Amerika Bersikeras Minta Cina Berikan Akses ke Lab Virus Wuhan

Sabtu, 18 April 2020 12:47 WIB

Presiden AS Donald Trump berdiri di depan slide pada monitor video presentasi "Fase Satu" dari rencana pemerintahannya untuk "Opening Up America Again" selama pengarahan harian gugus tugas virus Corona di Gedung Putih di Washington, AS, 16 April 2020 [REUTERS / Leah Millis]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika belum puas dengan penjelasan Cina perihal dugaan virus Corona (COVID-019) berasal dari lab virology di Wuhan. Menteri Luar Negeri Amerika, Mike Pompeo, mengatakan bahwa pemerintah Amerika tetap meminta akses ke lab tersebut untuk menginvestigasi secara langsung dugaan asal usul virus Corona.

"Kami masih meminta Partai Komunis Cina untuk memperbolehkan ahli kami ke lab virology tersebut. Dengan begitu, mereka bisa mengetahui dengan persis dari mana virus Corona berasal," ujar Pompeo sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Sabtu, 18 April 2020.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Trump mencurigai bahwa virus Corona bukan berasal dari pasar hewan di Wuhan, tetapi dari lab milik Wuhan Institute of Virology. Sebab, pada Januari lalu, diplomat Amerika di Cina mengirimkan peringatan ke Washington DC bahwa ada masalah keamanan dan resiko di lab itu. Selain itu, diplomat tersebut juga menyampaikan bahwa di lab tersebut tengah dilakukan penelitian terkait virus Corona.

Kedutaan Besar Amerika di Beijing, kala itu, langsung mengirimkan penelitinya ke Wuhan untuk merespon peringatan tersebut. Tugas utamanya, mencoba mengkonfirmasi dugaan adanya masalah di lab yang diklaim memiliki sertifikasi BSL-4 atau keamanan tertinggi untuk riset biologis itu. Namun, hasilnya belum konklusif karena terbatasanya akses ke sana.

Dua hari lalu, Trump mengaku sudah menelpon Presiden Cina, Xi Jinping untuk meminta penjelasan. Trump tidak mau mengungkapkan detil percakapannya dengan Jinping. Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Zhao Lijian, mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengkonfirmasi bahwa virus tidak berasal dari lab di Wuhan.

Walau sudah dibantah oleh Pemerintah Cina, Trump tetap berpegang pada teorinya. Kemarin Jumat, Ia mengatakan data-data yang ia punya menunjukkan bahwa sangat mungkin virus Corona dibuat oleh manusia. Pembuktiannya, kata ia, hanya masalah waktu dan akses saja.

"Kita akan menemukan kebenarannya. Apa yang bisa saya katakan sekarang, dari manapun asalnya, tetap sumber utamanya di Cina," ujar Trump yakin.

Sementara itu, penasehat kesehatan Amerika, Anthony Fauci, meragukan teori Trump. Meski tidak sepenuhnya membantah kemungkinan virus Corona dibuat oleh manusia, Fauci mengatakan temuan sejauh ini tidak mengarah ke sana.

"Ada studi dari para pakar virology akhir-akhir ini yang meneliti mutasi virus Corona pada kelelawar. Mutasi yang terjadi sangat konsisten dengan temuan selama ini ketika virus berpindah dari hewan ke manusia," ujar Fauci.

Sebagai tambahan, pada Februari lalu, peneliti dari Chinese Academy of Sciences and the Chinese Institute for Brain Research mengatakan bahwa virus Corona tidak berasal dari pasar hewan Wuhan seperti yang diyakini selama ini. Temuan mereka, virus yang sudah memakan ribuan jiwa itu berasal dari luar pasar. Kesimpulan itu didapatkan setelah meneliti 93 sample genomic.

ISTMAN MP | SOUTH CHINA MORNING POST

Berita terkait

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

6 jam lalu

Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.

Baca Selengkapnya

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

8 jam lalu

Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

9 jam lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

18 jam lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

20 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

22 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

22 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

23 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

1 hari lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya