Oposisi Kritik Penanganan Virus Corona oleh Boris Johnson
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Rabu, 22 April 2020 17:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Boris Johnson menerima panggilan dari Parlemen Inggris untuk menjelaskan penanganan virus Corona (COVID-19) yang bermasalah akhir-akhir ini. Menurut parlemen, terlalu banyak hal yang harus dijelaskan mulai dari data kematian yang tidak akurat serta kurangnya perlengkapan medis.
"Hal ini untuk mendapatkan fakta yang sebenarnya serta memberikan kesempatan pada Johnson untuk memberikan penjelasan atas masalah-masalah yang terjadi," ujar pemimpin Liberal Demokrat, Ed Davey, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 22 April 2020.
Panggilan kepada Johnson tersebut bermula dari dipublikasikannya data kematian versi Office of National Statistics (ONS), Inggris. Menurut data ONS, angka kematian di Inggris ternyata tidak sepenuhnya akurat. Gara-garanya, beberapa kasus kematian tidak diikutkan ke dalam tabulasi nasional.
Beberapa kasus kematian yang tidak diikutkan, menurut ONS, adalah kematian yang tidak terjadi di rumah sakit. Dengan kata lain, kematian akibat virus Corona di rumah pribadi, rumah perawatan, dan panti jompo. Apabila angka kematian di tempat-tempat tersebut diikutkan dalam tabulasi nasional, maka angka kematian yang sesungguhnya adalah 41 persen lebih besar.
Bermula dari temuan ONS tersebut, oposisi mulai mempertanyakan segala hal terkait penanganan virus Corona di Inggris. Setelah angka kematian yang tidak akurat, mereka lanjut mempertanyakan masih kurangnya tes virus Corona di Inggris.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Inggris berjanji akan menggelar paling tidak 100 ribu tes virus Corona per hari pada bulan April ini. Namun, sejauh ini, Inggris hanya mempu menggelar sekitar 18 ribu tes per hari atau 82 ribu lebih sedikit dari yang dijanjikan.
Selain angka kematian dan jumlah tes, ketersediaan ventilator juga ikut dipertanyakan. Oposisi di parlemen mempertanyakan keputusan Inggris untuk tidak ikut dalam skema penyediaan ventilator Uni Eropa. Saat ini, Inggris mengandalkan pabrik-pabrik lokal untuk menciptakan ventilator bagi mereka.
Pemerintah Inggris, sebelumnya, beralasan miskomunikasi menghalangi mereka untuk bergabung ke skema ventilator Uni Eropa pada akhir Maret lalu. Namun, oposisi di parlemen menduga pemerintah Inggris mengutamakan Brexit dibandingkan keselamatan petugas medis serta pasien pada saat itu.
Hingga berita ini ditulis, Boris Johnson belum memberikan tanggapan. Sementara itu, perihal angka kasus dan kematian, Inggris memiliki 129.044 kasus dan 17.337 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).
ISTMAN MP | REUTERS