Di Tengah Pandemi Virus Corona, Trump Tahan Donasi ke WHO

Rabu, 15 April 2020 08:52 WIB

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump memerintahkan administrasinya untuk menahan dana bantuan untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Penyebabnya, karena Trump merasa WHO telah berpihak kepada Cina selama masa penanganan virus Corona (COVID-19).

"WHO telah gagal menjalankan fungsi dasarnya dan harus dimintai pertanggungjawaban," ujar Trump sebagaimana dikutip dari Reuters, Rabu, 15 April 2020.

Perlu diketahui, Amerika adalah salah satu pendonor terbesar dari WHO. Tiap tahunnya, Amerika memberikan kurang lebih US$ 400 juta ke WHO. Angka tersebut setara 15 persen dari total anggaran operasional organisasi tersebut.

Adapun Trump, beberapa waktu terakhir, memang kerap bersikap keras terhadap WHO. Ia beberapa kali berbeda pendapat dengan organisasi tersebut, terutama soal penanganan virus Corona dan dari mana asalnya. Kritik terbaru, yang berujung pada penahanan donasi, Trump menyebut WHO telah bersikap tidak adil dengan mencoba menutup-nutupi wabah virus Corona ketika meledak di Cina.

Menurut Trump, andai saja WHO tidak mencoba menutup-nutupi wabah virus Corona, maka pemerintahannya bisa bertindak lebih awal. Dengan begitu, kata Trump, akan ada lebih banyak nyawa dan pertumbuhan ekonomi yang berhasil ia selamatkan.

"Anda saja WHO mengirimkan ahlinya ke Cina untuk secara objektif meneliti situasi di sana dan mengungkap ketidaktransparanan Cina, wabah sekarang akan lebih terkendali...Tapi, WHO memilih untuk mengiyakan saja apa yang dilaporkan Cina dan malah membela mereka," ujar Trump.

Aksi Trump tak ayal menimbulkan reaksi keras dari komunitas pekerja medis. Presiden Asosiasi Medis Amerika, Patrice Harris, menyebut pernyataan Trump sebagai aksi berbahaya. Alih-alih mempermudah penanganan virus Corona, Harris menyebut Trump malah akan memperumit situasi.

"Langkah yang salah, berbahaya, dan tidak akan membuat penanganan virus Corona semakin mudah," ujar Harris.

Ironisnya, Trump sendiri beberapa kali dilaporkan menyepelekan virus Corona. Di bulan Januari, sebelum wabah virus Corona meledak di Amerika, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) sesungguhnya sudah memperingatkan Trump bahwa Amerika berpotensi menjadi lokasi selanjutnya. Namun, Trump mengesampingkan peringatan tersebut dan menyebut CDC terlalu khawatir.

Kurang lebih dua pekan setelah diperingatkan, baru Trump mengambil tindakan. Ia memulainya dengan mengeluarkan travel restriction. Secara bertahap, ia meningkatkan pembatasan, namun tidak berskala besar. Baru di pertengahan Maret Trump menyebut Amerika darurat nasional virus Corona. Sekarang, Amerika menjadi episentrum virus Corona (COVID-19) dengan 613.886 kasus dan 26.047 korban meninggal.

ISTMAN MP | REUTERS

Berita terkait

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

8 jam lalu

Terancam Masuk Penjara, Apa Dampaknya bagi Pencalonan Donald Trump?

Jika Trump jadi dipenjara, Amerika bisa jadi akan menghadapi momen yang belum pernah terjadi: Seorang mantan presiden AS berada di balik jeruji besi.

Baca Selengkapnya

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

9 jam lalu

Bintang Film Dewasa Stormy Daniels Dijadwalkan Bersaksi dalam Sidang Donald Trump

Stormy Daniels, bintang film dewasa yang menjadi pusat persidangan uang tutup mulut mantan presiden Donald Trump, akan bersaksi

Baca Selengkapnya

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

12 jam lalu

Sekelompok Hakim AS Konservatif Tolak Pekerjakan Lulusan Universitas Columbia Pro-Palestina

Tiga belas orang hakim federal konservatif di AS memboikot lulusan Universitas Columbia karena protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

1 hari lalu

WHO: Hampir 10 Persen Makanan di Indonesia Tinggi Lemak Trans

Ada banyak dampak buruk konsumsi lemak trans dalam kadar yang berlebih. Salah satu dampak buruknya adalah tingginya penyakit kardiovaskular.

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

1 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

2 hari lalu

Viral Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Guru Besar FKUI Sebut Manfaatnya Jauh Lebih Tinggi

Pada 2021 lalu European Medicines Agency (EMA) telah mengungkap efek samping dari vaksinasi AstraZeneca.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

2 hari lalu

Top 3 Dunia: India Tak Terima Tuduhan Xenofobia Biden Hingga Gencatan Senjata Gaza

Berita Top 3 Dunia pada Sabtu 4 Mei 2024 diawali penolakan India soal tudingan xenofobia oleh Presiden AS Joe Biden

Baca Selengkapnya

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

3 hari lalu

Hamas: Netanyahu Berusaha Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza

Pejabat senior Hamas mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berupaya menggagalkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

Baca Selengkapnya

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

3 hari lalu

WHO: Rencana Darurat Tak Bisa Cegah Kematian jika Israel Lakukan Serangan Darat di Rafah

WHO mengatakan tidak ada rencana darurat yang dapat mencegah "tambahan angka kematian" di Rafah jika Israel menjalankan operasi militernya di sana.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

4 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya