Jumlah Korban Meninggal Virus Corona Inggris Raya Naik 40 Persen
Reporter
Non Koresponden
Editor
Eka Yudha Saputra
Jumat, 20 Maret 2020 09:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah korban meninggal virus Corona (COVID-19) di Inggris Raya naik 40 persen atau 144 kematian baru dalam sehari pada Kamis kemarin.
Kementerian Kesehatan Inggris juga mengumumkan kasus positif baru 643 kasus atau naik 25 persen, sehingga total kasus di Inggris Raya menjadi 3.269 kasus, dikutip dari Reuters, 20 Maret 2020.
NHS (Layanan Kesehatan Nasional Inggris) mengatakan kematian terakhir adalah orang-orang antara 47 dan 96 tahun yang semuanya memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya, menurut laporan Sky News.
Sekarang ada 2.756 kasus yang dikonfirmasi di Inggris, atau kenaikan 574 dalam sehari.
Jumlah orang di Skotlandia yang telah mengontrak COVID-19 berjumlah 266, atau meningkat 39 dalam 24 jam.
Jumlah kasus di Wales juga telah meningkat, dengan 21 kasus baru yang dikonfirmasi menjadikan totalnya menjadi 170. Sementara Irlandia Utara memiliki total 77 kasus yang dikonfirmasi, bertambah sembilan dalam sehari.
Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan dalam briefing hariannya pada hari Kamis bahwa ia percaya Inggris dapat "membalikkan gelombang" virus dalam 12 minggu ke depan.
Dia juga mengatakan pemerintah sedang dalam pembicaraan untuk membeli "ratusan ribu" alat tes virus Corona.
Namun, Johnson mengatakan dia tidak bisa menyatakan bahwa wabah akan berada mereda pada akhir Juni.
Lockdown parsial London dimulai pada hari Kamis ketika 40 stasiun lingkar dalam kota ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Dikutip dari Reuters, Ratu Elizabeth juga mengungsi dari London ke Kastil Windsor pada Kamis.
Inggris juga menyiagakan 20.000 personel militer cadangan. Namun, Pemerintah mengatakan polisi masih bertanggung jawab untuk menjaga hukum dan ketertiban dan tidak ada rencana untuk menggunakan militer untuk menjaga ketertiban, meskipun hal itu membuat cadangan militer pada pemberitahuan resmi.
Pada Kamis, pasukan cadangan akan diberitahukan untuk mobilisasi jika diperlukan, sebagai bagian dari respons perang untuk mempersiapkan angkatan bersenjata jika pemerintah memanggil mereka dalam jumlah besar untuk membantu pengendalian virus Corona.