Oposisi Kritik Penanganan Virus Corona oleh Boris Johnson

Rabu, 22 April 2020 17:00 WIB

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson; Chris Whitty, Kepala Medis Inggris; dan Kepala Penasihat Ilmiah untuk Pemerintah, Sir Patrick Vallance, tiba untuk konferensi pers tentang virus Corona baru, di London, Inggris 3 Maret 2020. [Frank Augstein / Pool via REUTERS]

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Boris Johnson menerima panggilan dari Parlemen Inggris untuk menjelaskan penanganan virus Corona (COVID-19) yang bermasalah akhir-akhir ini. Menurut parlemen, terlalu banyak hal yang harus dijelaskan mulai dari data kematian yang tidak akurat serta kurangnya perlengkapan medis.

"Hal ini untuk mendapatkan fakta yang sebenarnya serta memberikan kesempatan pada Johnson untuk memberikan penjelasan atas masalah-masalah yang terjadi," ujar pemimpin Liberal Demokrat, Ed Davey, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 22 April 2020.

Panggilan kepada Johnson tersebut bermula dari dipublikasikannya data kematian versi Office of National Statistics (ONS), Inggris. Menurut data ONS, angka kematian di Inggris ternyata tidak sepenuhnya akurat. Gara-garanya, beberapa kasus kematian tidak diikutkan ke dalam tabulasi nasional.

Beberapa kasus kematian yang tidak diikutkan, menurut ONS, adalah kematian yang tidak terjadi di rumah sakit. Dengan kata lain, kematian akibat virus Corona di rumah pribadi, rumah perawatan, dan panti jompo. Apabila angka kematian di tempat-tempat tersebut diikutkan dalam tabulasi nasional, maka angka kematian yang sesungguhnya adalah 41 persen lebih besar.

Bermula dari temuan ONS tersebut, oposisi mulai mempertanyakan segala hal terkait penanganan virus Corona di Inggris. Setelah angka kematian yang tidak akurat, mereka lanjut mempertanyakan masih kurangnya tes virus Corona di Inggris.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Inggris berjanji akan menggelar paling tidak 100 ribu tes virus Corona per hari pada bulan April ini. Namun, sejauh ini, Inggris hanya mempu menggelar sekitar 18 ribu tes per hari atau 82 ribu lebih sedikit dari yang dijanjikan.

Selain angka kematian dan jumlah tes, ketersediaan ventilator juga ikut dipertanyakan. Oposisi di parlemen mempertanyakan keputusan Inggris untuk tidak ikut dalam skema penyediaan ventilator Uni Eropa. Saat ini, Inggris mengandalkan pabrik-pabrik lokal untuk menciptakan ventilator bagi mereka.

Pemerintah Inggris, sebelumnya, beralasan miskomunikasi menghalangi mereka untuk bergabung ke skema ventilator Uni Eropa pada akhir Maret lalu. Namun, oposisi di parlemen menduga pemerintah Inggris mengutamakan Brexit dibandingkan keselamatan petugas medis serta pasien pada saat itu.

Hingga berita ini ditulis, Boris Johnson belum memberikan tanggapan. Sementara itu, perihal angka kasus dan kematian, Inggris memiliki 129.044 kasus dan 17.337 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

16 jam lalu

Belgia akan Dukung Resolusi Pengakuan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Menlu Belgia Hadja Lahbib mengatakan negaranya akan mendukung resolusi yang mengakui Palestina sebagai anggota penuh PBB

Baca Selengkapnya

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

18 jam lalu

Sadiq Khan, Muslim Pertama yang Terpilih Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Sadiq khan terpilih untuk ketiga kalinya sebagai wali kota London.

Baca Selengkapnya

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

1 hari lalu

Jelajah Lokasi Syuting Baby Reindeer dari Edinburgh hingga London

Baby Reindeer tidak hanya menarik dari sisi cerita, lokasi syutingnya seolah mengajak penonton berkeliling Edinburgh hingga London

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

2 hari lalu

RI - Inggris Berkomitmen Perkuat Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan

Pemerintah Indonesia bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris Greg Hands MP untuk membahas sejumlah kerja sama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Baca Selengkapnya

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

3 hari lalu

Detektif Swasta Israel Ditangkap di London, Dicari AS atas Dugaan Peretasan

Seorang detektif swasta Israel yang dicari oleh Amerika Serikat, ditangkap di London atas tuduhan spionase dunia maya

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

4 hari lalu

Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

5 hari lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

5 hari lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya