Pangkalan Militer Cina di Spratly Diduga Telah Beroperasi

Kamis, 14 Mei 2020 12:48 WIB

Banyak negara berebut klaim kepemilikan di Laut Cina Selatan

TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat militer milik Angkatan Laut Cina kembali terlihat di kawasan sengketa, Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa militer Cina, People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF), mulai menggunakan Kepulauan Spratly sebagai basis militernya.

"Kemunculan PLANAF di Fiery Cross Reef (Kepulauan Spratly) adalah tanda baru bahwa Cina terus berupaya memperkuat pengaruhnya di Laut Cina Selatan. Hal itu mereka lakukan di atas pulau buatan yang mereka buat tahun 2016," sebagaimana dikutip dari Radio Free Asia, Kamis, 14 Mei 2020.

Dikutip dari Radio Free Asia, pesawat militer Cina sudah terpantau sejak hari Senin kemarin. Citra satelit menunjukkan setidaknya ada dua pesawat militer di Spratly. Selah satunya adalah pesawat seri Y-8 yang merupakan pesawat pengangkut untuk personil dan perlengkapan militer.

Penempatan alutsista di pulau Laut Cina Selatan tersebut bukan hal baru. Cina sudah melakukannya beberapa kali. Pada tahun 2018 lalu, misalnya, Cina menempatkan pesawat H-6K Bomber di Pulau Woody. Namun, saat itu, pesawat tersebut adalah milik angkatan udara, bukan angkatan laut.

Lembaga analis pertahanan Jane's menyampaikan hal senada. Dalam laporan mereka, penampakan dua jenis pesawat militer di Spratly adalah bukti Cina mulai konsisten menempatkan militer mereka di Fiery Cross Reef. Bahkan, Jane's mengatakan bahwa kapasitas hangar di Spratly cukup untuk menyimpan leibh dari dua pesawat militer.

"Ini adalah upaya Cina menunjukkan kekuatan militer dan ekspedisi mereka sembari memiliterisasi Laut Cina Selatan untuk menakuti negara-negara lainnya," ujar peneliti Jane's, Sean O'Connor.

Sebagai catatan, di tahun 2015 lalu, Cina berjanji tidak akan mempersenjatai pulau-pulau buatan yang mereka bangun di Kepulauan Spratly. Presiden Xi Jinping, kala itu, mengatakan pada mantan Presiden Amerika Barack Obama bahwa ia tak memiliki niatan untuk memiliterisasi Laut Cina Selatan.

Namun, komitmen tersebut tidak dipegang Cina. Pulau-pulau yang berada di Fiery Cross Reef, termasuk Spratly, konsisten mereka persenjatai. Pesawat pengebom hingga alat transportasi militer ditempatkan di sana. Bahkan, pelabuhan khusus untuk kapal perang juga dibangun, lengkap dengan peluncur misil sebagai garis pertahanan.

April kemarin, Cina menyatakan lokasi pulau buatan mereka sebagai yurisdiksi baru. Kepulauan Spratly mereka namai Distrik Nansha meski klaimnya dipermasalahkan Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Taiwan.

ISTMAN MP | RFA

Berita terkait

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

35 menit lalu

Hasil Final Piala Uber 2024: Tuan Rumah Cina Jadi Juara, Indonesia Runner-up

Ester Nurumi Tri Wardoyo yang turun di partai ketiga kalah melawan He Bing Jiao sehingga Cina yang jadi juara PIala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

15 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

19 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

20 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

21 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

1 hari lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

1 hari lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

1 hari lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

2 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya