KTT Berlin : Ketegangan di Libya Harus Dihentikan

Senin, 20 Januari 2020 08:35 WIB

Kanselir Jerman, Angela Merkel dan Presiden Rusia, Vladimir Putin menghadiri pertemuan satu hari yang membahas kondisi di Libya, 19 Januari 2020. Sumber: Reuters.

TEMPO.CO, Jakarta - Negara-negara kekuatan dunia dalam pertemuan satu hari di Ibu Kota Berlin, Jerman, Minggu, 19 Januari 2020, setuju ketegangan di Libya harus dihentikan. Pertemuan itu dilakukan setelah dibayangi blokade minyak oleh militer Libya pengikut setia Komandan Khalifa Haftar.

Situs reuters.com mewartakan Kanselir Jerman, Angela Merkel mengatakan pihaknya setuju pakta gencatan senjata yang berlaku sementara di Ibu Kota Tripoli, Libya, dalam sepekan terakhir harus diberlakukan secara permanen agar proses politik di Lybia bisa berjalan. Pertemuan negara-negara kekuatan dunia di Berlin didukung oleh fraksi-fraksi utama di Libya.

Menurut Merkel, sebuah komite khusus sudah dibentuk yang terdiri dari lima pejabat tinggi militer Libya dari masing-masing fraksi yang akan memantau pakta tersebut. Negara-negara kekuatan dunia yang ada di Libya berkomitmen untuk mempertahankan embargo senjata yang diberlakukan PBB saat ini dan menutup seluruh jalur penjualan senjata ke sana.

“Kita semua tahu kalau kita belum menyelesaikan semua masalah yang muncul di Libya saat ini, namun kami menuju ke momentum itu,” kata Merkel.

Khalifa Haftar, komandan militer yang menguasai wilayah timur Ibu Kota Tripoli. Sumber: al-Jazeera

Advertising
Advertising

Haftar dipandang sebagai sosok cukup berpengaruh saat ini di Libya. Dia mendapat dukungan dari negara-negara barat untuk menguasai wilayah barat Ibu Kota Tripoli. Sedangkan Turki mendukung upaya pemerintah Libya untuk mendepaknya.

Silang pendapat ini telah membuat konflik berubah menjadi sebuah pertempuran. Lebih dari 150 ribu orang mengungsi menyusul pertempuran berlangsung di Ibu Kota.

Turki telah mengirimkan pasukan ke Tripoli, termasuk kelompok bersenjata yang didukung Turki di Suriah untuk membantu Pemerintah Libya saat ini yang dipimpin Perdana Menteri Fayez al-Serraj agar diakui secara internasional. Serraj menentang serangan yang dipimpin oleh Haftar di wilayah timur Tripoli.

Haftar membentuk Angkatan Bersenjata Nasional Libya (LNA) untuk mengukuhkan kekuasaannya di Ibu Kota Libya. Haftar mendapat dukungan dari Mesir, Uni Emirat Arab, tantara bayaran Rusia dan pasukan militer Afrika. Dia menghadiri pertemuan satu hari di Berlin meskipun pekan lalu mengabaikan perundingan soal gencatan senjata.

Masyarakat Kota Tripoli menceritakan meskipun serangan udara dan pertempuran sudah berkurang dalam 10 hari terakhir, namun letusan senjata berat masih bisa terdengar dari sejumlah titik di selatan Tripoli pada Minggu malam, 19 Januari 2020.

Libya masih belum bisa menjadi sebuah negara yang stabil sejak Pemimpin Libya Muammar Gaddafi dijatuhkan oleh kelompok – kelompok bersenjata yang didukung NATO pada 2011. Sudah lebih dari lima tahun Libya dijalankan oleh dua pemerintahan yang saling bersaing yang menguasai wilayah timur dan barat Ibu Kota Tripoli. Sedangkan jalanan Kota itu dikendalikan oleh kelompok-kelompok bersenjata.

Berita terkait

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

22 jam lalu

Senjata AS Digunakan dalam Serangan Israel ke Lebanon, Diduga Langgar Hukum Internasional

Sejak 7 Oktober, 16 pekerja medis tewas akibat serangan udara Israel di Lebanon, dan 380 orang lainnya tewas termasuk 72 warga sipil.

Baca Selengkapnya

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

4 hari lalu

Badan Mata-mata Seoul Tuding Korea Utara Rencanakan Serangan terhadap Kedutaan Besar

Badan mata-mata Korea Selatan menuding Korea Utara sedang merencanakan serangan "teroris" yang menargetkan pejabat dan warga Seoul di luar negeri.

Baca Selengkapnya

Benjamin Netanyahu Pastikan Tetap Ingin Serang Rafah

7 hari lalu

Benjamin Netanyahu Pastikan Tetap Ingin Serang Rafah

Benjamin Netanyahu memastikan akan melancarkan operasi militer melawan Hamas di Rafah, selatan Gaza, tak peduli apakah akan tercipta kesepakan

Baca Selengkapnya

Israel Rencanakan Pos Pemeriksaan Cegah Pria Palestina Lari dari Rafah

7 hari lalu

Israel Rencanakan Pos Pemeriksaan Cegah Pria Palestina Lari dari Rafah

Israel sedang membangun 'jaringan kompleks' pos pemeriksaan untuk mencegah pria Palestina 'usia militer' melarikan diri dari serangan Rafah

Baca Selengkapnya

World Central Kitchen Akan Kembali Beroperasi di Gaza

8 hari lalu

World Central Kitchen Akan Kembali Beroperasi di Gaza

Setelah sebulan kejadian penyerangan pada relawan World Central Kitchen, LSM itu sekarang siap beroperasi kembali

Baca Selengkapnya

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

9 hari lalu

Panglima Militer Ukraina Akui Terseok-seok Hadapi Serangan Rusia

Panglima Militer Ukraina mengakui pihaknya menghadapi kesulitan dalam memerangi Rusia.

Baca Selengkapnya

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

12 hari lalu

70 Persen dari Ribuan Korban Jiwa di Gaza adalah Perempuan

ActionAid mencatat setidaknya 70 persen dari ribuan korban jiwa di Gaza adalah perempuan dan anak perempuan.

Baca Selengkapnya

Presiden Ebrahim Raisi Janji Akan Balas Jika Diserang Israel

13 hari lalu

Presiden Ebrahim Raisi Janji Akan Balas Jika Diserang Israel

Ebrahim Raisi tidak akan diam jika negaranya diserang Israel, bahkan akan melakukan pemusnahan.

Baca Selengkapnya

Kesaksian Pilot Israel Cegat Drone Iran: Seperti 'Top Gun' Melawan 'Star Wars'

20 hari lalu

Kesaksian Pilot Israel Cegat Drone Iran: Seperti 'Top Gun' Melawan 'Star Wars'

Pilot cadangan AU Israel yang turut menjatuhkan ratusan drone dan rudal Iran ke Israel menyebut sebagai misi paling rumit

Baca Selengkapnya

Survei: 74% Warga Israel Tentang Serangan Balik terhadap Iran

20 hari lalu

Survei: 74% Warga Israel Tentang Serangan Balik terhadap Iran

Hampir tiga perempat responden survei Universitas Hebrew Israel melihat perlunya mempertimbangkan tuntutan politik dan militer dari sekutu soal konfli

Baca Selengkapnya