Cina Disarankan Tidak Reaktif Terhadap Segala Ucapan Trump

Jumat, 15 Mei 2020 14:20 WIB

Presiden AS Donald Trump menjawab pertanyaan selama wawancara dengan Reuters tentang pandemi virus Corona (COVID-19) dan isu lain di Oval Office Gedung Putih di Washington, AS, 29 April 2020. [REUTERS / Carlos Barria]

TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan Cina dengan Amerika dikhawatirkan tidak akan usai dalam waktu dekat. Hal itu menyusul saling serang antara Amerika dan Cina dalam berbagai hal mulai dari masalah Laut Cina Selatan, Perdagangan, hingga penanganan pandemi virus Corona (COVID-19).

Untuk mendinginkan tensi, sejumlah pakar politik menyarankan Cina untuk tidak selalu reaktif terhadap segala ucapan Presiden Amerika, Donald Trump. Sebab, menurut mereka, ucapan-ucapan Trump soal Cina akan semakin menjadi-jadi seiring dengan meningkatnya tensi kedua negara.

"Ucapan-ucapan Trump merefleksikan kebencian terhadap Cina dan hubungan kedua negara yang tengah buruk. Amerika akan terus menyerang," ujar Shi Yinhong, Professor Hubungan Internasional dari Universitas Beijing, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Jumat, 15 Mei 2020.

Perkembangan terbaru dari hubungan Cina dan Amerika adalah ketika Trump mengancam akan memutus hubungan kerjasama dagang. Padahal, baru beberapa bulan kerjasama dagang itu berjalan di mana Cina berjanji meningkatkan belanja impor produk Amerika dan di sisi lain Amerika meringankan tarif dagang.

Menurut perhitungan Trump, yang belum diketahui acuannya, Amerika akan menghemat US$ 500 miliar dengan memutus hubungan kerjasama itu. Ditanyai apakah pertimbangan pemutusan itu karena hubungan yang buruk dengan Presiden Cina Xi Jinping, Trump menjawab diplomatis. Dia mengatakan hubungannya tak buruk dengan Jinping, namun lagi malas berbicara dengannya.

Ucapan Trump kontras dengan negosiasi dagang yang berlangsung antara Cina dan Amerika pada Senin lalu. Dalam negosiasi tersebut, kedua negara sepakat untuk menciptakan situasi dagang yang positif dan mutual mengingat situasi global yang tak menentu.

"Pertemuan mereka menunjukkan bahwa kedua negara sesungguhnya berniat mempertahankan kerjasama di balik buruknya hubungan bilateral. Resesi global saja yang membuat efek kesepakatan tak terasa," ujar Yinhong, menyinggung ucapan Trump yang merasa kesepakatan dagang Amerika-Cina tak menguntungkan.

Sementara itu, pakar politik dari Chinese Academy of Social Sciences, Lu Xiang, memperingatkan Pemerintah Cina untuk selalu mempersiapkan segala skenario. Trump, menurut ia, sangat sulit ditebak karena terkadang ia hanya beretorika saja.

"Jangan bereaksi berlebihan terhadap ucapannya. Namun, segala ucapan bisa berubah menjadi aksi dan itu yang harus diantisipasi, ujar Xiang.

"Sebaiknya Cina memikirkan untuk menstabilkan kondisi ekonomi dalam negeri dulu. Dampak dari hubungan eksternal (dengan Amerika) bukanlah prioritas untuk saat ini," ujar Xiang mengakhiri.

ISTMAN MP | SOUTH CHINA MORNING POST

Berita terkait

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

4 jam lalu

Jadwal Final Piala Thomas 2024 Minggu Sore, Berikut Susunan Pemain Indonesia Lawan Cina

Simak susunan pemain untuk laga final Piala Thomas 2024 antara Cina vs Indonesia yang akan digelar hari ini, Migggu, mulai 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

5 jam lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

20 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

1 hari lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

1 hari lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

1 hari lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

1 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

2 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya