Peristiwa Aneh Australia dan Cina Rebutan Pengaruh di Vanuatu

Selasa, 14 April 2020 19:37 WIB

Warga Vanuatu selamat dari hantaman badai tropis Harold, namun rumahnya rusak berat pada 7 April 2020. [ALJAZEERA]

TEMPO.CO, Jakarta -Rebutan pengaruh di Pasifik antara Australia dan Cina tampak di Vanuatu, negara yang diterjang badai tropis Harold pada 6 April lalu.

Pesawat Angkatan Udara Australia, Royal Australian Air Force, RAAF, yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Vanuatu memutuskan berbalik pulang saat menyaksikan pesawat Cina yang membawa perlengkapan medis lebih dulu mendarat di bandara Port Vila, Vanuatu.

Peristiwa itu terjadi pada hari Minggu, 12 April 2020.

Keputusan untuk kembali ke Australia yang berjarak sekitar 2 ribu kilometer dari Vanuatu dilakukan sekalipun pihak pengawas trafik bandara Port Vila menyatakan area bandara masih tersedia buat pesawat Australia mendarat.

"Pesawat Cina berada di satu ujung landasan pacu. Masih ada 2 ribu meter landasan pacu yang tersedia. Kami memberi izin untuk mendarat. Mereka malah berputar-putar," kata Jason Rakau, kepala eksekutif Bandara Vanuatu kepada Reuters, 14 April 2020.

Advertising
Advertising

Juru bicara menteri pertahanan Australia, Linda Reynold tidak segera menanggapi permohonan tanggapan atas peristiwa itu.

Pesawat Cina membawa peralatan kesehatan bantuan provinsi Guangdong digunakan untuk mengatasi virus Corona. Pesawat itu mendarat di bandara Port Vila pada hari Sabtu.

Komisi Tinggi Australia untuk Vanuatu menjelaskan, pesawat RAAF yang tiba pada hari Senin membawa bantuan pemulihan termasuk perlengkapan tempat penampungan, selimut, dan lampu solar sebagai bagian dari paket bantuan senilai 4 juta dollar Australia.

Direktur Program Kepulauan Pasifik di Lowy Institute, think tank kebijakan luar negeri Australia, mengatakan peristiwa yang terjadi di bandara Port Vila sebagai hal yang aneh.

"Koordinasi penting. Saat Anda berdua berusaha membantu, bahkan jika Anda tidak akan bekerja sama, setidaknya jangan saling menghalangi," kata Pryke kepada Reuters.

Badai tropis Harold yang menerjang Vanuatu pada 6 April lalu telah menghancurkan 1.000 sekolah dan 90 persen rumah di Sanma, tempat paling parah diterjang badai, menurut laporan PBB.

Media setempat melaporkan, dua orang tewas akibat hantaman badai Harold.

Vanuatu telah menutup perbatasannya untuk menghentikan laju penularan virus Corona. Bantuan dari Cina dan Australia ditangani staf dengan mengenakan pakaian pelindung diri,

Pelaksana Perdana Menteri Vanuatu, Charlot Salwai mengatakan, peralatan tes rapid virus Corona dari Cina dibutuhkan segera oleh rumah sakit.

Australia yang secara tradisional merupakan pendonor bantuan kemanusiaan terbesar di kepulauan Pasifik, berupaya mempererat kerja sama dengan negara kepulauan ini di tengah resiko dibayang-bayangi Cina yang juga memberikan bantuan kemanusiaan dan keuangan di kawasan ini.

Berita terkait

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

9 jam lalu

Tak Hanya India, Jepang Juga Kecewa Atas Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Pemerintah Jepang menanggapi komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi di Cina, India dan Jepang.

Baca Selengkapnya

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

14 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

15 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

15 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

17 jam lalu

Menyusuri Kota Perth Australia pada Malam Hari, Singgah ke His Majesty's Theatre yang Ikonik

Banyak bar dan pub di Kota Perth buka sampai tengah malam, ramai dikunjungi wisatawan dan warga lokal tapi tertib dan bebas asap rokok.

Baca Selengkapnya

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

18 jam lalu

Mengenal Tanaman Herbal Suku Aborigin Bersama Dale Tilbrook di Perkebunan Anggur Tertua Australia Barat

Salah satu warisan budaya Aborigin adalah pengetahuan tentang tanaman herbal dan penggunaannya dalam pengobatan tradisional.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

19 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

22 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

1 hari lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya