Lockdown Dikurangi, Bisnis Selandia Baru Langsung Langgar Aturan

Rabu, 29 April 2020 11:24 WIB

PM Selandia Baru, Jacinda Ardern, berpidato dalam peringatan serangan teror jamaah masjid atau National Remembrance Service di lapangan Hagley Park, Christchurch, pada Jumat, 29 Maret 2019.

TEMPO.CO, Jakarta - Pelonggaran lockdown Corona (COVID-19) di Selandia Baru disambut dengan ratusan pelanggaran pembatasan sosial. Menurut Perdana Menteri Jacinda Ardern, setidaknya ada 104 pelanggaran dalam rentang 18 jam sejak lockdown dilonggarkan ke level 3.

"Dari 104 yang dilaporkan Kepolisian, 21 telah diproses hukum dan 71 mendapat peringatan," ujar Ardern sebagaimana dikutip dari RNZ, Rabu, 29 April 2020.

Sebagaimana diketahui, per Selasa kemarin, Selandia Baru melonggarkan lockdownnya satu level. Sebab, angka kasus virus Corona berhasil ditekan hingga hanya satu digit. Akhir pekan lalu, misalnya, hanya ada satu kasus virus Corona yang langsung disambut sebagai kemenangan Selandia Baru.

Dengan pelonggaran lockdown tersebut, sejumlah bisnis, fasilitas kesehatan, dan institusi pendidikan sudah boleh beroperasi kembali. Namun, pembatasan sosial antar warga tetap diberlakukan untuk memastikan angka kasus tidak meningkat lagi di Selandia Baru.

Ardern melanjutkan bahwa bisnis-bisnis yang kembali beroperasi tersebut pun banyak yang melanggar pembatasan sosial. Berdasarkan pengaduan yang diterima, kata Ardern, setidaknya ada 742 keluhan soal bisnis-bisnis yang tidak mematuhi pembatasan sosial.

Kebanyakan bisnis yang tidak mematuhi aturan itu adalah gerai makanan cepat saji. Menurut Ardern, gerai-gerai makanan cepat saji tidak menduga bahwa pengunjung akan melonjak begitu lockdown dilonggarkan satu level. Alhasil, ketika bisnis dibuka kembali, mereka tidak menyiapkan peringatan dan para pegunjung terpaksa berdasak-desakan.

"Kami akan menghubungi seluruh jaringan makanan cepat saji untuk memperingatkan mereka soal kewajiban mengikuti pembatasan sosial...Kami tidak akan ragu menerapkan aturan yang lebih ketat apabila perlu," ujar Ardern menegaskan.

Direktur Kesehatan Umum Pemerintah Selandia Baru, Ashley Bloomfield, sudah menduga akan terjadi berbagai pelanggaran pembatasan sosial. Namun, apa yang terjadi sejauh ini, masih sesuai ekspektasinya.

"Jelas kemarin ada banyak orang yang pergi ke luar. Saya juga melihat ada lebih banyak aktvitas lalu lintas. Anak-anak juga mulai ke sekolah meski saya rasa terlalu awal. Belum terlalu mengkhawatirkan, masih sesuai ekspektasi," ujar Bloomfield.

Meski apa yang terjadi sesuai ekspektasi, Bloomfield juga mengaku khawatir warga akan lengah begitu lockdown dilonggarkan. Oleh karenanya, ia berharap warga tetap patuh terhadap pembatasan sosial yang berlaku, seperti menjaga jarak terhadap satu sama lain.

"Saya tahu bahwa pasti menggoda sekali untuk kembali berbincang dengan orang-orang. Tapi, saya mohon, tetap patuhi jarak pembatasan sosial," ujarnya mengakhiri.

Per hari ini, Selandia Baru memiliki 1474 kasus dan 19 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). Jumlah kasus baru yang dicatatkan hanya dua.

ISTMAN MP | RNZ

Berita terkait

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

2 jam lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

8 jam lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

14 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

17 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

2 hari lalu

Aksi Mahasiswa Pro-Palestina di Amerika, Columbia University Lockdown Kampus

Mahasiswa pindah dari tenda dan duduki Hamilton Hall. Kampus mulai menskors sebagian pengunjuk rasa pro Palestina dan mengancam memecat yang lain.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

7 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

8 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

11 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya