Ekonomi Afrika Terancam Kolaps karena Virus Corona

Senin, 6 April 2020 10:00 WIB

Warga mengantre untuk membeli bahan makanan menjelang lockdown nasional untuk membatasi penyebaran penyakit coronavirus (COVID-19), di Cape Town, Afrika Selatan, 24 Maret 2020. [Reuters / Sumaya Hisham]

TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat PBB mengatakan negara-negara Afrika menghadapi keruntuhan total ekonomi akibat wabah virus Corona.

Direktur Regional Program Pengembangan PBB untuk Afrika, Ahunna Eziakonwa, mengatakan keruntuhan ekonomi hanya bisa dicegah dengan membendung wabah COVID-19.

54 negara di benua Afrika telah memberlakukan lockdown, jam malam, larangan perjalanan, dan langkah ketat lain untuk mencegah penyebaran virus di dalam negeri.

Afrika sejauh ini hanya mencatat 8.000 kasus COVID-19 dan 334 kematian, sementara 702 orang telah pulih, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, dikutip dari The Independent, 6 April 2020.

Afrika Selatan, negara yang paling maju di benua Afrika, telah membuktikan dirinya efisien tanpa ampun dalam menanggapi virus, mendirikan pusat pengujian drive-through dan unit medis keliling, yang lain mungkin terbukti jauh lebih rentan.

Advertising
Advertising

"Kami telah melalui banyak hal di benua ini. Ebola, ya, pemerintah Afrika terpukul, tetapi kami belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya," kata Eziakonwa.

"Pasar tenaga kerja Afrika digerakkan oleh impor dan ekspor dan dengan lockdown di mana-mana di dunia, pada dasarnya berarti bahwa ekonomi diam di tempat. Dan dengan itu, tentu saja, semua pekerjaan hilang," katanya.

Eziakonwa mengatakan hingga 50 persen dari semua pertumbuhan pekerjaan yang diproyeksikan di Afrika dari sektor penerbangan, industri jasa, ekspor, pertambangan, pertanian dan sektor informal semua menderita, akan hilang kecuali virus dikendalikan.

"Kita akan melihat keruntuhan total ekonomi dan mata pencaharian," kata Eziakonwa. "Penghidupan akan terhapus dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya."

Sementara itu Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika (UNECA) mengatakan pandemi itu dapat secara serius menghambat pertumbuhan yang sudah mandek, dengan negara-negara pengekspor minyak seperti Nigeria dan Angola kehilangan pendapatan hingga 52 miliar poundsterling (Rp 1.047 triliun) karena harga minyak dunia jatuh.

Anggota Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan meminta seorang tunawisma untuk tidak turun ke jalan saat diberlakukannya hari pertama Lockdown selama 21 hari guna mencegah penyebaran Virus Corona di Johannesburg, Afrika Selatan, 27 Maret 2020. REUTERS/Siphiwe Sibeko

Ekonomi di sub-Sahara Afrika dianggap sangat berisiko karena banyak yang berutang banyak dan beberapa berjuang hanya untuk mengimplementasikan anggaran mereka dalam keadaan yang tidak terlalu parah seperti wabah ini.

Sekarang Afrika mungkin membutuhkan hingga 8,5 miliar poundsterling (Rp 171 triliun) untuk pengeluaran kesehatan sementara kerugian pendapatan dapat menyebabkan utang menjadi tidak berkelanjutan, kata kepala UNECA Vera Songwe pada bulan Maret. Seruan mendesak untuk paket stimulus ekonomi telah diikuti.

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed telah berbicara tentang ancaman eksistensial bagi ekonomi Afrika sambil mencari hingga 120 miliar poundsterling (Rp 2.417 triliun) dari negara-negara G20. Sebuah pertemuan para menteri keuangan benua sepakat bahwa Afrika membutuhkan paket stimulus hingga 80 miliar poundsterling, termasuk pengabaian hingga 35,4 miliar poundsterling (Rp 713 triliun) pembayaran bunga.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mendukung seruan untuk paket penyelamatan, mengatakan dalam sebuah pidato baru-baru ini bahwa pandemi "akan membalikkan keuntungan yang telah dibuat banyak negara dalam beberapa tahun terakhir".

Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada 25 Maret telah menerima permintaan untuk pembiayaan darurat dari hampir 20 negara Afrika, dengan permintaan dari 10 negara lain atau lebih mungkin untuk mengikuti.

IMF sejak itu telah menyetujui fasilitas kredit untuk setidaknya dua negara Afrika Barat, Guinea dan Senegal, guna menghadapi gangguan ekonomi terkait virus.

Langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran COVID-19 dapat memperburuk keadaan ketika orang-orang yang terjebak di rumah kelaparan.

UNECA telah menyerukan tindakan darurat untuk segera melindungi 30 juta pekerjaan yang berisiko di Afrika, khususnya di sektor pariwisata dan maskapai, mengatakan benua itu akan terpukul lebih keras daripada yang lain dengan ekonomi yang rapuh saat ini.

Setelah Presiden Uganda Yoweri Museveni mengumumkan bahwa pasar makanan dapat tetap terbuka, beberapa pedagang buah diserang oleh orang-orang bersenjata dan barang-barang disita, menarik permintaan maaf dari komandan militer. Museveni kemudian mengumumkan lockdown, menutup transportasi umum dan semua kecuali bisnis-bisnis penting.

"Apa yang akan saya makan jika dia menghentikan kita dari bekerja? Museveni tidak bisa melakukan itu," kata Marius Kamusiime, yang bekerja sebagai ojek motor, seperti dikutip dari ABC News. "Kita mungkin harus kembali ke desa jika Corona ini menjadi serius."

Di sebuah benua di mana keluarga besar adalah umum, beberapa orang mengatakan, satu kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan malapetaka bagi belasan orang atau lebih.

"Duduk diam bukan pilihan karena mereka tidak memiliki uang saat lockdown," kata Eziakonwa.

Beberapa pemerintah seperti Rwanda mendistribusikan makanan kepada mereka yang membutuhkannya, tetapi ada pertanyaan tentang keberlanjutan.

"Kami tahu apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian. Apa yang tidak kita ketahui adalah bagaimana menghidupkan kembali orang," kata Presiden Ghana Nana Akufo-Addo. Dia telah menciptakan dana penanggulangan virus untuk merawat yang paling membutuhkan dan telah menyumbangkan gaji yang setara selama tiga bulan.

Tetapi banyak yang ingin melihat pemerintah memberikan lebih banyak dukungan, termasuk keringanan pajak yang menguntungkan bagian yang lebih luas dari kaum miskin kota.

Di Kenya, Presiden Uhuru Kenyatta telah mengumumkan keringanan pajak sementara kepada orang-orang yang digambarkan sebagai penghasil berpendapatan rendah, atau mereka yang berpenghasilan hingga US$ 240 (Rp 3,95 juta) per bulan, serta pengurangan dalam tarif pajak penghasilan maksimum dari 30% menjadi 25%. Kenyatta juga memberikan US$ 94 juta (Rp 1,5 triliun) kepada anggota masyarakat yang rentan untuk melindungi mereka dari kerusakan ekonomi akibat virus Corona.

Berita terkait

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

2 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

3 hari lalu

10 Negara Termiskin di Dunia Berdasarkan PDB per Kapita

Berikut ini daftar negara termiskin di dunia pada 2024 berdasarkan PDB per kapita, semuanya berada di benua Afrika.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

4 hari lalu

Peruri Ungkap Permintaan Pembuatan Paspor Naik hingga Tiga Kali Lipat

Perum Peruri mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri hingga tiga kali lipat usai pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

4 hari lalu

Profesor Riset Termuda BRIN Dikukuhkan, Angkat Isu Sampah Indonesia yang Cemari Laut Afrika

Reza dikukuhkan sebagai profesor riset berkat penelitian yang dilakukannya pada aspek urgensi pengelolaan plastik.

Baca Selengkapnya

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

4 hari lalu

Inggris Kucurkan Rp505 M untuk Program Integrasi Ekonomi ASEAN

Inggris dan ASEAN bekerja sama dalam program baru yang bertujuan untuk mendorong integrasi ekonomi antara negara-negara ASEAN.

Baca Selengkapnya

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

5 hari lalu

Australia Luncurkan Fase Baru Program Investing in Women

Program Investing in Women adalah inisiatif Pemerintah Australia yang akan fokus pada percepatan pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

7 hari lalu

Peneliti BRIN di Spanyol Temukan Antibodi Pencegah Virus SARS-CoV-2

Fungsi utama antibodi itu untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 pada 2020.

Baca Selengkapnya

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

8 hari lalu

Modus-modus Kawin Kontrak, Dijanjikan Mahar Jutaan Rupiah

Kasus kawin kontrak kembali mengemuka. Berikut modus-modus kawin kontrak, termasuk soal mahar jutaan rupiah.

Baca Selengkapnya

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

8 hari lalu

Rapat Dewan Gubernur BI Akan Turut Evaluasi Perkembangan Ekonomi Global

Asisten Gubernur BI Erwin Haryono mengatakan dalam Rapat Dewan Gubernur Bulanan di antaranya akan membahas perkembangan ekonomi global.

Baca Selengkapnya