Virus Corona, Brazil Sudah Keluarkan Rp 56 M Bantu Tunawisma
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Kamis, 9 April 2020 11:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Luiz Renato Ribeiro Júnior, seorang tunawisma di Brazil, masih terlihat berdagang asongan setiap hari di Kota Sao Paulo. Ribeiro Júnior mencoba tutup mata dengan bahaya virus corona yang mengancam jiwanya karena jika tak berjualan, itu bisa berarti dia tak makan.
Kebijakan lockdown yang diberlakukan dalam sebulan terakhir telah membuat Ribeiro Júnior semakin sulit mengais rezeki.
“Kalau saya diam di satu tempat saja, saya bisa tidak dapat pendapatan. Saya harus ke tempat keramaian dan mencoba menjual barang dagangan saya,” kata Ribeiro Júnior, seperti dikutip dari reuters.com.
Kota Sao Paulo telah menjadi salah satu wilayah di Brazil dengan risiko tertinggi penularan virus corona. Sampai Selasa, 8 April 2020, ada 371 pasien meninggal karena virus corona dan 5.682 kasus COVID-19 yang terkonfirmasi.
Kota Sao Paulo sudah diberlakukan lockdown. Beberapa organisasi nirlaba biasanya membantu mencarikan kelompok miskin tempat tinggal sementara. Namun dalam Pemerintah Daerah Sao Paulo ikut turun tangan.
Sejauh ini Pemerintah sudah membuat enam penampungan bagi para tunawisma, termasuk satu tempat penampungan bagi mereka yang positif COVID-19. Pemerintah Brazil juga telah memperpanjang program subsidi memberi bantuan makanan kepada orang-orang miskin termasuk makan malam. Pemerintah menjual lebih dari 100 ribu paket makanan per hari dengan harga di bawah 1 real per paket makan atau kurang dari USD 1.
“Total bantuan yang sudah digelontorkan 18 juta reais atau Rp 56 miliar guna membantu orang-orang yang amat membutuhkan pertolongan, yang hidup di jalanan, yang menganggur atau berpendapatan rendah,” kata Gubernur Sao Paulo, Joao Doria.
Lembaga nirlaba Doctors Without Borders belum lama ini juga memberikan bantuan pada hampir 280 tunawisma. Dari jumlah itu, 37 orang telah memperlihatkan gejala virus corona.
Kalangan tuna wisma di Sao Paulo telah menjadi kelompok orang berisiko tinggi tertular karena minimnya akses kebersihan. Julio Lancellotti, seorang pendeta Katolik, mengatakan para tunawisma itu kesulitan saat hendak mencuci tangan sehingga Lancellotti pun mendesak otoritas agar mendistribusikan segera cairan pembersih tangan kepada para tunawisma.
“Mereka menghadapi risiko tinggi, kelaparan, kedinginan, terlantar, dihina. Virus ini hanya satu dari ancaman dalam hidup mereka,” kata Lancellotti.
Sao Paulo berpopulasi lebih dari 12 juta jiwa. Dalam kondisi pandemik virus corona seperti ini, otoritas telah membuat tujuh pemandian umum.