TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Donald Trump mempertimbangkan untuk kembali memasukkan Kuba dalam daftar pendukung atau sponsor terorisme. Jika pada akhirnya hal itu dilakukan, maka ketegangan antara Amerika dan Kuba diprediksi akan melonjak.
"Ada kasus yang benar-benar menyakinkan untuk memasukkan kembali Kuba dalam daftar hitam," sebagaimana dikutip dari laporan khusus Reuters, Jumat, 15 Mei 2020.
Baca Juga:
Berdasarkan keterangan dari pejabat senior administrasi Donald Trump, yang enggan disebutkan namanya, salah satu hal yang membuat Kuba terancam masuk daftar hitam lagi adalah Venezuela. Dukungan yang diberikan Kuba terhadap Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, membuat gerah Trump.
Sebagaimana diketahui, ketegangan Amerika dan Venezuela meningkat pada beberapa waktu terakhir. Hal itu dipicu kemenangan Nicolas Maduro di pemilu. Menurut Pemerintah Amerika, Maduro bermain curang untuk bisa menang di Venezuela. Oposisi Maduro, Juan Guaido, dianggap Amerika sebagai Presiden yang sah.
Maduro tidak takut dengan posisi Amerika. Dengan dukungan Cina, Kuba, dan Iran, Maduro memperkuat kekuasaannya di Venezuela. Maduro bahkan menyebut Guaido sebagai boneka Amerika yang membuat Trump frustrasi.
Amerika merespon kepemimpinan Maduro dengan memperkarakan sejumlah figur di lingkaran dalamnya atas tuduhan narko-terorisme. Selain itu, memasukkan sejumlah jasa keamanan di Venezuela ke dalam daftar teroris. Hal yang terbaru adalah operasi kudeta yang oleh Maduro sendiri disebut sebagai ulah Pemerintah Amerika.
Selain masalah Venezuela, dukungan Kuba terhadap Kolombia juga dipermasalahkan Amerika. Tepatnya, Amerika mempermasalahkan langkah Kuba mensponsori kelompok pemberontak Kolombia, ELN. Bahkan, Kuba menampung pemimpin ELN yang ingin diekstradisi oleh Amerika atas aksi terorismenya.
"Tidak tertutup kemungkinan Kuba masuk kembali ke dalam daftar sponsor teroris pada akhir tahun ini," ujar pejabat senior di pemerintahan Donald Trump.
Sebelumnya, Kuba dikeluarkan dari daftar hitam pada 2015 lalu. Langkah tersebut dilakukan oleh mantan Presiden Barack Obama untuk memperbaiki hubungan diplomatik dengan musuh-musuh Amerika selama Perang Dingin. Adapun penghuni daftar hitam Amerika adalah Iran, Korea Utara, Suriah, dan Sudan.
ISTMAN MP | REUTERS