Samudera Kehilangan Oksigen, Keanekaragaman Hayati Terancam

Senin, 9 Desember 2019 07:01 WIB

Nelayan menyandarkan perahunya di bibir pantai yang dipenuhi sampah plastik di Desa Dadap, Indramayu, Jawa Barat, Senin, 26 November 2018. LSM World Wild Fund for Nature (WWF) Indonesia menilai masalah pencemaran sampah plastik di laut Indonesia saat ini sudah bisa disebut sebagai darurat sampah plastik. ANTARA/Dedhez Anggara

TEMPO.CO, Jakarta - International Union for the Conservation of Nature, IUCN memperingatkan samudera telah kehilangan oksigen disebabkan perubahan iklim dan polusi dengan resiko mengerikan bagi kehidupan laut, nelayan, dan masyarakat pesisir.

Menurut IUCN, ada sekitar 700 area di dalam samudera yang teridentifikasi mengalami penurunan level oksigen. Jumlah ini jauh lebih banyak dibandingkan tahun 1960an yakni sekitar 45 kawasan.

Berdasarkan studi peer-review terbesar, IUCN memperingatkan bahwa volume perairan anoksik, kawasan yang sama sekali tidak ada oksigen, telah bertambah empat kali lipat.

"Apa yang kami lihat adalah penurunan 2 persen dari tingkat oksigen gobal (dalam samudera). Kedengarannya tidak banyak namun perubahan kecil ini akan berdampak sangat besar," kata Minna Epps, direktur program laut dan kutub global IUCN kepada Al Jazeera, Sabtu, 7 Desember 2019.

Penurunan level okisgen dalam samudera memberikan dampak pada peningkatan ancaman terhadap spesis ikan berbadan besar seperti tuna, marlin, bahkan hiu. Hewan-hewan ini sangat sensitif dengan rendahnya gas yang memberi kehidupan bagi mereka disebabkan ukuran tubuh mereka yang besar dan membutuhkan energi.

Advertising
Advertising

"Deoksigenasi akan berdampak pada keanekaragaman hayati, pada biomassa spesies penting secara komerisla dan pada spesies langka yang rentan. Ini juga berdampak pada habitat. Kami menyaksikan spesies bermigrasi karena hal ini," ujar Epps.

Dari kecenderungan saat ini, samudera diperkirakan kehilangan 3-4 persen oksigen secara global pada tahun 2100. Meski begitu, sebagian besar kehilangan itu diprediksikan terjadi di atas ketinggian 1.000 meter, tempat keanekaragaman hayati samudera terkaya tinggal.

Sementara kehidupan samudera bertarung menghadapi pemanasan suhu, polusi plastik yang sangat besar, dan penangkapan ikan berlebihan.

Laporan IUCN juga menemukan fakta bahwa polusi di sekitar garis pantai memiliki efek signifikan pada tingkatan oksigen dalam samudera. Dengan pupuk dan limpasan pertanian memunculkan lebih banyak lagi ganggang yang akan menguras oksigen saat terurai.

Berita terkait

Ridwan Kamil Targetkan Polusi Udara Jakarta Turun dalam 5 Tahun

17 jam lalu

Ridwan Kamil Targetkan Polusi Udara Jakarta Turun dalam 5 Tahun

Bakal calon gubernur Jakarta Ridwan Kamil menargetkan polusi udara Jakarta berkurang dalam lima tahun, melalui tiga cara.

Baca Selengkapnya

BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

2 hari lalu

BNPB Tekankan Pentingnya Penanggulangan Bencana yang Berkelanjutan

BNPB menekankan pentingnya diversifikasi dan upaya penanggulanan bencana yang berkelanjutan.

Baca Selengkapnya

Atasi Kualitas Udara Buruk Jakarta, Mahasiswa UI Gagas Penyaring Karbon Monoksida Raksasa

3 hari lalu

Atasi Kualitas Udara Buruk Jakarta, Mahasiswa UI Gagas Penyaring Karbon Monoksida Raksasa

Lima mahasiswa UI merancang The Green Giant Purifier, sebuah alat penyaring udara berukuran besar untuk mengatasi masalah udara di DKI.

Baca Selengkapnya

Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

3 hari lalu

Paus Fransiskus Akhiri Perjalanan ke Asia Tenggara dan Oseania

Paus Fransiskus mengakhiri lawatan ke Asia Tenggara dan Oseania selama 12 hari.

Baca Selengkapnya

Janji Pramono Anung Atasi Masalah Banjir, Polusi, hingga Soal PPSU

5 hari lalu

Janji Pramono Anung Atasi Masalah Banjir, Polusi, hingga Soal PPSU

Pramono Anung berjanji akan menyelesaikan masalah-masalah kecil dulu yang ada di Jakarta.

Baca Selengkapnya

Polusi Tanah Ternyata Membahayakan Cacing dan Serangga

7 hari lalu

Polusi Tanah Ternyata Membahayakan Cacing dan Serangga

Polusi tanah mengancam habitat cacing, serangga, dan tungau di dalam tanah.

Baca Selengkapnya

Sebanyak 120 Ribu Mangrove Akan Ditanam di Pesisir Pantai Sulawesi Barat

8 hari lalu

Sebanyak 120 Ribu Mangrove Akan Ditanam di Pesisir Pantai Sulawesi Barat

Selain menjadi bagian peringatan hari jadi Sulawesi Barat ke-20, kegiatan penanaman mangrove ini untuk menyokong wisata dan gerakan perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Ketika Sri Mulyani Cemas Perubahan Iklim Gerus PDB sampai 10 Persen Tahun Depan

8 hari lalu

Ketika Sri Mulyani Cemas Perubahan Iklim Gerus PDB sampai 10 Persen Tahun Depan

Sri Mulyani Indrawati mengatakan, perubahan iklim dapat menyebabkan penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 10 persen pada 2025.

Baca Selengkapnya

Ragam Cara Tekan Polusi Menurut Kemenko Marves, dari Bus Listrik hingga Konversi Sampah

10 hari lalu

Ragam Cara Tekan Polusi Menurut Kemenko Marves, dari Bus Listrik hingga Konversi Sampah

Pemerintah menggunakan sejumlah sumber daya ramah lingkungan dan pendanaan untuk meningkatkan penggunaan transportasi umum.

Baca Selengkapnya

Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

10 hari lalu

Menhan Singapura: Perlu Tindakan Korektif untuk Hadapi Perubahan Iklim

Menhan Singapura menilai untuk menghadapi perubahan iklim diperlukan tindakan kolektif dan konsisten dari semua pemangku kepentingan

Baca Selengkapnya