Proyeksi 2020: Donald Trump Bersiap Hadapi Vonis di Sidang Senat

Selasa, 31 Desember 2019 06:00 WIB

Presiden AS Donald Trump saat akan melakukan perjalanan kampanye ke Michigan dari Gedung Putih di Washington, 18 Desember 2019. Pemakzulan akan membutuhkan mayoritas dua pertiga dalam 100 anggota Senat. REUTERS/Kevin Lamarque

TEMPO.CO, Jakarta - Karir politik Presiden Donald Trump diujung tanduk ketika DPR AS dengan suara mayoritas sepakat untuk memakzulkan dirinya pada 18 Desember 2019. Donald Trump mencatat sejarah karena menjadi presiden ketiga Amerika Serikat yang dimakzulkan.

Awal tahun 2020 akan menjadi hari-hari yang berat untuk kepresidenan Trump, seiring Demokrat membuka lobi politik dan hukum agar Trump bisa dimakzulkan di sidang Senat pada Januari.

Berikut sekilas skandal Trump sebelum putusan pemakzulan 18 Desember.

Pada awal September, pengaduan whistleblower yang diajukan oleh anggota komunitas intelijen mengatakan bahwa pada panggilan telepon 25 Juli dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Trump menggunakan wewenang kepresidenannya untuk meminta campur tangan dari negara asing untuk pilpres AS 2020, dikutip dari Business Insider.

Transkrip percakapan telepon Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy. Sumber: reuters.com

Advertising
Advertising

Keluhan whistleblower merinci bagaimana Trump menekan pemerintah Ukraina untuk menyelidiki mantan Wakil Presiden Joe Biden dan putranya beberapa hari setelah menahan paket bantuan militer hampir US$ 400 juta atau Rp 5,57 trilun.

Menurut konstitusi Amerika Serikat, adalah pelanggaran besar jika menggunakan campur tangan asing untuk kepentingan politik dalam negeri.

Demokrat melihat skandal ini sebagai peluang pemakzulan Trump, setelah gagal lewat penyelidikan Robert S. Mueller.

Dikutip dari Los Angeles Times, 19 Desember 2019, Klausul dalam Konstitusi Amerika Serikat Pasal II ayat 4 mengatakan, "Presiden, Wakil Presiden dan semua Pejabat Sipil Amerika Serikat, bisa dipecat dari jabatannya dengan pemakzulan sebagai hukuman atas Pengkhianatan, Penyuapan, atau Kejahatan Tinggi dan Pelanggaran Berat lainnya.

Pada 18 Desember, DPR AS yang dikuasai Demokrat, mengesahkan dua pasal pemakzulan: tentang tuduhan Trump menggunakan wewenang kepresidennya untuk meminta negara asing campur tangan dalam politik dalam negeri AS, dan menuduh Trump merintang proses peradilan dalam penyelidikan Kongres.

Menurut Reuters, tidak ada presiden dalam 243 tahun sejarah Amerika Serikat yang dicopot dari jabatannya melalui pemakzulan. Pemakzulan akan membutuhkan mayoritas dua pertiga dalam 100 anggota Senat, yang berarti setidaknya 20 anggota Partai Republik harus bergabung dengan Demokrat dalam pemungutan suara melawan Trump. Sejauh ini tidak ada yang mengindikasikan mereka akan melakukannya.

Senat dari Partai Republik, Mitch McConnell, telah memperkirakan "tidak ada kesempatan" Senat akan memvonis Donald Trump.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi memegang palu saat ia memimpin Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui dua pasal pemakzulan terhadap Presiden AS Donald Trump di Capitol Hill di Washington, AS, 18 Desember 2019.[REUTERS / Jonathan Ernst]

Baru-baru ini dalam laporan Reuters 30 Desember, Senator Republik John Kennedy, yang sering menjadi pembela Presiden Donald Trump, mengatakan pada Ahad bahwa tidak ada aturan nyata tentang bagaimana Senat AS harus menjalankan persidangan pemakzulan, dan bahwa majelis dapat memilih untuk mendengarkan saksi dan bukti.

"Ketika sampai pada pemakzulan, aturannya adalah bahwa sebenarnya tidak ada aturan substantif," kata Kennedy kepada CNN "State of the Union."

Akibatnya, katanya, ada banyak langkah yang bisa diambil Senat, termasuk membentuk komite untuk mendengar bukti dalam kasus ini.

Senat yang diisi mayoritas Republik diperkirakan akan mengadakan sidang pemakzulan awal tahun depan, setelah Ketua DPR Nancy Pelosi mengirimkan pasal-pasal pemakzulan ke majelis.

Konstitusi AS tidak memiliki pedoman terperinci tentang proses tersebut, kata Kennedy. "Ini bukan pengadilan pidana," kata Kennedy, menambahkan tidak ada standar pembuktian dan tidak ada aturan pembuktian.

Senator belum dapat menyetujui apakah akan mengizinkan saksi. Partai Republik memiliki mayoritas 53 kursi di Senat, di mana 51 suara diperlukan untuk melewati serangkaian aturan untuk persidangan Trump, sehingga Partai Republik tidak mampu mengalihkan banyak pembelot.

Pemimpin Senat dari Partai Republik Mitch McConnell mengatakan dia ingin mendengar kesaksian dan mengajukan pertanyaan sebelum memutuskan apakah akan menerima saksi. McConnell mengatakan bulan ini dia berkoordinasi total dengan Gedung Putih mengenai pemakzulan Trump, dan mengatakan dia bukan juri yang tidak memihak.

Demokrat dan Gedung Putih masih susun strategi

<!--more-->

Sejauh ini, Ketua DPR Nancy Pelosi masih menahan pasal pemakzulan Trump saat laporan ini dirilis.

Beberapa Demokrat progresif telah mendesak para pemimpin Demokrat untuk menahan pasal sampai Ketua Mayoritas Senat Mitch McConnell, menyetujui parameter untuk persidangan Senat, serta setuju untuk membawa saksi langsung seperti pejabat sementara Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney untuk bersaksi.

Donald Trump sendiri dikabarkan frustasi dengan langkah Pelosi menahan pasal pemakzulan, menurut sumber kepada CNN. Liburan Natal dan Tahun Baru dihabiskan Trump untuk menyusun strategi termasuk siapa yang akan dikirim untuk jadi tim pembelanya di sidang Senat.

Satu sumber mengatakan satu-satunya kepastian tentang tim pembela Presiden pada saat ini adalah Penasihat Gedung Putih Pat Cipollone sebagai pemimpin dan akan dibantu oleh beberapa wakilnya. Penasihat luar pribadi Presiden akan memainkan peran yang lebih terbatas, kata sumber itu.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi bersiap untuk berbicara kepada media dengan Ketua Komite Intelijen DPR Adam Schiff, Ketua Pengawasan dan Reformasi DPR Carolyn Maloney, dan Ketua Komite Kehakiman DPR Jerrold Nadler setelah memberikan suara pada dua pasal pemakzulan terhadap Presiden AS Donald Trump di US Capitol di Washington, AS, 18 Desember 2019. [REUTERS / Tom Brenner]

Sementara DPR Demokrat akan mengirim "manajer" untuk mengelola kasusnya di sidang Senat. Menurut Los Angeles Times, para manajer bertindak sebagai jaksa di Senat dan biasanya berasal dari anggota Komite Kehakiman DPR AS. Jumlah manajer berbeda-beda, tetapi dalam persidangan pemakzulan sebelumnya, jumlahnya biasanya ganjil.

Ada catatan sejarah menarik terkait pemakzulan Presiden Amerika Serikat, menurut ulasan CNN. Kabar baik bagi Trump adalah setiap presiden sebelumnya yang menghadapi pemakzulan melawan DPR dan Senat, selalu lolos karena oposisi dari partai pesaing. Partai Republik Trump memiliki mayoritas di Senat dan kemungkinan akan melindunginya.

Andrew Johnson menghadapi pemakzulan terpanjang sejak Demokrat hanya memiliki sedikit kursi di Capitol Hill. Bagaimanapun, dia masih bisa lolos dari vonis pemakzulan.

Namun, kabar buruk bagi Trump adalah bahwa partai dari setiap presiden yang menghadapi pemakzulan akan kalah pemilihan presiden berikutnya.

Partai Demokrat meloloskan pasal pemakzulan, tetapi Senat yang dikuasai Republik diperkirakan akan membebaskan Trump dari vonis dan berpotensi untuk membatalkan tuduhan sama sekali.

Saat ini belum diketahui nasib politik Trump pada pemilihan. Donald Trump sedang maju sebagai petahana pada pilpres 2020.

Berita terkait

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

2 hari lalu

Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

3 hari lalu

Donald Trump Memuji Penggerebekan Unjuk Rasa Pro-Palestina oleh Polisi New York

Donald Trump memuji polisi New York yang menggerebek unjuk rasa pro-Palestina di Universitas Columbia.

Baca Selengkapnya

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

5 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146

Baca Selengkapnya

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

13 hari lalu

Aktivis Lingkungan Aeshnina ke Kanada Minta Justin Trudeau Hentikan Ekspor Sampah Plastik ke Indonesia

Aktivis lingkungan Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain Riverin minta PM Kanada Justin Trudeau hentikan impor sampah plastik ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

16 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

20 hari lalu

Donald Trump Salahkan Joe Biden atas Serangan Iran ke Israel

Donald Trump menilai saat ini adanya kurangnya kepemimpinan Joe Biden hingga membuat Tehran semakin berani

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

24 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

27 hari lalu

Trump: Kehormatan bagi Saya Masuk Penjara karena Melanggar Perintah Pembungkaman

Trump telah mengaku tidak bersalah atas 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis dan menyangkal pernah bertemu dengan Stormy Daniels.

Baca Selengkapnya

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

31 hari lalu

Berusia 75 Tahun, NATO Hadapi Sejumlah Ancaman, Termasuk Trump

Sekjen NATO mendesak Amerika Serikat tetap bersatu dengan Eropa, meski seandainya Donald Trump kembali berkuasa di Gedung Putih

Baca Selengkapnya

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

31 hari lalu

Trump Dikabarkan Baru-baru Ini Berbicara dengan Mohammed bin Salman

Arab Saudi adalah tempat yang dikunjungi Trump setelah dilantik sebagai Presiden AS pada 2017.

Baca Selengkapnya