Cina Bantah Laporan Eropa Soal Sebar Disinformasi Terkait Corona

Senin, 27 April 2020 17:51 WIB

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang. Sumber: Fuat Kabaki/Anadolu Agency/aljazeera.com

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Cina membantah laporan Uni Eropa soal penyebaran disinformasi terkait virus Corona (COVID-19). Menurut mereka, Cina bukannya menyebarkan disinformasi, namun justru menjadi korban dari disinformasi.

"Cina sangat menentang pembuatan dan penyebaran disinformasi oleh siapapun dan di manapun. Cina adalah korban dari disinformasi, bukan inisiatornya," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Geng Shuang, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Senin, 27 April 2020.

Pekan lalu, Uni Eropa menerbitkan laporan yang pada intinya menjelaskan penanganan pandemi virus Corona secara global. Dalam laporannya, Uni Eropa mengaku memiliki bukti yang menunjukkan bahwa Cina (diduga) mencoba menyebar disinformasi untuk menutup-nutupi asal usul virus corona.

Salah satu disinformasi yang disebar Cina, menurut Uni Eropa, adalah menuduh Prancis telah bersikap rasis terhadap Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus. Selain itu, Uni Eropa juga menyebut Cina mencoba menuduh Amerika sebagai dalang virus Corona agar tidak ada narasi yang memojokkannya.

"Cina, secara berkelanjutan, telah menjalankan kampanye disinformasi untuk memperbaiki citra internasionalnya," ujar laporan Uni Eropa yang dikutip dari New York Times.

Belakangan, Cina memprotes laporan tersebut. Bahkan memaksa Uni Eropa untuk mengkoreksinya atau mereka akan sangat marah. Uni Eropa menurutinya dan mengeluarkan versi revisi yang lebih halus. Namun, hal tersebut malah membuat Cina semakin disorot karena sejumlah diplomat dan analis di Uni Eropa menyampaikan ketidaksukaan mereka.

"Uni Eropa menyensor diri hanya karena ingin menyenangkan Partai Komunis Cina," ujar salah satu analis yang memprotes revisi laporan Uni Eropa. Uni Eropa, hingga berita ini ditulis, belum memberikan jawaban resmi.

Cina sendiri, beberapa pekan terakhir, memang giat merespon segala tindakan atau pernyataan yang berkaitan dengan asal usul virus Corona. Di Cina, misalnya, segala jurnal penelitian yang berkaitan dengan asal usul virus Corona harus diperiksa dulu oleh Kementerian Pendidikan. Contoh lain, Cina juga memprotes langkah Australia mencari dukungan ke negara-negara tetangga untuk bersama-sama menginvestigasi asal usul virus Corona.

Kembali ke Shuang, ia menyatakan bahwa segala manuver politik yang mencoba memojokkan Cina tidak akan berhasil. Ia pun menegaskan bahwa tidak ada satupun bukti yang menunjukkan virus Corona berasal dari Cina.

"Manuver politik di balik upaya menginvestigasi Cina tidak akan berhasil," ujar Shuang menegaskan.

Saat ini, Cina tercatat memiliki 82.830 kasus dan 4.633 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).

ISTMAN MP | REUTERS | NEW YORK TIMES

Berita terkait

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

52 menit lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

57 menit lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

1 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

20 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

21 jam lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

22 jam lalu

Uni Eropa Cemas TikTok Lakukan Pelanggaran

Ursula von der Leyen mengakui TikTok telah menimbulkan ancaman, namun dia tidak menjelaskan lebih detail.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

2 hari lalu

Invasi Rusia di Ukraina Dorong Kemungkinan Ekspansi Uni Eropa

Presiden Dewan Eropa mengatakan invasi Rusia ke Ukraina akan memberi dorongan bagi upaya Uni Eropa untuk menerima lebih banyak anggota.

Baca Selengkapnya

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

3 hari lalu

Terpopuler Bisnis: Zulhas Ungkap Asal Mula Ditemukannya Baja Ilegal, Promo Gajian hingga Sindiran Komikus Jepang

Zulkifli Hasan mengungkap asal mula ditemukannya baja ilegal produksi pabrik milik Cina.

Baca Selengkapnya