Negara-negara Eropa Mulai Evaluasi Lockdown Virus Corona
Reporter
Non Koresponden
Editor
Istman Musaharun Pramadiba
Senin, 13 April 2020 10:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Di beberapa negara Eropa, pandemi virus Corona (COVID-19) mulai stabil. Beberapa bahkan mulai mereda yang ditandai dengan penurunan pertumbuhan kasus baru per harinya. Alhasil, pekan ini, beberapa negara yang menerapkan lockdown mulai mengevaluasi kebijakannya. Hasilnya, bisa perpanjangan masa lockdown atau implementasinya diringankan.
1. Denmark
Mengutip New York Times, Denmark akan mulai meringankan implementasi lockdownnya pekan ini. Hal itu ditandai dengan dibukanya kembali kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain itu, beberapa usaha non-esensial juga diperbolehkan kembali beroperasi. Pemicunya, mulai menurunnya angka kematian harian di Denmark
Walau ada pengurangan lockdown, warga diminta untuk tetap saling menjaga jarak satu sama lain. Sebagai contoh, di sekolah, pemerintah Denmark meminta guru-guru untuk memastikan anak-anak tidak bermain di dalam kelompok besar.
"Mengurangi pembatasan itu seperti berjalan di atas tali," ujar Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, sebagaimana dikutip dari New York Times, Senin, 13 April 2020.
Kasus: 6.369
Korban Jiwa: 273
2.Prancis
Prancis belum menentukan apakah akan tetap melanjutkan lockdown atau tidak. Sejauh ini, lockdown di Prancis sudah berjalan sebulan dan pertumbuhan kasus baru per hari sudah konsisten menurun. Walau begitu, mengutup New York Times, angka kematian di Prancis masih tinggi, 14.412 orang.
Kasus: 133.669
Korban Jiwa: 14.412
3.Jerman
Jerman akan mengevaluasi lockdown yang diterapkan pada hari Rabu ini. Sementara itu, berbagai pembatasan dilakukan untuk memastikan tidak ada warga yang membandel. Sebagai contoh, Kepolisian diterjunkan untuk mengingatkan dan menegur warga yang ketahuan berkumpul ramai-ramai di tepi sungai atau di taman.
Fakta di lapangan, masih banyak warga yang membandel. Mengutip New York Times, Jumat kemarin, personil Kepolisian Jerman dikeroyok ketika mencoba mengingatkan warga yang berkumpul di taman. Perkumpulan itu sendiri relatif besar, sekitar 20 orang.
Kasus: 127.459
Korban Jiwa: 2.996
4.Spanyol
Spanyol tengah bersiap-siap untuk meringankan lockdown-nya. Pemerintah setempat berencana untuk memperbolehkan kembali pabrik dan proyek bangunan beroperasi. Jika tidak ada halangan, maka pengurangan pembatasan pada lockdown akan dilakukan pekan ini. Adapun lockdown secara keseluruhan dijadwalkan selesai pada akhir April nanti.
Rencana meringankan lockdown itu tak sepenuhnya didukung. Ketua partai konservatif di Madrid, Isabel Diaz Ayuso, beranggapan bahwa Spanyol belum sepenuhnya siap untuk meringankan lockdown. Meski begitu, ia akan mengikuti apapun kebijakan yang diambil pemerintah.
"Tetapi, sangat tidak termaafkan jika nantinya kebijakan yang diambil malah menimbulkan gelombang pandemi (virus Corona) yang baru," ujar Ayuso sebagaimana dikutip dari New York Times.
Kasus: 166.127
Korban Jiwa: 17.133
5.Inggris
Inggris dijadwalkan mengevaluasi kebijakan lockdown-nya pada hari ini, Senin, 13 April 2020. Namun, pengganti sementara Perdana Menteri Boris Johnson, Dominic Raab, telah memberi sinyal bahwa durasi lockdown kemungkinan akan diperpanjang. Selain itu, beberapa pembatasan juga akan diperketat untuk menekan pandemi virus Corona (COVID-19)
Mengutip the Guradian, Kepolisian Inggris menyarankan Raab untuk melarang warga Inggris berpergian jarak jauh serta membatasi kegiatan olahraga per hari menjadi satu kali per hari. Hal tersebut menyusul temuan Kepolisian Inggris bahwa masih banyak warga bekeliaran di taman untuk berolahraga, meski di masa lockdown.
Dengan telah keluarnya Boris Johnson dari rumah sakit, usai dirawat karena tertular virus Corona, belum diketahui siapa yang akan mengambil keputusan. Sejumlah pejabat negara menyarankan keputusan ada di tangan Johnson mengingat dia yang menjanjikan evaluasi pada Senin ini.
Kasus: 85.119
Korban Jiwa: 10.629
ISTMAN MP | NEW YORK TIMES | THE GUARDIAN | SOUTH CHINA MORNING POST