Air Terjun Victoria Mengering, Gajah Liar Tewas

Reporter

TEMPO

Editor

Budi Riza

Selasa, 10 Desember 2019 06:01 WIB

Suasana air terjun Victoria yang mengalami kekeringan yang berkepanjangan di Zimbabwe, 4 Desember 2019. Air terjun Victoria kini telah berkurang ke level terendah dalam 25 tahun. REUTERS/Staff

TEMPO.CO, Zambezi - Petugas taman nasional di area Air Terjun Victoria, Zimbabwe, mengatakan tingkat kekeringan pada tahun ini lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya.

Ini membuat debit air di air terjun Victoria menyusut drastis. Dan ini berdampak bagi datangnya turis, yang menjadi sumber pendapatan taman nasional dan kegiatan safari di sana.

“Kami mengalami masa yang sulit saat ini,” kata David Macfarland dari Mwinilunga Safari kepada Aljazeera seperti dilansir Travelweek pada Senin, 9 Desember 2019.

Mwinilunga melanjutkan,”Saat Anda melihat hewan-hewan berjalan begitu saja, seperti gajah, dan mereka lalu pingsan, mereka bahkan tidak berguling, hanya pingsan dan mati. Ini sangat menyentuh perasaan," kata dia.

Secara terpisah, Presiden Zambia, Edgar Lungu menjelaskan, debit air paling rendah terjadi tahun ini. Ini diketahui dari sebagian area air terjun sudah tidak mengalirkan air lagi. Tebing yang menjadi tempat air deras mengalir kini mengering dan tampak bebatuan licin berwarna gelap.

Advertising
Advertising

Menurut Presiden Lungu, perubahan iklim membuat Air Terjun Victoria mengalami kekeringan parah. Masalah ini sudah sangat serius namun orang-orang di Zambia meremehkan peringatan alam.

Dia merasa khawatir suatu hari nanti Air Terjun Victoria akan lenyap selamanya.

"Apakah kita ingin membiarkan Zambezi tanpa Air Terjun Victoria yang hebat? Ini masalah serius, yang orisinal. Dan mengejutkan ketika orang meremehkannya dan perubahan iklim dianggap tidak nyata. Mungkin mereka hidup di dunia yang berbeda. Tapi dunia tempat kita hidup ini, Zambia, kita merasakan dampak perubahan iklim sangat buruk. Dan itu berdampak pada semua orang," kata Presiden Lungu kepada Sky News, seperti dikutip dari India Times, 6 Desember 2019.

Media Herald melansir kondisi Air Terjun Victoria tidak seperti 60 tahun lalu. Arus air telah turun drastis. Pada 1957, ada 8.700 meter kubik air turun dari puncak Victoria seperti diprediksi oleh Profesor Godwell Nhamo dari Universitas Afrika Selatan.

Sekarang, debit air dari Air Terjun Victoria hanya sekitar 1.000 meter kubik per detik. Para ilmuwan menyalahkan naiknya suhu Planet Bumi dan kekeringan yang terjadi karena pengaruh perubahan iklim. Menurut sebuah studi, Air Terjun Victoria telah mengalami kekeringan selama 19 tahun dari 40 tahun sejak 1976.

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

2 hari lalu

Kerusakan Alat Pemantau Gunung Ruang, BRIN Teliti Karakter Iklim, serta Kendala Tes UTBK Mengisi Top 3 Tekno

Artikel soal kerusakan alat pemantau erupsi Gunung Ruang menjadi yang terpopuler dalam Top 3 Tekno hari ini.

Baca Selengkapnya

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

2 hari lalu

Pusat Riset Iklim BRIN Fokus Teliti Dampak Perubahan Iklim terhadap Sektor Pembangunan

Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN fokus pada perubahan iklim yang mempengaruhi sektor pembangunan.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

14 hari lalu

Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

14 hari lalu

Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.

Baca Selengkapnya

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

14 hari lalu

5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab

Baca Selengkapnya

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

19 hari lalu

Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

25 hari lalu

Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.

Baca Selengkapnya