Gambia Minta Facebook Rilis Data Jenderal Myanmar Soal Rohingya

Reporter

Tempo.co

Editor

Budi Riza

Kamis, 11 Juni 2020 12:31 WIB

Jenderal Senior Min Aung Hlaing, panglima tertinggi militer Myanmar, berjabat tangan dengan pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi, Aung San Suu Kyi, pada Desember 2015.[REUTERS/Soe Zeya Tun]

TEMPO.CO, Amsterdam – Pengacara yang mewakili pemerintah Gambia meminta pengadilan distrik Amerika Serikat memerintahkan manajemen Facebook merilis semua unggahan dan komunikasi militer dan polisi Myanmar terkait dugaan genosida terhadap warga etnis minoritas Muslim Rohingya.

Pengacara yang mewakili Gambia dan sejumlah organisasi Muslim dunia menuntut pemerintah Myanmar di Pengadilan Dunia atau World Court soal dugaan melakukan genosida terhadap Rohingya.

Pengadilan yang bernaung di bawah yurisdiksi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan berlokasi di The Hague, Belanda ini, juga dikenal dengan sebutan International Court of Justice.

ICJ sedang melangsungkan persidangan kasus dugaan genosida oleh pemerintah Myanmar terhadap warga etnis minoritas Rohingya terkait pelanggaran terhadap Konvensi 1948.

“Ada permintaan hukum atas nama pemerintah Gambia pada 8 Juni lewat Pengadilan Distrik AS di Distrik Columbia, yang meminta manajemen Facebook merilis semua dokumen dan komunikasi yang dilakukan, diunggah atau dirancang pada laman Facebook oleh para pejabat militer dan polisi (Myanmar),” begitu dilansir Reuters pada Rabu, 10 Juni 2020.

Advertising
Advertising

Ratusan ribu warga etnis minoritas Muslim Rohingya melarikan diri dari kampung halamannya pada pertengahan 2018.

Ini terjadi setelah kelompok milisi Budha, militer dan polisi Myanmar menyerang rumah dan desa mereka.

Kelompok Hak Asasi Manusia mendokumentasikan aksi pembunuhan, pembakaran desa dan pemerkosaan terhadap warga etnis minoritas Rohingya.

Saat itu, otoritas militer Myanmar beralasan sedang mengejar kelompok perlawanan separatis dan membantah melakukan kejahatan kemanusiaan secara sistematis.

Kasus di pengadilan AS ini telah ditangani seorang hakim, yang akan menjadwalkan pertemuan antara perwakilan manajemen Facebook dan pengacara pemerintah Gambia secepatnya.

“Manajemen Facebook mengonfirmasi bahwa mereka mengetahui adanya permintaan dari pemerintah Gambia dan akan mengevaluasinya terkait hukum yang berlaku,” begitu dilansir Reuters.

Sejumlah data Facebook yang menjadi incaran pengacara Gambia adalah data dari akun Facebook milik Panglima Myanmar, Min Aung Hlaing.

Juga ada 20 akun pejabat militer dan polisi yang telah dibekukan Facebook pada Agustus 2018.

Hakim di Pengadilan Dunia juga telah memerintahkan pemerintah Myanmar untuk mengambil langkah segera untuk melindungi populasi Rohingya dari genosida dan tindak kekerasan lainnya hingga kasus ini selesai disidang.

Investigator HAM dari PBB pada 2018 menyatakan sosial media Facebook memainkan peran penting menyebarkan kebencian.

Kebencian ini memicu terjadinya tindak kekerasan di Myanmar terhadap etnis Rohingya. Manajemen Facebook saat itu mengatakan menghentikan penyebaran ujaran kebencian itu di platformnya dengan menutup sejumlah akun.

Berita terkait

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

2 hari lalu

5 Negara Ini Sedang Alami Cuaca Panas Ekstrem, Waspada Saat Mengunjunginya

Sejumlah negara sedang mengalami cuaca panas ekstrem. Mana saja yang sebaiknya tak dikunjungi?

Baca Selengkapnya

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

4 hari lalu

Cuaca Panas Ekstrem Melanda Asia, Myanmar Tembus 48,2 Derajat Celcius

Asia alamai dampak krisis perubahan iklim. Beberapa negara dilanda cuaca panas ekstrem. Ada yang mencapai 48,2 derajat celcius.

Baca Selengkapnya

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

8 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

9 hari lalu

Meta AI Resmi Diluncurkan, Ini Fitur-fitur Menariknya

Chatbot Meta AI dapat melakukan sejumlah tugas seperti percakapan teks, memberi informasi terbaru dari internet, menghubungkan sumber, hingga menghasilkan gambar dari perintah teks.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

10 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

10 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

13 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

13 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

14 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

16 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya