PBB Peringatkan Gelombang Pengungsi Akibat Perubahan Iklim

Jumat, 24 Januari 2020 21:30 WIB

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, berbicara di Forum Ekonomi Dunia 2020, Selasa, 21 Januari 2020 di Davos, Swiss. Sumber: reuters/english.alarabiya.net

TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, memperingatkan negara-negara di dunia agar mempersiapkan diri sebelum terjadinya gelombang pengungsi yang berpotensi muncul akibat jutaan orang terusir dari negara mereka karena dampak perubahan iklim.

Peringatan itu disampaikan Grandi dihadapan pemimpin dunia yang hadir dalam Forum Ekonomi Dunia, Selasa, 21 Januari 2020, yang sekaligus berkaca pada keputusan Komite HAM PBB pada Senin, 20 Januari 2020 bahwa masyarakat yang terusir akibat perubahan iklim harus diperlakukan oleh negara penerima sebagai pengungsi, dengan implikasi luas bagi pemerintah.

Keputusan Komite HAM PBB itu terkait kasus warga negara Kiribati, Ioane Teitiota, yang meminta suaka ke Selandia Baru karena negaranya terkena dampak perubahan iklim, namun suaka itu ditolak negara penerima.

“Putusan itu mengatakan jika seseorang menghadapi ancaman langsung pada hidupnya karena perubahan iklim, karena keadaan darurat iklim, dan jika seseorang itu melintasi perbatasan dan pergi ke negara lain, maka dia tidak boleh dikirim kembali ke negaranya karena orang tersebut berisiko menjalani hidup seperti dalam perang atau dalam situasi penganiayaan. Kita harus siap menghadapi gelombang besar orang yang bergerak di luar kemauan mereka. Saya tidak berani berbicara tentang angka-angka tertentu, itu terlalu spekulatif, tapi tentu saja kita berbicara tentang jutaan orang di sini, ”kata Grandi.

Kebakaran hutan seperti yang terjadi di Australia, bisa mendorong naiknya permukaan laut yang kemudian mempengaruhi pulau-pulau di dataran rendah, rusaknya tanaman dan ternak di Afrika sub-Sahara dan banjir di seluruh dunia, termasuk di beberapa bagian negara maju.

Advertising
Advertising

Selama hampir 70 tahun, UNHCR fokus bekerja membantu mereka yang melarikan diri dari negara-negara miskin sebagai akibat konflik, sedangkan perubahan iklim dampaknya lebih membabi buta. Itu berarti, pengungsi yang berlindung ke negara-negara kaya kemungkinan bakal meningkat. UNHCR adalah Lembaga PBB yang mengurusi masalah pengungsi.

"Ini adalah bukti lebih lanjut bahwa pergerakan pengungsi dan masalah migrasi populasi yang lebih luas adalah tantangan global yang tidak dapat dibatasi terjadi pada beberapa negara," kata Grandi.

UNHCR sebelumnya sudah menaikkan anggaran pengeluarannya dari US$ 1 miliar atau Rp 13 miliar per tahun pada awal 1990-an menjadi US$ 8,6 miliar atau lebih dari Rp 109 miliar pada 2019 ketika konflik di Irak, Afghanistan, dan Suriah memaksa warga sipil melarikan diri. Sekarang, UNHCR dihadapkan pada tantangan harus membantu lebih dari 70 juta orang yang mengungsi.

Turki adalah negara penerima pengungsi terbesar, dengan lebih dari 4 juta pengungsi dan pencari suaka, yang mayoritas dari Suriah. Kondisi ini telah membuat tekanan pada anggaran keuangan publik Pemerintah Turki dan membuat Presiden Turki, Tayyip Erdogan, terpaksa meminta lebih banyak uang bantuan dari Eropa.

Pada November 2019, Presiden Erdogan bahkan mengancam akan membuka pintu bagi para pengungsi Suriah untuk pergi ke Eropa kecuali jika Uni Eropa mengambil langkah nyata. Presiden Erdogan juga menyerukan program pembangunan kembali pemukiman bagi satu juta pengungsi asal Suriah di wilayah utara tanah air mereka sendiri.

Grandi mengatakan pemerintah negara-negara Eropa perlu berpikir keras tentang solusi untuk krisis migran yang telah mempengaruhi mereka sejak 2015, tetapi saat yang sama harus memperlihatkan sikap memahami tentang situasi yang dialami Turki.

"Kita harus menyadari bahwa selama beberapa tahun terakhir (Turki) telah menjadi tuan rumah bagi populasi pengungsi terbesar di dunia. Ada banyak pembicaraan politik. Saya berkonsentrasi pada substansi, yakni mari kita memperkuat kemampuan Turki untuk menampung para pengungsi sampai mereka dapat kembali dengan aman dan secara sukarela pulang ke negara mereka," kata Grandi.

Galuh Kurnia Ramadhani | english.alarabiya.net

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

6 jam lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

1 hari lalu

PBB: Bantuan ke Gaza Tak Boleh Jadi Alasan Israel Serang Rafah

Serangan darat Israel ke Rafah berpotensi memperparah penderitaan ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa mengungsi ke kota tersebut

Baca Selengkapnya

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

1 hari lalu

Ekuador Gugat Meksiko di ICJ karena Beri Suaka Mantan Wakil Presiden

Meksiko sebelumnya telah mengajukan banding ke ICJ untuk memberikan sanksi kepada Ekuador karena menyerbu kedutaan besarnya di Quito.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

1 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

2 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

2 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

2 hari lalu

Cerita Korban Gempa Garut Bertahan di Rumahnya yang Rawan Roboh

Korban gempa Garut bertahan di rumah mereka yang rawan roboh karena tidak ada tempat pengungsian.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

2 hari lalu

Indonesia Dorong Penetapan Hari Danau Sedunia di World Water Forum Ke-10 Bali

Penetapan Hari Danau Sedunia menjadi satu dari empat poin usulan yang dibawa Indonesia untuk diangkat menjadi resolusi PBB.

Baca Selengkapnya

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

3 hari lalu

Parlemen Arab Desak Investigasi Internasional Kuburan Massal di Gaza

Parlemen Arab menyerukan investigasi internasional independen menyusul penemuan kuburan massal di Rumah Sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser di Gaza

Baca Selengkapnya

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

3 hari lalu

Kapolda Papua Barat Minta Warga Distrik Aifat yang Mengungsi Kembali Pulang, Klaim Keamanan Kondusif

Kapolda Papua Barat Irjen Johnny Eddizon Isir mengajak masyarakat Distrik Aifat, Maybrat, yang masih mengungsi kembali pulang

Baca Selengkapnya