Virus Corona, Pabrik dan Perkantoran di Cina Mulai Sibuk

Senin, 10 Februari 2020 20:11 WIB

Orang-orang memakai masker di Chinatown setelah merebaknya virus Corona Wuhan, di Chicago, Illinois, AS 30 Januari 2020. [REUTERS / Kamil Krzaczynski]

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Cina melonggarkan aturan soal jam kerja setelah merebaknya virus corona. Keputusan ini membuat aktivitas bisnis di Negeri Tirai Bambu itu mulai menggeliat.

Pada Senin, 10 Februari 2020, sejumlah pekerja mulai bekerja ke kantor dan pabrik-pabrik di sekitar Cina mulai beraktifitas. Virus corona yang mematikan telah menewaskan lebih dari 900 orang, dimana jumlah terbesar ada di Cina.

Dikutip dari reuters.com, sejumlah commuter (kereta) mulai terlihat beroperasi pada jam-jam sibuk di salah satu subway tersibuk di Ibu Kota Beijing. Semua penumpang dalam commuter menggunakan masker atau penutup wajah.

Jin Yang, karyawan di Bursa Efek Cina, mengayuh sepeda ke tempat kerja, bukan menggunakan transportasi publik. Semua karyawan diminta menggunakan masker, menghindari pertemuan tatap muka dan kantin masih ditutup.

Advertising
Advertising

Seorang karyawan di sebuah perusahaan asuransi dengan nama marga Chen, menceritakan memilih menghindari transportasi publik untuk pergi ke kantor.

“Saya biasanya naik subway (kereta), tapi pagi ini saya harus mengeluarkan uang 200 yuan untuk naik taksi,” kata Chen.

Provinsi Hubei, Cina, masih terisolasi, setelah wilayah itu menjadi tempat penyebaran pertama virus corona di Cina. Stasiun kereta dan bandara di Hubei masih ditutup, begitu pula jalan-jalan utama di sana.

Cina adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Libur Imlek yang diperpanjang telah meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya gangguan suplai barang-barang di dunia. Bank sentral Cina sudah mengambil langkah – langkah untuk mendukung perekonomian Cina, diantaranya mengurangi suku bunga. Pada Senin, 10 Februari 2020, Bank Sentral Cina akan memberikan dana khusus pada bank-bank agar bisa memberikan pinjaman pada pelaku usaha dalam memberantas virus corona.

Perusahaan asal Taiwan, Foxconn mengaku telah menerima persetujuan dari Pemerintah Cina untuk melanjutkan proses produksi di pabrik utama mereka di wilayah utara Kota Zhengzhou, Cina. Sedangkan Pemerintah Kota Shenzhen telah menolak permintaan sebuah perusahaan agar mereka diizinkan melanjutkan produksi di pabrik mereka di sana.

Produsen mobil yakni Telsa, Daimler dan Ford Motor mengatakan akan mulai proses produksi di pabrik-pabrik mereka per Senin, 10 Februari 2020 setelah sempat terhenti karena libur Imlek dan penyebaran virus corona. Sedangkan Tencent Holdings sudah meminta para staf untuk bekerja dari rumah sampai 21 Februari 2020.

Berita terkait

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

2 jam lalu

Menlu India Tak Terima Komentar Joe Biden tentang Xenofobia

Menteri Luar Negeri India menolak komentar Presiden AS Joe Biden bahwa xenofobia menjadi faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi negaranya.

Baca Selengkapnya

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

2 jam lalu

Soal Internet di Cina, Kampanye Larangan Tautan Ilegal hingga Mengenai Pendapatan Periklanan

Komisi Urusan Intenet Pusat Cina telah memulai kampanye nasional selama dua bulan untuk melarang tautan ilegal dari sumber eksternal di berbagai media

Baca Selengkapnya

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

3 jam lalu

Dugaan Ekspor Nikel Ilegal sebanyak 5,3 Juta Ton ke Cina, KPK: Masih Cari Alat Bukti

Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengaku tidak mengetahui ihwal penyidik meminta Bea Cukai untuk paparan dugaan ekspor nikel ilegal ke Cina.

Baca Selengkapnya

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

7 jam lalu

Penanganan Polusi Udara, Peneliti BRIN Minta Indonesia Belajar dari Cina

Cina menjadi salah satu negara yang bisa mengurangi dampak polusi udaranya secara bertahap. Mengikis dampak era industrialisasi.

Baca Selengkapnya

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

10 jam lalu

Menlu Selandia Baru Sebut Hubungan dengan Cina "Rumit"

Menlu Selandia Baru menggambarkan hubungan negaranya dengan Cina sebagai hubungan yang "rumit".

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

1 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

1 hari lalu

Gelombang Panas Serbu India sampai Filipina: Luasan, Penyebab, dan Durasi

Daratan Asia berpeluh deras. Gelombang panas menyemai rekor suhu panas yang luas di wilayah ini, dari India sampai Filipina.

Baca Selengkapnya

Kurir Pabrik Ganja Sintetis Pinaca Mengaku Dijanjikan akan Dibayar Rp 80-Rp 100 Juta

1 hari lalu

Kurir Pabrik Ganja Sintetis Pinaca Mengaku Dijanjikan akan Dibayar Rp 80-Rp 100 Juta

GBH, kurir tempat produksi ganja sintetis di Sentul, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, mengaku dijanjikan oleh pengendali imbalan Rp 80-100 juta.

Baca Selengkapnya

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

1 hari lalu

Bahlil Bantah Cina Kuasai Investasi di Indonesia, Ini Faktanya

Menteri Bahlil membantah investasi di Indonesia selama ini dikuasai oleh Cina, karena pemodal terbesar justru Singapura.

Baca Selengkapnya

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

2 hari lalu

Segera Hadir di Subang Smartpolitan, Berikut Profil BYD Perusahaan Kendaraan Listrik

Keputusan mendirikan pabrik kendaraan listrik di Subang Smartpolitan menunjukkan komitmen BYD dalam mendukung mobilitas berkelanjutan di Indonesia.

Baca Selengkapnya