Cina Naikkan Angka Korban Virus Corona di Wuhan 50 Persen

Sabtu, 18 April 2020 13:54 WIB

Karyawan di Cina bekerja pada jalur produksi pembuatan masker wajah di sebuah pabrik, saat Cina dilanda wabah virus Corona baru, di Fuzhou, provinsi Fujian, Cina 15 Februari 2020. [cnsphoto via REUTERS / File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina mengkoreksi angka kematian akibat virus Corona (COVID-19). Sebab, data sebelumnya belum mengikutkan kematian di luar rumah sakit. Alhasil, angka total kematian di Wuhan naik sebanyak 50 persen.

"Wuhan, lokasi penyebaran awal virus Corona, telah menaikkan angka kematiannya sebanyak 50 persen atau setara dengan 1.290 korban," sebagaimana dikutip dari situs BBC, Sabtu, 18 April 2020.

Dengan adanya penambahan ini, maka total angka kematian di Wuhan menjadi 3.869. Adapun pemerintah Cina menegaskan bahwa mereka tidak mencoba menutupi angka korban di Wuhan sebelumnya. Penambahan sekarang mereka sebut sebagai perbaikan data.

Pemerintah Cina, dalam keterangan persnya, melanjutkan bahwa revisi angka kematian ini mengacu pada input dari berbagai sumber. Beberapa di antaranya adalah rumah jenazah dan penjara. Menurut mereka, tidak semua lembaga tersebut melaporkan datanya dengan cepat dan akurat sehingga revisi menjadi hal yang tak terhindarkan.

"Ketika wabah virus Corona menyerang, sistem kesehatan kami kewalahan. Banyak kasus dan kematian yang tidak dilaporkan secara tepat. Terkadang ada yang dicatakan dua kali dan bahkan ada yang tidak terlaporkan sama sekali," ujar keterangan pers Pemerintah Cina.

Juru bicara Otoritas Kesehatan Cina, Mi Feng, mengatakan bahwa revisi terbaru sudah melalui uji evaluasi yang komprehensif. Dengan begitu, harapannya, angka kali ini lebih akurat merepresentasikan situasi di Wuhan.

Adanya revisi angka kematian ini tak ayal menimbulkan kekhawatiran atau kecurigaan dari negara tetangga. Banyak yang beranggapan bahwa masih ada banyak data kematian dan kasus virus Corona di Cina yang belum terungkap. Bahkan, ada juga yang menuduh Cina mencoba menutup-nutupi fakta agar situasi seperti terkendali. Salah satu yang menuduh Cina seperti itu adalah Amerika

"Kita tidak bunya angka kematian terbanyak. Angka kematian terbanyak pasti Cina. Itu negara yang sangat besar," ujar Presiden Amerika, Donald Trump. Trump, belum lama ini, menuduh Cina mencoba menutup-nutupi asal usul virus Corona karena berasal dari lab virus di Wuhan.

Selain Trump, Presiden Prancis pun bertanya-tanya. Ia merasa terlalu naif juga dirinya yakin tidak ada hal yang disembunyikan di Cina. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, merasa pihaknya tetap memiliki tanggung jawab untuk bertanya bagaimana wabah virus Corona bisa terjadi dan dari mana asal virusnya.

"Kita tetap harus mempertanyakan asal usul virus Corona dan kenapa wabahnya tidak bisa dicegah lebih awal," ujar Raab.

Hingga berita ini ditulis, Cina tercatat memiliki 82.719 kasus dan 4.632 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19).

ISTMAN MP | BBC

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

39 menit lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

2 jam lalu

Universitas Sciences Po Prancis Tolak Tuntutan Mahasiswa untuk Putus Hubungan dengan Israel

Universitas Sciences Po di Paris menolak tuntutan mahasiswa untuk memutus hubungan dengan universitas-universitas Israel.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

3 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

4 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

13 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

14 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

16 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

16 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

17 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

23 jam lalu

Champs-Elysees di Paris Bakal Disulap jadi Tempat Piknik Raksasa, Diikuti 4.000 Orang

Setiap peserta akan diberikan keranjang piknik gratis yang dikemas sampai penuh oleh sejumlah pemilik restoran ikonik di jalanan Kota Paris itu.

Baca Selengkapnya