TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara pada Sabtu, 30 November 2019, menyatakan akan kembali mencalonkan diri sebagai orang nomor satu di negara itu untuk ketiga kalinya. Pemilu Pantai Gading akan diselenggarakan pada 2020.

Dikutip dari reuters.com, Minggu, 1 Desember 2019, pernyataan Ouattara itu membuat pemilu Pantai Gading menjadi semakin tidak bisa diprediksi. Sebelumnya, Ouattara, 77 tahun, mengutarakan berencana menyerahkan tampuk kekuasaan pada generasi muda, namun pada saat yang sama dia juga mendebat perubahan konstitusi pada 2016 yang membatalkan Batasan presiden Pantai Gading sehingga memungkinkannya mencalonkan diri lagi. Kubu oposisi di Pantai Gading mempersengketakan hal ini.

“Saya ingin semua orang dalam generasi saya menyingkir, namun jika mereka memutuskan untuk menjadi kandidat (presiden), maka saya pun akan ikut mencalonkan diri,” kata Ouattara, dihadapan ribuan para pendukungnya di Kota Katiola, Pantai Gading.

Presiden Pantai Gading Alassane Ouattara mencalonkan diri lagi untuk ketiga kalinya menjadi presiden. Sumber: AFP/ISSOUF SANOGO/news.yahoo.com

Dalam pemilu 2020, Ouattara bakal berhadapan dengan mantan Presiden Laurent Gbagbo, 74 tahun. Setelah dibebaskan dari dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag, Belanda, Gbagbo, menurut hukum Pantai Gading boleh kembali mencalonkan diri sebagai presiden.

Selain Gbagbo, mantan Presiden Henri Konan Bedie, 85 tahun, juga mencalonkan diri dalam pemilu 2020. Bedie dijadwalkan mengumumkan pencalonannya pada tahun depan.

Sedangkan mantan Pemimpin pemberontak, Guillaume Soro, 47 tahun, pada Oktober lalu sudah menyatakan akan mencalonkan diri dalam pemilu tahun depan. Soro merupakan politikus pertama yang mengumumkan pencalonannya.

Pantai Gading adalah produsen biji cokelat terbesar di dunia dan negara yang pada tahun lalu pertumbuhan ekonominya paling pesat diantara negara-negara Afrika Barat. Pertumbuhan ekonomi itu ditopang oleh sektor pertanian, konstruksi dan retail.