Taipan Teman Hun Sen Diduga Korupsi, Kena Sanksi Amerika

Reporter

TEMPO

Editor

Budi Riza

Selasa, 10 Desember 2019 22:11 WIB

Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen. SBS

TEMPO.CO, Phnom Penh – Kementerian Keuangan Amerika Serikat telah mengenakan sanksi kepada seorang pengusaha dan seorang pejabat senior pemerintah Kamboja, yang memiliki kedekatan dengan Perdana Menteri Hun Sen, terkait korupsi.

Langkah ini diambil seiring meningkatnya tekanan negara-negara Barat kepada Hun Sen atas tindakannya memberangus oposisi.

AS juga telah menyatakan kekhawatirannya soal kedekatan hubungan militer Kamboja dan Cina.

Kemenkeu AS mengatakan telah mengenakan sanksi kepada Kun Kim, yang pernah menjabat sebagai kepala staf gabungan di Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja. Ini terkait peran Kun Kim dalam pembangunan properti di Provinsi Koh Kong. Dia juga dituding memiliki hubungan dengan perusahaan milik pemerintah Cina, yang memberinya keuntungan keuangan besar.

“Kim menggunakan tentara Kamboja untuk mengintimidasi, menghancurkan, dan membersihkan lahan yang akan dibeli perusahaan dari Cina. Kun Kim digantikan posisinya sebagai kepala staf gabungan karena Kim tidak membagi keuntungan dari bisnis terlarangnya dengan sejumlah pejabat pemerintah senior Kamboja,” begitu pernyataan dari kemenkeu.

Advertising
Advertising

Tiga anggota keluarga Kim dan lima entitas yang dimiliki dan dikontrol oleh para individu ini juga terkena sanksi.

Konglomerat Kamboja, Try Pheap, yang merupakan anggota partai pendukung Hun Sen, terkena sanksi karena pebangunan skala besar konsorsium penebangan hutan besar dengan berkolusi bersama pejabat tertentu.

11 perusahaan milik Try Pheap di Kamboja ikut terkena sanksi.

Baik Kun Kim dan Try Pheap juga tidak bisa dimintai komentarnya soal ini.

Juru bicara partai penguasa dan Senator Sok Eysan mengatakan sanksi itu tidak efektif dan hanya mendukung kepentingan oposisi.

“Mereka tidak memiliki aset di luar negeri. Dan jika mereka bodoh untuk menyimpan aset di luar negeri, biarkan asetnya dibekukan,” kata Sok Eysan.

“Mereka melakukan ini hanya untuk mendukung boneka mereka. Itu tidak efektif,” kata dia terkait partai oposisi Cambodia National Rescue Party, yang dibubarkan Mahkamah Agung Kamboja pada 2017 atas permintaan pemerintahan Hun Sen.

Pembubaran CNRP menjadi pintu bagi partai pendukung Hun Sen untuk berkuasa dan menguasai semua kursi di parlemen pada pemilu 2018.

AS telah mendesak Hun Sen untuk segera membebaskan pemimpin oposisi Kem Sokha. AS juga menyuarakan keprihatinan Kamboja bekerja sama dengan Cina dalam pembangunan pangkalan militer.

Pengusaha Kamboja, Try Pheap, The Star

Eropa juga mendesak Kamboja dengan mempertimbangkan untuk mencabut status khusus perdagangan karena tindakan Hun Sen memberangus oposisi.

Secara terpisah, KFGO mengatakan pemimpin oposisi Kem Sokha bakal diadili dengan dakwaan pengkhianatan pada 15 Januari 2020. Dia ditangkap ada 2017 dan partai yang dibuatnya CNRP lalu dibubarkan menjelang pemilu 2018.

Mantan Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Kerajaan Kamboja, Jenderal Kun Kim. Khmer Times

Baru-baru ini, Presiden AS, Donald Trump, meminta agar Hun Sen mengembalikan Kamboja ke jalur demokrasi. Permintaan itu disampaikan dalam surat resmi Trump ke Hun Sen pada 1 November seperti dilansir Reuters. Trump berjanji menghormati kedaulatan Kamboja dan tidak akan melakukan perubahan rezim atau regime change.

Berita terkait

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

10 jam lalu

AS Kembalikan Barang Antik Curian ke RI, Ada Peninggalan Majapahit

Jaksa New York mengembalikan barang antik yang dicuri dari Kamboja dan Indonesia. Dari Indonesia, ada peninggalan Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

1 hari lalu

AS Kembalikan Barang Antik yang Dicuri dari Indonesia dan Kamboja

Jaksa wilayah New York AS menuduh dua pedagang seni terkemuka melakukan perdagangan ilegal barang antik dari Indonesia dan Cina senilai US$3 juta.

Baca Selengkapnya

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

1 hari lalu

ByteDance Pilih Tutup TikTok di AS jika Opsi Hukum Gagal

TikTok berharap memenangkan gugatan hukum untuk memblokir undang-undang yang ditandatangani oleh Presiden Joe Biden.

Baca Selengkapnya

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

4 hari lalu

Deretan Aktris Korea Selatan yang Menikah Dengan Chaebol

Kisah cinta dengan kalangan chaebol juga dialami sejumlah aktris Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

6 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

8 hari lalu

Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.

Baca Selengkapnya

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

9 hari lalu

4 Rudal Iran yang Diwaspadai Amerika dan Sekutunya

Iran memiliki kapasitas teknis dan industri untuk mengembangkan rudal jarak jauh, termasuk Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) atau Rudal Balistik Antarbenua.

Baca Selengkapnya

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

9 hari lalu

Kisah Amerika Bantu Iran Kembangkan Nuklir

Iran menjadi salah satu negara yang mengembangkan nuklir. Ada jasa Amerika dalam hal itu.

Baca Selengkapnya

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

17 hari lalu

Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.

Baca Selengkapnya

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

18 hari lalu

Ada Youtuber Siksa Kera di Angkor, Pemerintah Kamboja Bakal Ambil Tindakan

Selama ini, penyiksaan terhadap kera di Angkor tidak mencolok, tapi lama kelamaan kasusnya semakin banyak.

Baca Selengkapnya