Jair Bolsonaro Tolak Aturan Jarak Sosial, Menkes Brasil Mundur

Sabtu, 16 Mei 2020 10:00 WIB

Menteri Kesehatan Brasil Nelson Teich bereaksi selama konferensi pers, di tengah wabah penyakit virus corona, di Brasilia, Brasil 22 April 2020. [REUTERS / Ueslei Marcelino]

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Brasil yang baru diangkat bulan lalu mengundurkan diri pada Jumat setelah Presiden Brasil Jair Bolsonaro menginginkan obat anti-malaria yang belum terbukti ilmiah sebagai obat virus corona.

Nelson Teich mengundurkan diri dalam sebuah konferensi pers pada hari Jumat dan menjadi orang kedua yang meninggalkan posisi tersebut dalam waktu kurang dari sebulan di tengah pandemi virus corona.

Teich berterima kasih kepada Presiden Jair Bolsonaro karena menawarkannya kesempatan untuk bekerja sebagai menteri dan mengatakan dia telah memberikan yang terbaik tetapi tidak memberikan alasan mengapa dia memilih untuk mengundurkan diri, dikutip dari Reuters, 16 Mei 2020.

Setelah pengunduran diri Nelson, Warga Brasil di kota-kota besar memukul panci dari jendela dan para ahli kesehatan bereaksi dengan marah atas pengunduran diri Nelson Teich.

Bolsonaro telah menuntut Teich pada Kamis agar mengeluarkan pedoman federal untuk penggunaan awal hydroxychloroquine untuk mengobati pasien virus corona, meskipun efektivitasnya tidak terbukti dan ada kekhawatiran bahwa itu dapat menyebabkan masalah jantung.

Advertising
Advertising

"Saya terpilih untuk membuat keputusan. Dan keputusan tentang chloroquine melewati saya," kata Bolsonaro kepada para pemimpin bisnis dalam sebuah konferensi video pada hari Kamis, menambahkan pemerintah negara bagian harus mengakhiri aturan jarak sosial.

"Seperti seorang komandan dalam pertempuran: dia harus memutuskan. Apakah orang akan mati? Sayangnya, orang-orang akan mati," kata Bolsonaro.

Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengikuti aksi unjuk rasa untuk menolak aturan social distancing di tengah pandemi virus Corona, di Brasilia, Brasil, 19 April 2020. Aksi tersebut diikuti ratusan orang yang memprotes aturan social distancing. REUTERS/Ueslei Marcelino

Teich tidak memberikan alasan untuk mundur, namun tampaknya dia menyerah dengan dorongan Bolsonaro untuk membuka kembali perekonomian. Teich mengaku terkejut pada konferensi pers pada hari Senin ketika dia mengetahui presiden mengeluarkan dekrit yang memperbolehkan gimnasium, tempat perawatan kecantikan, dan penata rambut dibuka.

Anggota militer kabinet Brasil mendesak wakil menteri kesehatan Eduardo Pazuello, seorang jenderal angkatan darat yang aktif, untuk mengambil alih sementara jabatan menteri kesehatan, kata sumber pemerintah kepada Reuters.

Kantor pers kepresidenan tidak menanggapi permintaan komentar.

Teich berhenti sehari setelah Brasil melaporkan sejumlah kasus baru virus corona. Krisis kesehatan membanjiri rumah sakit umum di beberapa kota dan pemakaman mulai menguburkan kuburan massal untuk memakamkan korban secara kolektif.

Teich menggantikan Luiz Henrique Mandetta, yang dipecat pada 16 April karena menolak tekanan Bolsonaro untuk mengizinkan obat hydroxychloroquine sebagai obat Covid-19 dan melawan perintah isolasi pemerintah negara bagian.

"Mari kita berdoa," kata mantan menteri Mandetta di Twitter setelah pengunduran diri Teich, menyerukan kepercayaan dalam sains dan dukungan untuk sistem kesehatan masyarakat Brasil.

Oposisi dan bahkan politisi sekutu Bolsonaro mengkritik keputusan keras kepala Bolsonaro pada hari Jumat. Anggota parlemen Marcelo Ramos dari Partai Liberal yang berhaluan tengah mengatakan bahwa presiden hanya akan menerima seorang menteri tanpa memperhatikan kebijakan kesehatan masyarakat berbasis ilmu pengetahuan.

Pemimpin oposisi Kongres Alessandro Molon memperingatkan bahwa Brasil sedang menuju bencana kesehatan masyarakat dan mengatakan presiden harus dimakzulkan.

"Bolsonaro tidak menginginkan menteri teknis, ia menginginkan seseorang yang setuju dengan kegilaan ideologisnya, seperti mengakhiri jarak sosial dan menggunakan kloroquin," kata Molon, seorang anggota parlemen dari Partai Sosialis Brasil.

Penanganan virus corona oleh Bolsonaro telah banyak dikritik karena ia mengabaikan bahaya virus corona dan mengatakan kepada orang-orang Brasil untuk mengabaikan pembatasan karantina.

Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS bulan lalu memperingatkan risiko terhadap penggunaan hydroxychloroquine untuk mengobati virus corona setelah Presiden AS Donald Trump mengklaim obat itu bisa digunakan untuk pasien Covid-19.

Berita terkait

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

14 jam lalu

Banjir Rendam Selatan Brasil, 39 Orang Tewas dan 68 Lainnya Hilang

Sebanyak 39 orang tewas dan 68 lainnya belum ditemukan akibat hujan lebat dan banjir yang melanda Rio Grande do Sul, Brasil.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

1 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

1 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

1 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

1 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

2 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

7 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

8 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

9 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

12 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya