Cina dan AS Kerjasama Kembangkan Sistem Deteksi Dini Virus Corona

Rabu, 1 April 2020 13:51 WIB

Kesibukan petugas medis saat mengevakuasi pasien suspect virus Corona di Pelabuhan Miami, Florida, AS, 26 Maret 2020. Hingga Jumat (27/3) pagi, peta penyebaran Covid-19 menunjukkan jumlah pasien Corona di AS mencapai 85.505 orang. Jumlah itu melampaui total pasien Corona di Cina, yaitu 81.782 orang. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Ketegangan poltik tidak menghalangi peneliti Cina dan Amerika untuk bekerjasama menangani virus Corona (COVID-19). Mengutip South China Morning Post, Peneliti dari New York University, Wenzhou Central Hospital, dan Cangnan People's Hospital bekerjasama untuk mengembangkan sistem deteksi dini untuk mereka yang rentan terserang virus Corona.

Sistem yang mereka buat mengandalkan kecerdasan buatan atau Artificila Inteligence (AI). AI tersebut, nantinya, akan menggunakan data-data yang ia miliki untuk memprediksi pasien mana yang kemungkinan akan menunjukkan gejala akut virus Corona. Dengan begitu, pertolongan bisa dilakukan lebih awal, terutama pada pasien dari kategori lansia.

"Walau PR kami masih banyak, sistem yang kami kembangkan tampak menjanjikan. Ini bisa menjadi alat untuk memprediksi pasien mana yang rentan terhadap gejala virus (Corona) di mana akan sangat berguna untuk mereka yang berpengalaman menangani penyakit menular," ujar Megan Coffee, salah satu peneliti penyakit menular dan ketahanan tubuh di NYU, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Rabu, 1 April 2020.

Rencananya, sistem deteksi dini ini akan mengandalkan data-data dari NYU, Wenzhou, dan Cangnan dahulu. Dari data-data itu, AI yang mereka gunakan kemudian akan mengukur beberapa hal mulai dari penambahan cairan di dalam paru-paru, gangguan terhadap otot, kadar haemoglobin dan masih banyak lagi. Semua untuk menunjukkan siapa yang paling rentan terserang Corona.

Sejauh ini, sistem tersebut sudah diujicobakan terhadap 53 pasien di Wenzhou, Cina. Hasilnya positif, sistem AI berhasil memastikan pasien mana yang rentan menderita gejala parah virus Corona. Para peneliti mengklaim keakurasian sistem mereka mencapai 80 persen.

"Kami harap ke depannya sistem ini bisa membantu tenaga medis untuk menentukan pasien mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa diizinkan pulang. Hal ini penting di saat kapasitas rumah sakit menipis (di tengah pandemi)," ujar salah satu peneliti, Anasse Bari.

Sistem yang dikembangkan NYU, Wenzhou, dan Cangnan bukan satu-satunya di dunia. Sistem serupa sedang dikembangkan juga oleh Huazhong University dan Tongji Hospital di Wuhan. Sama seperti sistem buatan NYU cs, sistem ini mengandalkan AI namun berfokus pada data hasil pengecekan darah.

Per berita ini ditulis, total sudah ada 845.197 kasus virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia. Jumlah korban meninggal ada 41.478 orang diikuti dengan jumlah orang sembuh sebanyak 168.242.

ISTMAN MP | SOUTH CHINA MORNING POST

Berita terkait

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

8 menit lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 jam lalu

Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

3 jam lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

3 jam lalu

Jalan Raya di Cina Ambles, Sedikitnya 48 Orang Tewas

Korban tewas akibat amblesnya jalan raya di Cina selatan telah meningkat menjadi 48 orang

Baca Selengkapnya

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

4 jam lalu

Hasil Piala Uber 2024: Tim Bulu Tangkis Putri Cina dan Jepang Bakal Duel di Semifinal

Tim bulu tangkis putri Cina dan Jepang melenggang mulus ke semifinal Uber Cup atau Piala Uber 2024.

Baca Selengkapnya

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

23 jam lalu

Filipina Salahkan Beijing karena Memancing Ketegangan di Laut Cina Selatan

Manila menuduh penjaga pantai Cina telah memancing naiknya ketegangan di Laut Cina Selatan setelah dua kapalnya rusak ditembak meriam air

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

1 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

1 hari lalu

EHang Lebih Dekat Lagi ke Operasional Taksi Terbang Komersial di Cina

EHang raih sertifikat produksi untuk bakal taksi terbang EH216-S. Yang pertama di industri eVTOL dunia.

Baca Selengkapnya

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

2 hari lalu

Marak WNI Jadi Korban Penipuan Berkedok Pengantin di Cina, KBRI Ungkap Modusnya

Banyak WNI yang diiming-imingi menjadi pengantin di Cina dengan mas kawin puluhan juta. Tak semuanya beruntung.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

2 hari lalu

5 Fakta Demo Bela Palestina di Amerika, Kandidat Presiden Ditangkap hingga Boikot Akademis

Demo bela Palestina di sejumlah kampus Amerika menimbulkan sejumlah dampak.

Baca Selengkapnya