Penembakan di Rakhine, 2 Perempuan Tewas
Reporter
Non Koresponden
Editor
Suci Sekarwati
Selasa, 4 Februari 2020 13:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Dua perempuan tewas dan tujuh orang lainnya terluka ketika terjadi baku tembak di sebuah desa dihuni etnis minoritas Rohingya di Negara Bagian Rakhine, Myanmar pada Sabtu, 25 Januari 2020. Satu dari dua perempuan yang tewas itu, diketahui sedang hamil.
Dikutip dari swissinfo.ch, militer Myanmar membantah tudingan seorang anggota parlemen dari Negara Bagian Rakhine, penduduk desa dan kelompok bersenjata Arakan, yang menyebut Angkatan Bersenjata Myanmar sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penembakan di desa Kin Taung, Rakhine, Myanmar. Penembakan ini terjadi dua hari setelah pengadilan tinggi PBB memerintahkan Myanmar agar melindungi etnis minoritas Rohingya.
Maung Kyaw Zan, anggota parlemen mewakili wilayah Buthidaung, Negara Bagian Rakhine, mengatakan tembakan dilepaskan dari sebuah batalion yang ada di dekat desa Kin Taung, yang terjadi di malam hari.
“Tidak ada pertikaian, jadi mereka begitu saja melepaskan tembakan ke desa tersebut tanpa sebuah pertempuran,” kata Kyaw Zan, sambil menekankan ini adalah yang kedua kalinya pada 2020 warga sipil menjadi korban penembakan.
Soe Tun oo, warga etnis Rohingya yang tinggal satu mil dari desa Kin Taung mengatakan dua rumah dirusak dalam serangan itu. militer Myanmar mengkonfirmasi kematian dua perempuan dalam peristiwa itu dan menyalahkan kelompok radikal Arakan. Juru bicara Angkatan Bersenjata Mynamar enggan berkomentar lebih jauh. Kelompok Arakan Army atau AA adalah kelompok etnis di Rakhine yang memperjuangkan otonomi yang lebih besar bagi Rakhine lebih dari setahun lalu.
“Kelompok teroris AA telah melakukan penembakan dari desa-desa Bengali menggunakan senjata berat dan benda-benda di pertambangan,” tulis militer Myanmar.
Sedangkan kelompok Arakan dalam pernyataan yang tertulis di situs mereka menjelaskan ada cukup bukti bahwa militer Myanmar yang melakukan pembunuhan itu. Namun Arakan tidak menjelaskan secara rinci.
Dalam sebuah konferensi pers pada 3 Februari 2020, militer Myanmar membantah pemberitaan yang beredar soal penembakan itu yang menyebabkan korban jiwa dan dipublikasi Reuters pada 25 Januari 2020. Militer Myanmar menyebut pemberitaan itu bias. Juru bicara Militer Myanmar, Zaw Min, mengatakan pihaknya tidak akan melakukan penyerangan setelah Pengadilan Internasional memerintahkan Myanmar melindungi etnis Rohingnya.