Presiden AS Donald Trump dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mendengarkan ketika Wakil Presiden Mike Pence berbicara kepada pengarahan harian satuan tugas virus Corona sambil memegang bagan yang bertuliskan "15 Cara untuk Memperlambat Penyebaran" di Gedung Putih di Washington, AS, 20 Maret , 2020. [REUTERS / Jonathan Ernst]
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika akhirnya meresmikan Remdesivir sebagai obat virus Corona (COVID-19). Merespon keputusan pemerintah Amerika, Gilead selaku produsen Remdesivir langsung menyiapkan 1,5 juta vial untuk didonasikan. Menurut Wakil Presiden Amerika, Mike Pence, produksi baru tersebut akan mulai didistribusikan pekan depan.
"1,5 juta vial akan mulai didistribusikan ke rumah sakit pada hari Senin pekan depan," ujar Pence sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Sabtu, 2 Mei 2020.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Remdesivir menunjukkan hasil positif ketika digunakan kepada pasien-pasien virus Corona. Meski bukan vaksin dan tidak menyembuhkan secara total, Remdesivir meringankan gejala Corona dan membantu pasein pulih lebih cepat. Selain itu, Remdesivir semakin ampuh apabila digunakan saat gejala Corona di pasien belum parah.
Positifnya efek Remdesivir mendorong pemerintah Amerika untuk melakukan uji coba lebih lanjut terhadapnya. Hasilnya konsisten dengan temuan awal sehingga FDA memutuskan Remdesivir bisa segera didistribusikan dan digunakan untuk pengobatan pasien virus Corona.
Pence melanjutkan bahwa distribusi Remdesivir akan melibatkan Gilead. Keduanya akan berkoordinasi untuk menentukan rumah sakit mana saja yang bisa memperoleh donasi Remdesivir terlebih dahulu. Menurut keterangan dari pihak Gilead, rumah sakit dengan ICU dan membutuhkan pertolongan ekstra akan menjadi prioritas utama. Adapun 1,5 juta vial Remdesivir diprediksi cukup untuk membantu 140 ribu pasien.
Hingga berita ini ditulis, belum diketahui kapan Remdesivir akan diproduksi dan didistribusikan untuk negara lain. Ketika Remdesivir masih dalam tahap uji coba, 181 rumah sakit di seluruh dunia terlibat di dalamnya.
Berbicara tentang uji coba, Remdesivir sempat dinyatakan WHO tidak efektif untuk pengobatan virus Corona (COVID-19). Obat anti-viral yang awalnya ditujukan untuk pasien Ebola tersebut, menurut WHO, gagal menunjukkan perubahan signifikan ketika diujicobakan ke pasien. Remdesivir sendiri diklaim berfungsi untuk mematikan mekanisme memperbanyak diri sebuah virus yang bisa mengancam imunitas inangnya.
Gilead menyebut uji coba yang diawasi oleh WHO saat itu tidak konklusif. Sebab, uji coba diberhentikan di tengah jalan.
5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta
9 hari lalu
5 Fakta menarik Hot Dog, Dibawa ke Luar Angkasa hingga Harga Mencapai Puluhan Juta
Sebagai makanan cepat saji yang populer, hot dog memiliki bulan perayaan nasional. Untuk merayakannya sebuah restoran di New York menjual hot dog seharga 37 juta rupiah