OPEC Tak Perlu Potong Produksi Minyak

Reporter

Editor

Selasa, 9 September 2008 11:14 WIB

TEMPO Interaktif, Wina: Menteri perminyakan Kuwait, Mohammed Abdullah Al-Aleem, mengatakan, meski harga minyak sudah turun sampai 30 persen sejak Juli lalu, Organization of the Petroleum Exporting Countries, atau OPEC, tidak perlu memotong produksi.

Al-Aleem mengatakan hal tersebut, Senin (8/9), ketika menteri-menteri OPEC sedang melakukan pertemuan untuk memutuskan apakah produksi minyak akan dikurangi atau mempertahankannya seperti saat ini.

"Untuk sementara waktu... tidak ada keperluan untuk memotong produksi," kata Al-Aleem sembari mengatakan bahwa persediaan minyak saat ini sudah melebihi permintaan.

Namun demikian, Menteri Energi Uni Emirat Arab, Mohammed Bin Dhaen Al-Hamli, mengatakan bahwa kebijakan OPEC untuk menjaga pasar minyak dunia agar tetap "tersedia" belum berubah. Al-Hamli yang dikutip Kantor Berita Negara Uni Emirat Arab mengatakan bahwa persediaan minyak mentah di negara konsumen masih dalam tingkat rata-rata. Saat ini harga minyak sudah turun hampir 30 persen dari harga diatas US$ 147 per barel.

Presiden OPEC, Chakib Khelil, pada prinsipnya mendukung posisi persediaan minyak seperti saat ini yang masih cukup untuk memenuhi permintaan dunia

"Pasti ada banyak sekali minyak di pasar," kata Khelil saat tiba di Wina, Austria. Ia meramalkan, menjelang akhir 2008 atau awal 2009, persediaan minyak setip harinya akan melebihi permintaan antara 500.000 sampai 1,5 juta barel. Saat ditanya keputusan apa yang akan dihasilkan OPEC, Khelil menjawab bahwa "semua pilihan terbuka."

Sementara itu, Iran, produsen minyak terbesar kedua dunia, telah menjadi pendukung yang paling vokal dalam memperketat keran minyak. "Kami percaya pasar kelebihan stok," kata Menteri Minyak Iran, Gholam Hossein Nozari, kepada wartawan. Dan ia ingin membuat keputusan tentang produksi minyak setelah pihaknya melakukan kajian pada hari Selasa (9/9).

Menanggapi hal tersebut, Shokri Ghanem, ketua National Oil Corp. Libya, mengatakan kepada The Associated Press bahwa "persediaan yang melimpah di pasar akan menciptakan permintaan."

Ghanem mengatakan bahwa anggota OPEC yang menghasilkan minyak di atas kuota sebaiknya didesak untuk mengekang hasilnya agar mendekati batas produksi. "Ada banyak minyak di pasar, lebih banyak daripada permintaan," katanya.

Namun jika harga minyak dunia terus mengalami penurunan, maka hal tersebut dapat menggoyang markas besar OPEC di Wina.

Sejak naik hingga mencapai rekor US$ 147,27 per barel pada 11 Juli lalu, harga minyak mentah kini sudah jatuh di atas US$ 40. Minyak mentah jenis sweet untuk pengiriman Oktober naik sekitar 11 sen pada Senin (8/9) dan menetap di harga US$ 106,34 per barel di Penukaran Niaga New York.

Pada Jumat, kontrak dimulai dengan harga US$ 1,66 dan menetap di harga US$ 106,23 selama lima bulan. Penurunan harga minyak ini membuat Iran mengusulkan agar ada pengurangan produksi dari sekitar 30,5 juta barel yang dipompakan setiap harinya oleh anggota OPEC.

Bagaimanapun, pengurangan produksi tak mungkin terjadi tanpa Arab Saudi - yang menghasilkan sepertiga dari total produksi OPEC. Dan pemerintah Arab sudah mengindikasikan bahwa mereka tidak diuntungkan dengan pilihan pemotongan produksi itu.

Meskipun mengalami penurunan yang tiba-tiba, tahun ini harga minyak tetap 14 persen lebih tinggi daripada 2007, dan harga patokan minyak mentah per barel masih lebih tinggi daripada lima tahun yang lalu.

Apapun langkah yang diambil OPEC untuk memotong produksi, Selasa (8/9), akan menghasilkan protes dari konsumen utama seperti Amerika Serikat dan negara lainnya.

Lebih dari itu, OPEC memahami bahwa harga yang tinggi membuat permintaan menurun. Mereka akan mencoba menemukan keseimbangan antara keuntungan yang tinggi dengan harga yang dapat diterima pasar.

Jalan tengah ini dimaksudkan agar pemotongan kelebihan produksi dapat disetujui tanpa mengurangi kuota hasil produksi sebesar 27,3 juta barel per hari pada November mendatang bagi 12 anggota OPEC yang memproduksi dibawah batas.

Associated Press | TM. Dhani Iqbal

Berita terkait

Empat Strategi SKK Migas Kejar Target Produksi 1 Juta Barel

11 Oktober 2019

Empat Strategi SKK Migas Kejar Target Produksi 1 Juta Barel

SKK Migas menargetkan produksi migas 1 juta barel per hari pada 2030.

Baca Selengkapnya

Harga Minyak Dunia Membaik, Produsen Gelontorkan Investasi

10 Januari 2018

Harga Minyak Dunia Membaik, Produsen Gelontorkan Investasi

Produsen minyak dan gas bumi kelas dunia menyambut perbaikan harga Minyak Dunia dengan menggenjot investasi.

Baca Selengkapnya

ESDM: Produksi Minyak Sulit Bertambah

9 Januari 2018

ESDM: Produksi Minyak Sulit Bertambah

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan produksi minyak bumi pada tahun ini sulit bertambah.

Baca Selengkapnya

Pertamina Tetap Operasikan Blok Mahakam Tanpa Total  

29 Agustus 2017

Pertamina Tetap Operasikan Blok Mahakam Tanpa Total  

Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman menyatakan Pertamina harus siap menjalankan operasi, baik dengan Total maupun tanpa Total.

Baca Selengkapnya

Pertamina EP Tambah Produksi Minyak

28 Agustus 2017

Pertamina EP Tambah Produksi Minyak

Target produksi Pertamina EP belum terpenuhi karena pemboran
akhir tahun lalu tidak signifikan.

Baca Selengkapnya

Bor Sumur Baru, Pertamina Tarakan Siapkan US$ 24 Juta

31 Juli 2017

Bor Sumur Baru, Pertamina Tarakan Siapkan US$ 24 Juta

Pengeboran di aera Sembakung dan Tarakan akan dilakukan pada September 2017. Produksi migas Blok Tarakan ditargetkan 2.700 barrel of oil per day.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Cari Pembeli Gas Produksi Blok Masela  

30 Juli 2017

Pemerintah Cari Pembeli Gas Produksi Blok Masela  

Menurut pemerintah, saat ini ada beberapa calon pembeli gas produksi Blok Masela. Selain gas, pembeli diharapkan dapat memproduksi pupuk.

Baca Selengkapnya

Pemerintah Tawarkan Pengelolaan Blok East Natuna ke Investor

30 Juli 2017

Pemerintah Tawarkan Pengelolaan Blok East Natuna ke Investor

Penawaran itu dilakukan menyusul mundurnya salah satu kontraktor Blok East
Natuna, Exxon, dari konsorsium pengelola ladang migas.

Baca Selengkapnya

Arcandra Ingin Pengelola Baru Blok Rokan Bisa Beri Nilai Tambah  

30 Juli 2017

Arcandra Ingin Pengelola Baru Blok Rokan Bisa Beri Nilai Tambah  

Kontrak pengelolaan PT Chevron atas Blok Rokan berakhir pada 2021. Namun hingga kini, Cevron belum memberikan kepastian untuk meneruskannya.

Baca Selengkapnya

Pertamina : Kerja Sama Blok Tuban dengan Petrochina Berhenti

20 Juli 2017

Pertamina : Kerja Sama Blok Tuban dengan Petrochina Berhenti

PT Pertamina Hulu Energi tidak melanjutkan kerja sama
pengelolaan Blok Tuban di Jawa Timur.

Baca Selengkapnya