presiden dari Partai Demokrat, dan menangkis kecaman atas penanganan pandemi virus corona, kebrutralan polisi, dan protes atas rasisme.

Bolton menolak untuk bersaksi di penyelidikan pemakzulan DPR tahun lalu dan mengancam akan menuntut jika dipanggil. Dia menawarkan untuk bersaksi dalam persidangan berikutnya di Senat, tetapi kamar parlemen yang dikontrol Partai Republik tidak menerima tawaran itu.

Senator Republik pada hari Kamis menolak kritik bahwa mereka seharusnya memanggil Bolton untuk bersaksi, dan menolak untuk berbicara tentang tuduhan Bolton.

Pemimpin Republik di DPR, Kevin McCarthy, sekutu Trump yang setia, mengatakan Bolton membuat klaim "sensasional" untuk menjual buku.

"Uang mendorong banyak orang (untuk membeli bukunya) dia mengatakan banyak hal," katanya.

Trump sendiri telah menolak memoar itu sebagai "kompilasi kebohongan" dan memanggil Bolton, yang meninggalkan Gedung Putih pada bulan September, "anak anjing yang sakit" yang berusaha membalas dendam atas pemecatannya.

Buku itu juga mengungkap pandangan samar Bolton terhadap Trump. Selama pertemuan 2018 dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Bolton mengatakan ia mendapat catatan dari Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang mengejek Trump.

"Dia sangat penuh omong kosong," kata Pompeo, menurut kutipan Bolton di Washington Post, yang mengatakan tidak jelas apakah diplomat merujuk pada Trump atau Kim Jong Un.

"Saya belum membaca buku itu, tetapi dari kutipan-kutipan yang saya lihat diterbitkan, John Bolton menyebarkan sejumlah kebohongan, separuh kebenaran yang benar-benar berputar, dan kepalsuan langsung," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan atas pengungkapan buku Bolton.

"Sangat menyedihkan dan berbahaya bahwa peran publik terakhir John Bolton adalah pengkhianat yang merusak Amerika dengan melanggar kepercayaan sakralnya dengan rakyatnya," ujar Pompeo.

Mantan penasihat keamanan nasional AS John Bolton berbicara selama kuliah umum di Duke University di Durham, North Carolina, AS 17 Februari 2020. [REUTERS / Jonathan Drake]

Departemen Kehakiman AS pada hari Selasa menuntut untuk memblokir Bolton dari merilis buku dengan alasan bahwa draf terbaru masih mengandung informasi rahasia.

Gugatan tersebut termasuk pernyataan tertulis dari Jenderal Paul Nakasone, direktur National Security Agency (NSA), yang melakukan penyadapan elektronik, yang berisi rahasia yang dapat membahayakan sumber penyadap yang berharga dari NSA.

Pengungkapan awal dari buku ini telah membuat gelombang kejutan di Washington.

Pada Januari, ketika Kongres memperdebatkan pasal-pasal pemakzulan atas transaksi Trump dengan pemimpin Ukraina, sebagian naskah Bolton yang bocor menggambarkan bagaimana Trump telah secara langsung memerintahkan pembekuan bantuan militer AS ke Ukraina untuk menyelidiki pesaing politik Trump dalam percakapan dengan Bolton. Keterangan itu diterbitkan New York Times pada 26 Januari 2020 dan dikaitkan dengan deskripsi banyak orang tentang draf buku John Bolton, yang bisa menggugurkan pembelaan pemakzulan Trump.

Dikutip dari CNN, salinan buku yang diperoleh mengungkapkan bahwa Bolton juga menuduh Mike Pompeo telah secara pribadi menyerang Trump selama negosiasi dengan Korea Utara.

Bolton menggambarkan pertemuan antara Trump dan Kim Jong Un di mana pemimpin Korea Utara menyalahkan hubungan bermasalah antara negaranya dan AS atas tindakan pemerintah sebelumnya.

Bolton mengklaim dalam bukunya bahwa Kim Jong Un mengatakan kepada Presiden Trump bahwa mereka dapat menghilangkan ketidakpercayaan dan bekerja dengan cepat menuju kesepakatan nuklir.

Setelah Trump mengatakan kepada Kim Jong Un bahwa ia akan mencari ratifikasi Senat atas perjanjian apapun dengan Korea Utara, Bolton menulis bahwa Pompeo memberinya catatan. Di atasnya tertulis pesan, "dia sangat penuh omong kosong."

Pengacara John Bolton mengatakan dia telah menjalani proses peninjauan pemerintah atas buku itu dan berhati-hati untuk menghindari mengungkapkan rincian informasi rahasia, serta sudah diberitahu bahwa proses itu sudah selesai.

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

3 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

4 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

13 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

15 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

20 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

24 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

27 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

31 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

31 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya